DUA| PERJODOHAN

617 21 1
                                    

Aku tidak mengerti kenapa seseorang bisa sejahat itu
__________________________________

Sudah tiga hari berlalu kepergian Ibunya benar-benar membawa luka bagi Cinta. Rasanya ia ingin mati saja, percuma ia hidup jika hanya sebatang kara. Cinta lelah, kecewa, terluka dan prustasi. Ditatapnya kasur tempat ibunya biasa berbaring, tanpa ia sadari butiran bening itu kembali memenuhi pelupuk matanya.

Dengan perasaan kacau, Cinta melangkah pergi. Mengingat bagaimana ia dibully dan dikerjai, rasanya ia tidak ingin sekolah. Tapi ia tidak mau mengecewakan Ibunya dan 'Orang baik' yang selama ini mendukung cita-citanya. Sambil berjalan, bayangannya terlintas pada saat pemakaman sang ibu. Ada lima orang memakai baju serba hitam mengawal pemakaman tersebut, serta mengawasi mulai dari awal acara sampai akhir. Ia masih mengingat jelas, pada saat itu Cinta memilih sendiri dan menangis dimakam sang ibu. Kelima orang itu tetap berdiri disana, yang anehnya tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Salah satu diantara mereka mengelus kepala Cinta lalu bergumam kecil.

"Dasar gila" suara itu membuyarkan lamunan Cinta. Ia menoleh kesumber suara, dilihatnya Samudra yang menatap tajam kearahnya. Umpatan kasar pria itu jelas tertuju padanya, terbukti hanya ada mereka berdua disana. Wajah  Samudra penuh lebam, dasinya terikat dibagian telapak tangan dengan bercak merah. Cinta gugup, ia tau pria ini habis berkelahi. Lalu apa alasannya ia mengumpat, Cinta kan gak salah

"Ngapain lo ngalangin jalan gue! " bentak Samudra. Lagi-lagi membuat Cinta takut luar biasa

"Ma-maaf " ucapnya gugup

Samudra mendengus kasar, ia paling benci melihat orang seperti Cinta. Lemah! Didorongnya Cinta, hingga gadis itu tersingkir kesamping membuat Samudra leluasa memasuki gerbang sekolah. Punggung pria itu menjauh dari hadapan Cinta

"Cinta, lo gak apa-apa ?" ucap
Melati teman sekelas Cinta yang baru saja sampai dan menyaksikan saat Cinta di dorong oleh Samudra kasar. Cinta hanya menggeleng kecil lalu melanjutkan jalannya, ia paling anti berhadapan dengan orang lain. Baginya semua adalah 'Bahaya' . Jadi ia harus menghindari itu semua

Melati tersenyum kecut, ia tau gadis itu terluka. Ia butuh orang untuk bercerita, tapi mengapa ia tidak bisa menerima orang lain dalam dirinya. Seenggaknya hanya untuk teman curhat. Beberap kali Melati mencoba mendekat, namun gadis itu selalu mengibarkan bendera 'Kesendirian'

"Gue kasihan sama lo Cin"

🍁🍁🍁

Suara ricuh terdengar dikoridor sekolah saat tubuh Cinta tersungkur dilantai. Cinta hanya bisa meringis kesakitan saat kakinya menyentuh paku payung kecil. Dipandangi nya ketiga orang yang baru saja tertawa puas atas penderitaannya, Rosa dan kedua sahabatnya Sasya dan Yura

"Yaelaah, pake acara jatuh. Uluuh..uluuh kaciann" dengan logat menjijikan Rosa mencengkram dagu Cinta. Diikuti kedua anteknya yang menyiram kaki Cinta dengan air bekas pel'an. Gadis itu tidak berkutik, ia lebih memilih diam

Melawan hanya akan menambah masalah, "Diem mulu lo culun" ucap Sasya sambil menoyor kepala Cinta. Merasa kesal karna bullyan mereka hanya dibalas ke diaman. Mereka ingin lebih, sepeti ketika Cinta melawan mereka akan membalas dengan jambakan atau tamparan

"Dasar culun " timpa Yura

Melati yang melihat kejadian itu geram. Ia sudah tidak tahan melihat Cinta dibully

"Dasar cabe, taunya mengganggu orang lemah " bentak Melati. Ia merampas kain pel dari tangan Yura lalu menyapukkan kewajah Rosa membuat gadis itu menjerit, "Apa-apaan sih lo"

SAMUDRA: Musuh Jadi Suami [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang