"Wo, woo... kenapa nyambungnya jadi ke motor gue?"
"Elu gak nyadar?! Motor lo itu berisik. Tiap hari lo otak-atik, terus entar dinyalain, di gas-gas. Untung aja gue sabar, gak kayak lo."
"Mbak, maaf paketnya ini gimana ya?" kepala Ana yang dari tadi terarah ke arah Hyunjin, langsung menolehkan kepalanya ke depan, lebih tepatnya ke arah si tukang paket.
"Tuh kan, gara-gara lo gue sampe lupa sama paket gue." Gerutu Ana sembari menerima paketnya. "Makasih Bang,"
"Sama-sama Mbak, kalau gitu saya permisi." Sang tukang paket dengan terburu-buru langsung bergegas pergi dari rumah Ana.
"Lo tuh nyusahin orang aja tau gak?" Hyunjin masih belum puas bertengkar rupanya.
"Nyusahin orang gimana hah?"
"Tiap hari kurir paket dateng ke rumah lo, kasian tau gak? Apa lagi pernah tuh, kurir paket dateng sampe jam 11 malem."
"Lah, diakan dibayar, itu emang pekerjaannya, masalahnya di mana?"
"Ya kira-kira juga dong ngasih kerjaan ke orang."
"Aduh, please ya Mas, gue kenal lo aja kagak. Baru pertama kali ketemu udah ngajak ribut aja, pantes tuh bibir meleber gak kira-kira."
"Anjir, body shaming lu. Gue itu cuman gemes ya sama lo. Hampir tiap hari tukang paket dateng, dan lo malah nyuruh adek-adek yang ngambil, padahal itu paket lo. Gue sampe eneg denger teriakan misi paket, misi paket."
"Hehhh... permisi, paket itu adalah kalimat paling menyenangkan buat gue yaa... asal lo tau! Dan emang gue gak berisik denger suara klontang, klanting sama ngeng ngeng motor lu itu hah? Gue juga gedeg!"
"Ana!"
"Hyunjin!"
Ana dan Hyunjin seketika bungkam, saat mendengar suara teriakan Ibu mereka masing-masing dari dalam rumah.
Tak lama mereka keluar dari rumah, membuat Ana dan Hyunjin semakin merapatkan bibir mereka.
"Kalian ngapain ribut-ribut?" tanya Ibu Ana.
"Iya ih, didenger tetangga lain gak enak tau." Timpal Ibu Hyunjin.
"Lagian bukannya kalian baru pertama kali ketemu? Kenapa malah ribut? Kenalan kek." Kata Ibu Ana.
Ana dan Hyunjin sama-sama berengut. Kalau bukan karena ada Ibu mereka, mereka ogah kenalan. Tapi kan enggak enak yaa... sama Nyonya-Nyonya ini. Gak sopan juga kalau sama-sama bilang enggak mau.
Ana pun turun dari teras ke halaman, ia mendekati pagar rumah di bagian samping, yang jadi pembatas rumahnya dan Hyunjin.
"Ana," ucap Ana memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya. Dengan ogah-ogahan, Hyunjin membalas jabatan tangan Ana.
"Hyunjin," ucap Hyunjin ketus. Namun mulutnya tiba-tiba mengeluarkan suara ringisan. Ana mencengkram tangannya terlalu erat, tak lupa menancapkan kukunya yang belum sempat dipotong.
Saat melihat Ibu Hyunjin mulai fokus mengobrol dengan Ibunya, Ana langsung menjulurkan lidahnya meledek dan menghempas tangan Hyunjin dengan kasar.
"Usia berapa sih lo? Bocah banget." Cibir Hyunjin dengan nada lirih.
"Apa urusannya sama lo?" balas Ana dengan nada yang lirih juga.
"Kalau gitu saya mau masuk ke dalem lagi ya Tan," kata Ana pada Ibu Hyunjin.
"Loh? Buru-buru amat. Udah sebulanan loh pindah ke sini, tapi Tante hampir gak pernah liat kamu." Tutur Ibu Hyunjin.
"Eungg... emang... gak pernah keluar rumah hehe," kata Ana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paket & Bensin | H. Hyunjin ✔
FanfictionAna, si cewek yang hobi belanja online, dan Hyunjin, cowok pecinta motor. °start. 22.08.19