ALNIS 3

10.3K 435 28
                                    

Matahari yang terik perlahan turun ke ufuk barat akan segera digantikan cahaya bulan. Di sebuah kediaman yang terletak di kawasan elit Jakarta Selatan, seorang pria tampan dengan celana jeans hitam robek di bagian lutut, kaos putih berbalut jaket hitam, topi hitam, dan sepatu putih berjalan keluar dari pintu utama menarik sebuah koper hitam menuju ke garasi mobilnya. Terlihat seorang sopir sedang menunggu dengan setia.

"Al, jangan lupa kabarin Mama kalau sudah sampai loh!" pesan Maria pada Aldy.

"Iya, Ma!" sanhutnya singkat.

"Jangan lupa cari jodoh di Bali, tapi jangan cewek bule loh, Papa tak setuju punya menantu rambut pirang!" ucap Adinata tegas.

"Kalau lokal rasa bule bagaimana, Pa?" sahut Aldy menatap Adinata.

"Rasa bule bagaimana maksudnya?" balas Adinata menatap bingung anaknya.

"Yakan Papa tahu, cewek sekarang banyak yang rambutnya diwarnai semisal Jessica gitu!" jelas Aldy sambil menaikkan alisnya. Jessica itu temen kuliah Aldy yang mengejar cinta Aldy pantang menyerah.

"Gak ... gak, Papa tak suka. Cari yang cantik kayak Dian Sastro, mukanya enak dilihat dan keibuan, orangnya juga terlihat gak neko-neko!" timpal Adinata mengatakan kriterianya.

"Kok Papa semangat gitu, sih? Sebenarnya ini mau cari calon istri buat Aldy atau Papa mau tambah istri, sih?" jawab Maria sambil menatap Adinata dengan kesal. Sesaat kemudian Adinata langsung merangkul Maria karena menyadari sang pujaan hati marah karena cemburu. Ya, Adinata memang fans berat dengan Dian Sastro.

"Tuhkan, Soimah tersayang ngambek, dah, mamam tuh, Pa. Dah, ah, Aldy berangkat nanti telat lagi. Assalamualaikum!" pungkas Aldy berpamitan pada kedua orang tuanya.

Sebelum memasuki mobil Aldy tak lupa mencium tangan ke dua orang tua dan mobil yang dinaikinya perlahan hilang dari pandangan mereka melepas kepergian anaknya.

****

Pesawat landing di Bali sekitar jam 7 malam dan Aldy langsung bergegas menuju hotel agar dapat segera beristirahat. Dia menginap di sebuah hotel yang ada di daerah Ubud karena lokasinya di daerah pegunungan dan sejuk. Sangat nyaman untuk beristirahat dengan pemandangan alam yang hijau sehingga membuat pikiran lebih tenang. Sekitar jam 9, terdengar bunyi bel ditekan dan Aldy yang sedang memasukan pakaiannya ke lemari bergegas membuka pintu.

'Ding Dong'

Terdengar bunyi bel yang ditekan oleh seseorang dari luar terulang lagi.

'Ceklek'

"What's up my man?" Sesosok makhluk bernama laki-laki dengan wajah tampan seperti Johanes Bartle datang dengan membawa sesuatu di tangan kirinya mirip kurir warteg.

"Whatsapp gue belum dibuka sejak pesawat take off, dul!" jawab Aldy yang langsung bergegas masuk berniat melanjutkan kegiatannya tadi dan disusul Nico yang terkekeh di belakang dan meletakkan bawaannya di meja dan duduk di kursi sambil bersilang kaki.

Nicholas adalah teman baik Aldy sejak SMA. Dia keturunan Indo-Australia, tapi menetap di Bali sejak 5 tahun lalu karena membuka Restoran di Bali. Sebenarnya Aldy memiliki beberapa hotel mewah dan real estate di Bali, tapi untuk liburan kali ini dia sengaja menginap di hotel biasa yang digunakan oleh kalangan menengah ke bawah, dan itu bukan hal buruk baginya, karena dia sedang menikmati liburan ala kalangan biasa. Jadi, hotel yang dipilih pun bukan hotel bintang lima, tapi masih masuk jajaran hotel milik keluarganya.

"Bukalah whatsapp lo, jangan bilang gak punya kuota, deh!" decak Nico melirik malas Aldy.

"Enak saja lo klo ngomong, kuota gue masih ada 1 GB dan cukup buat bales chat Mama!" jawab Aldy sambil mendengus kesal.

"Idih najis, kelakuan orang kaya begini amat, njirr. Pantes saja lo cepet kaya ternyata pantat lo kuning, hahaha ...," guyon Nico yang langsung ditoyor Aldy kepalanya.

"Sialan lo, Nic!" maki Aldy kesal, tapi tiba-tiba Aldy menepuk jidatnya. "Shit! Gue lupa!"

"Lo kenapa, Al? Sakit? Semvak lo ketinggalan? Lupa bawa kondom? Kenapa?" tanya Nico penasaran dan tak sabaran.

"Otak lo, ya, Nic, mesum mulu. Gue lupa chat Soimah ngabarin kalau gue sudah sampai!" keluh Aldy yang langsung meraih handphone di nakas dan Nico pun ternganga bodoh mendengar jawaban Aldy.

"Bikin panik saja lo, gue kira apaan! Sekalian sampein salam kalo Ivan Gunawan kangen!" ledek Nico terkekeh.

Aldy pun segera menghubungi Soimah yang nyatanya adalah Maria. Nico yang sedang meminum sekaleng softdrink terkekeh mendengar suara Aldy yang terdengar seperti berbicara dengan kekasihnya. Yah ... begitulah, Aldy memang telah menjadi pria dewasa, tapi Maria sangat mudah khawatir jika Aldy tak mengabarinya. Malam ini, Nico akan ikut menginap bersama Aldy sebelum besok mereka akan pergi berkeliling menggunakan motor.

****

Di tempat lain, Nisa telah sampai di sebuah penginapan yang ada di Ubud. Penginapannya tidak terlalu mewah malah terkesan tradisional. Bangunannya sederhana dan tidak bertingkat, setiap kamar memiliki bangunan sendiri dan terpisah dengan yang lainnya serta dibatasi taman. Adapun kolam renang umum ada di ujung bangunan di mana di satu sisi kolam renang, pengunjung bisa melihat hamparan sawah hijau yang menyejukkan mata. Kebetulan sejak hotel itu dibuka, Nisa selalu menginap disini setiap dia datang ke Bali.

Berhubung waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, Nisa tak berencana keluar karena merasa lelah dan langsung beristirahat setelah membersihkan dirinya agar besok lebih fresh untuk memulai liburannya yang panjang.

"Semoga besok bertemu cowok ganteng. Amin."


CUT!

Bersambung

31 Agustus 2020/20.35

TELAT JODOH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang