la prochaine

15 2 0
                                    

Author POV

Cewek mungil itu memasuki ruang yang bernuansa abu biru itu
Ia mengamati sekeliling, yeah menurutnya ruangan ini cukup bagus untuk ukuran sekolah elit di ibu kota.
Hanya dirinya seorang di ruangan ini, tak tahu dimana makhluk astral itu yang notabenenya ingin menemuinya tapi melihat batang hidungnya pu cewek itu tak lihat.
Akhirnya cewek mungil itu memilih duduk di salah satu sofa singel yang membelakangi pintu ruang osis tersebut.
Dilihatnya majalah terbitan G one yang baru terbit kemarin, tak salah kan jika ia membacanya toh sang pemilik ruangan membuatnya bosan setelah menunggu 3 menit, bukannya apa tapi dia sadar bahwa kutipan 'time ia monay' itu benar-benar berarti baginya.
Selang beberapa menit, cewek itu tak tenggelam dalam rutinitas membacanya, hingga tak sadar sosok tegap itu masuk dalam ruangannya.

"Hmmm"
Mendengar suara ngebas tersebut, cewek itu sadar dan menetralisir raut mukanya yang nampak tertarik akan artikel yang sedang dibacanya.
"Napa lo manggil gue ketos songong heh?"
" Cuman mau lo konsultasi ama gue aja"
" Emang lu kira gue sakit apa, atau lo ngira gue lagi buat masalah baru baru ini?"
Tanya velee beruntun
Setelah membuang nafas dalam, akhirnya arka mempersilahkan valee duduk kembali, yang mana sebelumnya valee berdiri karena kehadiran erka tentunya.
" Valee, mau sampai kapan?"
"Jangan sok perhatian deh er, gue muak kalau lo mau tau"
" Tapi nga dengan cara itu lo ngungkapin kekesalan lo valee, lo ngerusak diri sendiri tau!"
" Ko lo sewot sihh, diri ya diri gue"
Kata valee santai, yang sebelumnya mendengar bentakan erka akan dirinya
"Lo tau bokap lo nitipin lo di gue, dan gue wajib ingetin itu"
" Er, udah, jangan sok masuk ke kehidupan gue deh"
"Valee.."
"Er, cukup. Gue gak mau denger kalau lo tetep bahas itu. Udah kan ngomongnya, yaudah gue keluar"

Keluarnya velee hanya diiringi tatapan sendu oleh seorang erka,
Sedang valee hanya menampakkan muka datarnya.

Valee POV

Gue hanya jalan menyusuri koridor sekolah, menuju kelas gue.
Gak tau kenapa abis ketemu erka gue tuh harus nenengein diri dulu.
Akhirnya gue mutusin untuk belok kiri menuju tangga rooftof sekolah.
Gak ada lift untuk naik keatas, maka dari itu gue tay jarang orang yang minat untuk sekedar bersantai di atap, juga pastinya mereka lebih suka berada di kantin atau taman depan juga samping.

Gue lincah naik tangga, karena sudah terbiasa, yeah walaupun ini salah satu sekolah elite namun tangga menuju rooftof ini terbilang remang.
"Akhh akhirnya sampai juga gue"
Gue teriak sepuasnya, toh nga ada yang denger, walaupun denger mereka mungkin lebih asyik dengan kehidupannya dari pada bersusah payah mencari sumber suaru gue ini.
" Sotoy Lo, sapa lo sampe mau nyampurin urusan gue ini. Hhhhh lo itu cuman orang yang numpang singgah aja ya di hidup gue. Jangan mentang-mentang bokap gue nyuruh lo awasin gue, lo jadi sok tau kehidupan gue. Baru tau secuil aja belagu Lo, dasar es seruttt songong"
Kataku meluapkan segala amarah

Tap.. tap..tap
Gue ngerasa ada tapak sepatu bejalan di belakang gue
Gue berbalik, ternyata ada seorang cowok. Nga tau deh denger omongan gue apa kagak. Tapi kalau dia emang dari tadi di tempat ini, pastilah dia denger ocehan gue tentang es serut itu.
"Kalo mau ngoceh sambil terisak teriakan sono di Iran"
Kata cowok itu menyadarkan lamunan gue.
Anjir tajam bener katanya,
" Terserah gue dong, emang lo sapa sampe nyuruh nyuruh gue ke hutan"
Kataku dengan nada yang menjengkelkan
"CK"
Akhirnya ia hanya berdecak kesal akan tingkahku. Toh ini yang kuharap kan.
" Dasar cowok gak jelas"
Kataku akhirnya membuatnya berhenti.
Lama ia di tempatnya
" Seenggaknya gue gak luapin apa yang ada di hati gue secara gamblang, itu nunjukin kalau kita tuh nga setangguh kelihatannya"
Hanya itu yang ia katakan, dan itu mapu menohok hati gue.
Cowok itu berjalan menuruni tangga dengan pintu yang sebelumnya berdebum keras, mungkin ia jengkel dengan sikap arogan gue
"Isss sapa sih tu cowok".
Kataku hanya mendesis
Setelah pintu itu tertutup sempurna, dan melihat sekeliling tak ada orang akhirnya gue jatuhi itu diri ini di belakang pintu.
Gue hanya nangis sesunggukan, toh gak ada orang yang lihat, gak ada oramg yang perhatiin dan tentunya gak akan ada yang sibuk nyari gue.
Orang yang bener bener sayang ama gie udah pergi, bahkan satu satunya orang yang gue percaya ninggalin gue
Ohh tuhan betapa gak adilnya keadaan yang kau beri,
Kadang gue pengen nyerah, tapi gue tau gue gak seburuk itu.
Gue akan bales semua orang yang dengam santainya menindas kehidupan gue, walau hanya dalam tindakan batin, tapi kalian harus ngerti kalau itu lebih sakit dari siksaan fisik.
Gue tau gue egois, gue memaksa kehendak, tapi gue udah yakin ama keputusan gue
Kali ini gue bakal bertindak, bales dendam dengan kalian.
Kalian yang seenak jidatnya masuk dalam kehidupan gue, dan keluar tanpa ngucap salam manis, ninggalin gue sendiri.

Author POV

Cewek mungil itu tetap menangis di depan pintu rooftof, sedang ia tak tahu bahwa cowok yang menyebabkan berdebumnya pintu dan menohok hatinya itu tak benar-benar pergi, ia hanya berdiri di belakang pintu,
Mendengar isak tangis cewek mungil itu bagaikan teriris sembilu.
Bukannya alay atau apa, cowok tersebut hanya tak suka jika gadis manisnya menangis, dan menunjukkan rasa sakitnya.
Dan itu tak seperti biasanya, walau ia adalah penyebab hati gadia itu menangis.

'Vall, maafin gue, gue hanya gak mau lo lemah. Meski gue tau lo rapuh rapi lo harus kuat. Gue tau semuanya, semua yang orang lain gak tau tentang lo. Bahkan lo aja kadang gak ngerti tentang diri lo sendiri.
Tapi di sini gue tau. Gue tau lo luar dalem. Maaf nyembunyiin ini, tapi bila memang itu waktu lo buat tau, gue akan ngasih tau'
Benak cowok itu, kemudian berlalu pergi rari balik pintu, setelah memastikan tak ada orang yang akan naik ke rooftof.

Disisi lain, akhirnya valee berhenti akan tangisnya. Ia mengingat Mei, sahabatnya itu pasti menunggunya. Apalagi kali ini ia lagi lagi tak masuk kelas. Dikarenakan terlalu lama merenungi nasibnya.
Akhirnya ia membuka hp, and see, banyak notifikasi chat dari Mei juga 20 panggilan tak terjawab. Meski begitu valee tak membalasnya melainkan segera turun menuju toilet untuk membersihkan wajah sembabnya.

Di kelas
Disisi lain Meienunggu valee datang setelah sebelumnya valee akan ke ruang osis menemui ketos erka itu.
Namun hingga bel berdentang, valee tetap belum datang
"Valee lo di mana sih, udah bel iniiii"
Kata mei mengemel sendiri,
Hingga mei spam WA dari valee juga tak ada balasan.
Di telpon juga gak di angket. Mei tau kalau valee selalu meng-silent HP-nya. Tapi mei rasa ia khawatir akan sahabatnya itu.
Mei tahu ia tak tau semua mengenai valee, tapi toh ia berusaha jadi teman juga sahabat yang baik.
'munkin valee belum pengen terbuka sama gue, valee gue nunggu lo kok'
Batin mei.









Holaaa gengs
Ini dah chapt 3
Thks dah baca story akooo
Moga suka y
Maaf sih kalau banyak typonya
Vote juga komen y guys
Salam manis


Noerah


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tous mesRevesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang