GA-1

305 29 2
                                    

GA-1

Disebuah kantor produksi buku yang terkenal di Ibu Kota Jakarta. Gadis pemilik mata cokelat dengan bulu mata lentik itu keluar dari sebuah ruangan dengan meregangkan tubuhnya karena lelah menandatangani beberapa buku yang sudah di pre-order oleh pembaca setianya.

Garneta Elisa Sievert. Seorang penulis dengan segudang karya yang selalu dinanti para pembacanya. Gadis cantik itu kini berjalan menuju lantai bawah dengan senyum yang terlontarkan dari bibir tipisnya yang dipoles dengan liptin berwarna peach.

Taksi online yang ia pesanpun sudah berada didepan kantor dan siap mengantarkannya ke salah satu restauran cepat saji untuk mengisi perutnya yang sudah minta diberi asupan makanan. Jalanan tidak terlalu ramai. Gadis yang sering disapa Garneta itu turun dari taksi dan berjalan memasuki restoran setelah memberikan dua lembar uang berwarna hijau.\

Tempat makan itu cukup padat kali ini yang membuat Garneta kesulitan untuk mencari tempat duduk. Setelah memesan toppoki rice dan fruite tea ia berjalan mencari tempat dengan nampan yang ada ditangannya.

Mata cokelat itu menatap satu kursi yang berada dipojok dekat jendela. Dengan segera Garneta mengampiri cowok yang tengah duduk sendiri itu.

"Maaf, tempat ini kosong?" Tanya Garneta yang dibalas anggukan cowok itu.

"Boleh aku duduk disini?" Sambung Garneta dengan senyum yang semakin mengembang.

"Silahkan."

Jawaban cowok itu membuat senyum Garneta semakin mengembang. Dengan segera ia meletakkan nampan dan duduk dihadapan cowok itu dengan burger dan minuman sodanya.

"Nama aku Garneta. Kamu?" Ucap gadis itu memperkenalkan diri.

"Alan." Balasnya singkat.

Alan Gerhana Wijaya atau kerap disapa Alan. Si pemilik iris mata tajam berwarna hitam kopi dan alis yang tebal itu cukup terkejut dengan kedatangan gadis yang tidak ia kenali kemejanya dan duduk dengan membaca lembar kertas yang ntah apa itu isinya.

Alan fokus dengan burger didepannya setelah hampir perjalanan tiga jam perutnya tidak sempat diisi apapun karena ia yang harus fokus mengemudi kendaraan terbang atau lebih tepatnya pesawat terbang.

Alan adalah lulusan terbaik penerbangan di Indonesia dan sekarang ia tengah menaiki jabatan pertamanya menjadi co-pilot. Parasnya yang tampan dengan dengan tubuh yang atlentis itu membuatnya tidak jarang dimintai foto oleh penumpang setelah mendarat.

Disaat Alan sedang menikmati makanannya. Garneta justru sibuk membaca hasil yang diberikan pihak rumah sakit kepadanya sore tadi yang belum sempat ia baca. Senyum tipis terukir diwajahnya ketika melihat adanya perkembangan pada kesehatannya. Itu artinya, usahanya yang terus melakukan cek up tidak sia-sia dan uang yang dikeluarkan orang tuanya tentunya juga tidak sia-sia. Walaupun untuk kedua orang tuanya tidak masalah jika itu mampu membuat anaknya sembuh dan kembali seperti semula.

Drrt.. drrt.. drrt..

Ponsel milik Garneta bergetar yang menampilkan nama 'Editorku' itu membuat Garneta segera menekan tombol hijau dan menempelkannya ditelinga. Suara cempreng seketika menghiasi pendengarannya.

"Halo. Kenapa Kak ada buku yang belum ditanda tangani?" Sapa Garneta.

"Bukan. Ini jauh lebih dari itu. Hot news, Ta."

"Apaan emangnya?" Tanya Garneta penasaran.

"Jadi, ada pihak produksi film yang tertarik sama cerita kamu dan mereka minta untuk ketemu kamu sekarang buat bahas salah satu buku kamu untuk diangkat ke layar lebar."

GARNETA [Plan of Love]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang