ALNIS 10

9.1K 416 29
                                    

Siang ini, Aldy terlihat berada di Blue Point tempat Nisa dan Niken berada. Tepatnya, Aldy membututi Nisa ketika meninggalkan hotel. Aldy dan Nico bertingkah layaknya penguntit yang mengikuti ke mana pun Nisa pergi. Dan pada akhirnya, di sinilah mereka berada. Duduk gelisah memata-matai Nisa dengan jarak aman agar tak terlihat.

"Hadeuh, leganyaaaaa ...," desah Nico yang baru kembali dari panggilan alamnya. Nico langsung duduk dengan tangan kiri mengelus pelan perutnya yang sudah kosong dan minta diisi kembali.

"Lama banget, sih! Keluar batu lo?" ucap Aldy mengernyit menatap jijik Nico yang menggeliat dalam duduknya.

"Suwe lo! Antri banget anjir kayak orang antri beli baju lebaran di kasir sampai panjang banget!" jawab Nico meluruskan tuduhan Aldy tentang perjalanan sucinya ke toilet barusan. Aldy tak menimpali dan justru sibuk menyedot minumannya dengan mata besar yang tak pernah lengah menatap apa yang sedang diawasinya kini.

"Betewe, mana Nisa?" tanya Nico ikut mencari keberadaan Nisa.

"Tuh!" jawab Aldy sambil mengarahkan telunjuk ke arah di mana Nisa berada.

"Dari tadi masih di situ saja, berenang kek, apa kek, biar mata gue segar lihat dia pakai bikini. Gue juga pengin lihat sebesar apa dia punya onderdil!" oceh Nico mulai ngawur dan langsung mendapat tatapan tajam Aldy yang tak suka karena seolah bosan dengan kegiatan Nisa dan Niken yang hanya duduk-duduk santai.

"Mesum lo! Gue gak rela lo lihat Nisa pakai bikini. Cuma gue yang boleh lihat dia pakai baju kurang bahan!" sahut Aldy sambil memukul kepala Nico kesal.

"Hahaha ... belum jadian sudah super cembokur lo! Gimana kalau sudah nikah? Jangan-jangan lo karungi si Nisa!" oceh Nico sambil senyum mengejek dan terhenti seketika.

'Plak'

"Mulut lo jaga, kamvret!" omel Aldy pada Nico yang sudah meracau tak jelas. "Mana ada gue karungi Nisa begitu, yang ada gue sayang-sayang bagai putri raja!" ucap Aldy meluruskan dugaan Nico yang tak benar.

Nico pun hanya tertawa geli melihat reaksi Aldy karena rupanya benar-benar jatuh cinta pada Nisa yang hanya perempuan biasa. Cantik? Standar. Kaya? Tentu tidak. Normalnya, tidak mungkin pria kaya seperti Aldy jatuh cinta dengan perempuan sederhana seperti Nisa. Namun faktanya, Aldy benar menaruh hati padanya, dan mengaku-ngaku bekerja sebagai seorang karyawan hotel demi seorang Nisa. Sebagai sahabat karib, Nico tentu akan selalu mendukung apa pun keputusan Aldy, asalkan dia bahagia daripada harus bersanding dengan Jessica.

Tak berapa lama, Koji akhirnya menampakkan batang hidungnya setelah membuat Nisa bosan menunggu. Ketika mata mereka bertemu pandang, senyum pun terbit di wajah tampannya yang bersih. Koji adalah sahabat yang baik dan selalu membantu Nisa saat kuliah Sastra Jepang dulu, apalagi dia sangat lemah di kelas Kanji karena baginya sangat sulit menulis, dan menghafal aksara tersebut. Alhasil, dia selalu meminta bantuannya setiap saat yang selaku dosen asing di kelas percakapan.

"Koji!" teriak Nisa ke arahnya sambil mengangkat tangan kanan tinggi-tinggi. Koji pun melangkah menghampiri dengan cepat dan setibanya di hadapan Nisa langsung memeluk dengan erat.

"Huaaa, Hisashiburi Nisa Chan?" ucapnya dengan helaan lega.

"Hisashiburi, genki ka?" sahut Nisa cepat.

"Genki yo!" jawab Koji dengan senyum manisnya.

Merekapun tertawa dan pandangan Koji beralih menatap Niken yang hanya duduk terdiam dengan kikuk memperhatikan sejak kedatangannya.

"Kenalin, Ken, ini yang namanya Koji!" ucap Nisa memperkenalkan Koji pada Niken yang bergeming. Niken mengerjapkan mata karena terpana dengan ketampanan Koji dan berdiri dari duduknya dengan cepat.

"A-apa, ya, Nis. Gu-gue harus ngomong apa sekarang? Aduh, jantung gue cenut-cenut lihat orang ganteng macam Naruto begini!" gerutu Niken panik sambil menyentuh dadanya yang berdetak tak karuan.

"Kan sudah gue ajarin tadi. Cepat!" jawab Nisa cepat mengingatkan kembali ilmu dasar yang sudah diajarkan Nisa beberapa saat lalu. Niken menarik nafas dalam-dalam dan mengulurkan tangan kanannya yang dingin serta berkeringat, lalu disambut Koji dengan ramah.

"Niken. Ikeh ikeh kimochi!" ucap Niken lantang dan penuh yakin serta senyum berbinar karena berkenalan dengan pria tampan.

Seketika tubuh Koji mendadak tegang mendengar ucapan Niken yang terlontar polos. Sedangkan Nisa langsung terbahak dan membuat Koji serta Niken bingung. Namun, tak lama berselang, Koji pun ikut tertawa. Seketika wajah Niken berubah merah menahan malu, apalagi orang-orang sekitar menatap dengan aneh ke arah mereka yang berubah gaduh.

Ketika Nisa dan Koji terlihat begitu mesra dengan senyum yang terus mengembang sejak tadi, Aldy yang memperhatikan merasa hatinya sangat panas dengan wajah berubah masam menahan kesal. Cemburu tiba-tiba menelusup ke dalam hatinya melihat pujaan hati yang belum dia dapatkan justru sedang asik tertawa dengan bahagia bersama pria tampan. Ya, harus Aldy akui, jika pria yang duduk merapatt dengan Nisa cukup tampan dengan wajah oriental. Hal itu tentu berbeda dengan wajahnya yang terlihat bule karena memang memiliki darah western. Nisa yang asik berbincang tentu tak sadar, jika sejak tadi ada Aldy yang memperhatikannya tanpa berkedip ke arahnya.

"Lama-lama gue tendang juga, tuh, si mata sipit biar jauh dari Nisa!" oceh Aldy kesal sambil memukul meja dengan mata terus tertuju pada Nisa. Nico berkerut kening dan ikut menoleh ke arah Nisa yang nampak sedang teratawa bahagia.

"Nempel terus Nisa sama si Naruto!" kata Nico sambil menyedot minumanya.

"Setan emang. Anjir banget dada gue panas ini kelamaan lihat adegan begitu. Mana, sih, ember? Pengin gue siram itu cowok biar nyingkir dari samping Nisa. Bisa lecet calon bini gue dipepet terus kayak kambing kebelet kawin!" omel Aldy geram sambil mengepal dan memukul belakang kepala Nico.

"Semvak lo! Kenapa jadi gue yang lo siksa? Gue kagak grepe Nisa, anjir!" cicit Nico yang sudah ditoyor dan dijitak oleh Aldy yang mencari pelampiasan.

"Lo cukup pasrah kenapa, sih, Nic! Gue lagi marah, nih! Enggak pengertian banget jadi teman!" sahut Aldy macam orang bodoh.

"Sakit kepala gue lo jitak terus. Lama-lama bisa benjol gue dan gak ganteng lagi!" timpal Nico yang langsung menghindar saat tangan Aldy akan melayang dan ingin mendarat di kepalanya lagi.

"Sial, gue kesel banget ini. Gue cemburu. Gue cemburu, Nic! Cemburu gini amat, ya!" geram Aldy memukul lengan Nico yang bebas. Nico terkekeh melihat kelakuan norak Aldy yang baru merasakan cemburu. Demi mencari aman, Nico menggeser sedikit lebih jauh kursi yang dia duduki karena tak ingin menjadi sasaran oleh Aldy yang terbakar cemburu dan terus mengoceh tak jelas. Di saat Nico sedang menikmati minumannya, tiba-tiba ucapan bernada mengancam keluar dari mulut Aldy dan membuat Nico tersedak.

"Gue tembak juga si Naruto kalau begini!"

TELAT JODOH (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang