Chapter 6

2.6K 404 45
                                    

Sasuke bangun terlambat pagi itu. Saat ia menoleh ke samping, sosok Sakura sudah tidak ada disana. Ia melirik jam dinding yang berada di atas TV. Sudah pukul delapan lewat sembilan menit.

Devian berada di balik pintu saat ia baru saja beranjak dari ranjang.

"Sarapan sudah siap, Tuan dan Nyonya Muda. Mereka sudah menunggu di meja makan."

Sasuke mengernyit. Apakah Devian tidak tahu kalau Sakura sudah bangun lebih dulu? Sasuke membuka pintu dengan cepat.

"Tuan—"

"Devian, apakah kau tahu dimana Sakura?"

"Nyonya Muda tidak ada di dalam?"

"Tidak. Sepertinya ia sengaja bangun lebih pagi hanya untuk pergi dari sini. Devian, aku curiga ia akan melarikan diri."

"Apa kau ingin aku mencarinya?"

"Ya, tapi jangan sampai kedua orangtuaku tahu. Terutama ke empat sepupuku. Aku akan mencarinya juga."

"Baik." Devian mengangguk lalu berlari keluar dari ruangannya. Sasuke menutup pintu kamarnya dengan cepat. Ia berjalan masuk ke ruang ganti untuk mengganti semua pakaiannya.

"Aku tidak ingin berpisah denganmu."

Sasuke yakin ia tidak bermimpi semalam. Sakura benar-benar mengatakan itu. Lagipula ia tidak bisa tidur, yang akhirnya membuatnya bangun terlambat pagi ini.

"Aku mencintaimu, Sasuke... maafkan aku."

"Sial!" Sasuke melempar jaketnya ke sembarang arah. "Setelah mengatakan cinta dan maaf, ia pikir ia bisa pergi begitu saja?!"

∞∞∞

"Melihat matahari terbit di atas laut benar-benar menyenangkan."

Pagi tadi Sakura menyelinap ke tempat mesin kapal paling bawah, lalu masuk ke sebuah tempat penyimpan barang-barang besar seperti mobil. Di sana ada pintu besi yang menghubungkan langsung dengan balkon kecil. Karena berada di bagian bawah kapal, ia seperti akan tenggelam.

Sakura menjulurkan tangannya untuk menyentuh air. Air laut yang dingin membuatnya hampir menggigil.

"Aku tak yakin, tapi... apakah mungkin Sasuke akan mencariku?"

"Bukan Sasuke yang mencarimu, tapi aku."

Sakura tersentak dan langsung menoleh ke belakang. Kedua matanya membelalak.

"Senang bertemu denganmu lagi, Sakura."

"Ayah!"

∞∞∞

"Sayang, bagaimana menurutmu?"

"Tentang apa?"

"Kita akan menikah bulan ini."

Hinata tersedak minumannya. "Apa?"

"Aku hanya tidak ingin kau hamil lebih dulu." tukas Naruto sembari menyeringai.

"Memangnya itu salah siapa?" Hinata menyandarkan punggungnya ke pagar dek. Suasana di dek pagi itu lebih sepi dari biasanya. Awalnya ia merasa bingung, anak-anak biasanya akan bangun lebih pagi untuk bermain di dek. Ia melirik Naruto. Sepertinya pria itu tidak merasakan hal yang sama dengannya.

"Yaah.. itu memang salahku karena tidak bisa menahan diri. Tapi kau juga tidak menolakku."

"Naruto, apa kau tidak merasa aneh?"

"Apa? Aneh?"

"Ya. Dek menjadi sangat sepi pagi ini. Padahal biasanya sangat ramai oleh anak-anak."

"Mungkin karena hari ini dan besok akan menjadi hari terakhir di Titanic, mereka memutuskan untuk melihat-lihat keseluruhan kapal ini."

Hinata mendengus. "Jawaban yang tidak menarik. Seharusnya kau mengatakan—"

Hinata dan Naruto tersentak karena tiba-tiba sosok Sasuke berlari ke arahnya. Wajah pria itu terlihat kusut. Hinata mengerutkan dahinya, terutama saat menyadari pria itu yang terengah-engah.

"Tuan Uchiha? Ada apa?"

"Sakura menghilang."

"Apa!?"

Naruto menatap Sasuke tanpa berkedip, kemudian memandang Hinata. "Ada apa ini?"

∞∞∞

Sejak tiga tahun yang lalu, Sasuke selalu bermimpi tentang seorang gadis bergaun putih yang tidak di kenalnya. Ia berada di sebuah padang rumput yang indah, dimana ia melihat gadis itu sedang berlarian mengejar kupu-kupu yang beterbangan di atas ratusan bunga sakura yang tumbuh disana. Setiap kali melihatnya, gadis itu pasti akan berlari meninggalkannya.

W A L T Z ✔Where stories live. Discover now