GA-3

150 22 1
                                    

GA-3

Matahari terbit menyinari bumi dengan teriknya yang hangat. Rumah besar dengan dominan warna putih dan abu-abu milik keluarga Wijaya yang terkenal dengan keluarga yang terpandang karena memiliki beberapa perusahaan didalam negeri maupun diluar negeri.

Alan berjalan menuruni tangga menuju ruang makan yang sudah lengkap dengan keluarganya. Cowok itu hanya berbalut kaos hitam polos dan celana hitam pendek itu menarik kursi yang berada disebelah adik cowoknya yang hanya berbeda dua tahun dengannya.

"Captain Davin semalam ngabarin Papa buat ambil dokumen. Kamu bisa datang buat ambil nanti di Maskapai?" Ucap Wijaya memulai obrolan.

Alan mengangguk."Jam berapa?"

"Sebelas." Ucap Wijaya yang dibalas anggukkan oleh Alan.

Setelah obrolan singkat itu. Wijaya berangkat ke kantor lebih dulu meninggalkan anak dan istrinya yang masih sarapan. Hari ini adalah hari yang cukup padat karena tidak hanya anak sekolah saja yang kembali berangkat ke sekolah tetapi orang dewasa pun juga sudah mulai kembali bekerja dan bergelut dengan kerasnya Ibu Kota.

"Dito, Dira." Panggil Alan ketika telah menyelesaikan makannya.

"Apaan?" Sahut kedua kembar yang berbeda identik.

Alan memang memiliki dua adik yang kembar tetapi berbeda jenis kelamin. Mereka adalah Aldito Baruna Wijaya dan Andira Queensy Wijaya. Mereka kembar tapi tidak identik. Hanya saja jika dilihat mereka memiliki iris mata dan bentuk alis yang sama.

"Kalian tau Garneta?" Tanya Alan santai tapi membuat Dira seketika tersedak.

"Lo kapan blusukan disekolah gue?" Ucap Dira dengan berbalik tanya.

"Jawab aja." Sahut Alan.

"Dia sekelas sama gue. Kenapa?" Tanya Dito dengan sikap kalemnya seperti biasa.

"Gimana anaknya?" Ucap Alan lagi.

"Dia itu cantik, sabar, baik banget malah, beda dari cewek lain disekolah. Ketika yang lain pada sibuk dandan dia sibuk baca novel. Seru juga orangnya walaupun kelihatan diam sih. Gue baru kenal dia sebulan ini sih. So far, orangnya friendly bangeet! Gemeshin! Gue aja nyaman temenan sama dia daripada sama anak-anak yang lain." Jawab Dira dengan semangat.

"Tapi sayangnya, banyak orang disekolah yang suka nyinyirin dia karena fisik yang beda." Ucap Dito yang membuat Alan mengerutkan keningnya.

"IYA! Apalagi tuh gengnya Gisel. Rasanya pengen gue ulek tuh cabe!" Tambah Dira.

"Emang dia kenapa?"

"Kita juga nggak tau sih. Bahkan anak sekolah juga nggak ada yang tau pastinya. Tapi dia itu wajahnya kadang bisa pucet banget. Terus setiap upacara dia selalu pingsan dan anehnya sekalinya dia nggak masuk sekolah bisa seminggu bahkan lebih." Jawab Dira lagi dengan meminum susu rasa karamelnya.

"Awalnya dari Gisel sih yang tiba-tiba mulai duluan bilang cewek penyakitan ke Garneta. Terus nyebarin berita-berita yang aneh-aneh lah yang katanya penyakitnya menular atau apalah sampai gue tuh nggak pernah ngelihat dia jalan sama temennya atau punya temen deket gitu." Jelas Dito kali ini.

"Bukannya Gisel temen segeng lo, Ra?" Tanya Alan heran.

"Ketinggalan jaman sih lo. Males gue kalau bahas dia mulu. Sakit hati banget nih kalau ngingetnya." Jawab Dira dengan mata berkaca-kaca.

Alan mengerutkan keningnya heran. Sedangkan Dito menghembuskan nafasnya berat dan mengelus punggung kembarannya itu. Memang Alan jarang berada dirumah karena setelah lulus dan mendapat pangkat pertamanya. Jam terbangnya langsung padat yang membuat ia jarang bertemu dan bermain dengan adik-adiknya.

Dito yang memiliki sifat yang kalem dan paling normal diantara Alan yang dingin dan cuek, sedangkan Dira yang bawel dan heboh itu akhirnya berdeham dan menjelaskan apa yang terjadi oleh adik perempuan mereka satu-satunya itu.

"Gisel sama teman-temannya cuma numpang tenar ke Dira. Setelah mereka dapat apa yang mereka mau, mereka pergi ninggalin Dira dan jauhin dia." Ucap Dito yang membuat Alan terkejut.

Memang keluarga Wijaya adalah pemilik yayasan disekolah itu. Jadi wajar jika anak-anaknya menjadi Most wanted dan sangat disegani disekolah. Tak jarang banyak dari mereka yang ingin berteman hanya untuk mendapatkan popularitas saja disekolah maupun diluar sekolah. Dan itu yang membuat Dito yang lebih banyak diam serta memilih memiliki teman sedikit sama halnya dengan Alan dulu waktu masih berada di SMA PERMATA JAKARTA.

"Mulai sekarang lo temenan aja sama Garneta. Kalau perlu nggak usah sama yang lainnya. Gue mau lo berdua jagain Garneta jangan sampai ada orang yang nyelakain dia atau bahkan bully dia disekolah." Ucap Alan dengan sorot mata tajam mendengar penjelasan Dito tadi.

"Lo tau Garneta darimana emangnya?" Tanya dua kembar itu bersamaan.

"Nanti gue ceritain." Jawab Alan lalu pergi menuju garasi.

****

GARNETA [Plan of Love]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang