4. Check

2.3K 240 62
                                    

                  Hari sabtu pagi libur weekend keluarga Jeno berkumpul di teras samping rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     
    
       Hari sabtu pagi libur weekend keluarga Jeno berkumpul di teras samping rumah. Lengkap dengan sang ayah yang biasanya sibuk mengurus bisnis propertinya. Itu yang menjadi salah satu alasan mengapa keluarganya pindah ke Jakarta. Rumah yang mereka tinggali sekarang sebenarnya juga bukan rumah baru. Sang Kakak, Tama sudah lebih dulu menempatinya karena ia memang kuliah di salah satu kampus seni tak cukup jauh dari rumah.

 
Tama dan Juna sedang berebut bola basket di halaman. Jeno memilih menjadi penonton. Duduk di teras bersama sang ayah yang asik melihat gambar foto desain rumah di tabletnya.
 

"Mas Tama ntar anterin ibu ke supermarket ya!"
 
  
Winda meletakkan nampan berisi sepiring ubi goreng yang baru saja matang dan minuman dingin di atas meja kecil.
 
  
"Stock kulkas mau habis." ucap Winda lagi.
 
 
"Siap!" Tama mengacungkan jempol ke sang ibu. Ia akan merebut bola di tangan Juna saat tiba-tiba sang adik menghentikan permainannya.
  
 
"Juna aja bu yang anterin!"
  

Juna mengapit bola basketnya di samping tubuh dengan lengan tangan kanannya. Menatap sang ibu lengkap dengan senyum lebarnya.
 
  
"Kalau pake motor repot ntar bawanya dek." Winda menggelengkan kepala ke Juna.
  
  
"Alah paling mau maen ke timezone."
  
  
Tama mengambil alih bola di tangan Juna yang langsung mendapat lirikan kesal dari adiknya.
  
  
"Ya udah, ntar ikut aja." Winda akhirnya melerai kedua putranya yang tampak saling menendang kaki dengan muka saling mengejek.
  
  
"Bertiga doang? Sekeluarga lah. Sekalian jalan-jalan. Mumpung ayah libur."
  
  
Tama berlari setelah kembali melempar bola basket ke Juna. Ia duduk di samping sang ayah yang sudah menyimpan tabletnya.
  
  
"Jeno sama ayah mau pergi ke rumah sakit." ucap Mada. Sebelah tangannya mendorong pelan tubuh Tama yang menyandar kepadanya.
  
  
"Jangan nempel-nempel mas ah. Bau keringet iki loh. Ayah udah mandi ini."
  
  
Jeno tertawa melihat ayahnya yang berusaha menjauh dari sang kakak yang masih saja menjahilinya. Diantara mereka bertiga, Kakaknya itu memang yang paling dekat dengan sang ayah.
  
  
"Sana cepetan mandi! Sekalian ntar potong rambut. Juna juga sekalian."
  
 
"Kok Juna ikutan kena sih."
  
  
Terdengar protes dari si bungsu. Walau akhirnya ia menurut mengikuti Tama yang sudah masuk ke dalam rumah setelah menghabiskan jusnya.
  
  
"Jeno juga sana!"

 
"Jeno udah mandi yah."

.
  
.

.

Jeno berjalan berdampingan dengan sang ayah mengikuti suster di depan mereka. Sesekali kepalanya menoleh pada beberapa pasien yang sedang berjemur di taman seberang koridor sambil melihat-lihat bunga disana. Tentunya dengan ditemani keluarga atau perawat pendamping.
  
  
Langkah mereka terhenti di depan ruangan yang ditunjuk oleh sang perawat. Perawat tersebut masuk sebentar namun tak lama kemudian ia kembali keluar. Mempersilahkan Jeno dan ayahnya masuk ke dalam.
  
  
Mada menjabat tangan seorang dokter laki-laki begitu tiba di dalam ruangan. Jeno melakukan hal yang sama.  
  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B A T A STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang