v

4 2 8
                                    

Happy reading ya....

Raphael begitu santai menikmati udara sore hari ia melihat sekitarnya nampak indah pemandangan disini, tak lupa ia bergaya cool untuk menambah kesan most wanted.

"Tumben 3 neon itu kagak ada" gumamnya sambil memainkan kunci mobil kesayangan nya itu dengan setengah bersiul.

"Ya Tuhan....mobil cimut gue yang harga subhanallah menguras dompet bisa jadi ondel-ondel yang ada di Monas....woy siapa yang ngelakuin hal sekeji ini pada cimut tersayang gue..."kesal Raphael dengan gerakan yang menurut luna, vano dan Lea terlalu berlebihan.

"Mampus tuh anak, kan jadi lebih indah itu mobil nya" bisik vano yang asyik menonton adegan Raphael lebay  langsung vano live di Instagram bor.....

"Syukurin Lo" kesal luna dengan senyuman yang seolah-olah ia telah melakukan hal yang seharusnya ia lakukan.

"Udh kasian tau Raphael kan jadi orang gila nanti dia" ucap lea dengan mimik berempati namun lukisan Lea yang paling banyak daripada Luna dan vano.

"Alah kamvret, Lo geh yang paling banyak menghias itu Mobilnya si Raphael, sok - Sokan peduli" ketus luna namun matanya masih tertuju pada Raphael yang masih berbicara tidak jelas yang di Sergai gurauan juga.

"Lun kok Lo teman nya 17 Agustus sih" ucap vano setelah memperhatikan mobil Raphael dengan seksama.

"Itu namanya cinta tanah air Van" ucap asal luna yang sekiranya terlintas di otak pada saat itu.

Vano tidak ingin menjawab karena akan berakibat pada penaikan pita suaranya yang akan terdengar oleh Raphael yang kini sudah lemas dan duduk di tanah parkiran yang hanya ada mobil Raphael saja yang lain udah pada balik.

"Gusti kenapa hidup ini tak adil, eh kok ada merah putih nya segala sih? Ah bodo amat, kasiani aku yang tamvan dan berakhlak mulia serta di cintai wanita eaaa..." Ucapan Raphael yang terdengar jelas oleh luna, lea, dan vano membuat mereka Serasa tengah menjadi juri dalam kompetisi stand up comedy.

Sangat menggelitik perut, beberapa kali mereka harus menahan tawa nya dengan cara menyumpal mulut mereka dengan tangan.

"Ih asin tau" ucap lea yang kini berubah menjadi wanita yang polos tidak seperti dulu yang terkesan kaku dan kecowokan banget.

"Ya asin lah markoneng" sahut Luna setengah berbisik.

"Aduh sayang jangan di jilatin itu tangannya mending juga jilat ice krim aja kan enak tuh" tawar vano.

Lea mengangguk setuju, vano dengan cekatan menggenggam tangan Lea dengan mesra yang membuat Luna menatap mereka sinis.

"Dasar gak inget ini bumi banyak juga pribumi yang ada disini, emang hanya ada kalian aja gitu!" Gumam Luna sambil meremas roknya yang sudah kumel, kucel, and dekil completed sudah.

Vano dan Lea sudah menaiki angkot sedangkan Luna harus menunggu jemputan nya sendiri, terdengar suara samar - samar Raphael yang sangat menyedihkan itu.

"Gila tuh anak masih aja bersuara, mana lama banget lagi" ucap Luna ingin membantu Raphael yang masih ngoceh tidak jelas.

Karena Luna yang baik dan tidak sombong ini ia pergi meninggalkan sekolah dengan berjalan entah kemana ia pergi, suasana sore dengan volume kendaraan yang meningkat membuat luna mengeluarkan benda pipih tersebut untuk mengabadikan langit senja di ibukota. Luna beberapa kali tersenyum melihat hasil jepretan yang lumayan dan jangan lupa dengan quotes yang menarik juga.

Senja, memberikan keindahan dan pergi dengan sendirinya.

Aluna

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

admireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang