Ikatan

368 44 0
                                    

Sasuke menatap kursi duduk yang selalu menjadi tujuan matanya, Haruno Cherry atau Haruno Sakura. Lima menit berlalu bell masuk sekolah terdengar, Sasuke menutup wajahnya dengan satu tangan, sahabat merah mudanya belum datang ke kelas.

Hari kamis ini dimulai dengan pelajaran Kakashi-sensei, seorang guru yang selalu memakai masker di wajahnya, mengajar pelajaran matematika di jam pertama hingga waktu istirahat.

"Shion, coba kau maju dan kerjakan soal nomor 1." Tegas Kakashi seraya menatap siswi berambut pirang panjang itu.

Langkah kaki Shion ragu-ragu untuk maju, jujur dia tidak yakin mengerjakan soal yang dibuat senseinya itu. Selesai mengisi jawaban, dia manatap Kakashi sebagai kode.

"Kurang tepat, kau tidak paham bilangan negatif positif, eh?"

Shion menggelengkan kepalanya pelan lalu menunduk malu.

"Astaga, minta bantuan teman mu, pilih diantara mereka." Saran Kakashi.

Dengan cepat otak Shion memikirkan idolanya yaitu Uchiha Sasuke, perasaannya begitu berbunga-bunga. Dia tidak memperhatikan Sasuke karena sekarang pria itu bahkan tidak fokus dalam pelajaran.

"Uchiha Sasuke, sensei." Gumam Shion dengan pipi merona.

"Baiklah, Sasuke, maju kedepan." Tegas Kakashi.

Uchiha itu memang tidak memperhatikan sekitarnya, tapi telinganya tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan perasaan gelisah bukan karena diperintahkan maju kedepan melainkan memikirkan Sakura yang tidak bersekolah hari ini, aura dingin Sasuke sangat terasa mengelilingi kelas.

Naruto memandang sahabatnya itu ngeri, "Teme sedang dalam mood yang buruk, ttebayou." Bisiknya pada diri sendiri.

Setelah sampai di depan papan tulis, dengan kasar Sasuke mengambil alih kapur dari tangan Shion, tidak membutuhkan waktu lama bahkan sangat singkat Sasuke telah mengoreksi jawaban yang dikerjakan Shion.

"Bagus Sasuke, kau memang murid kebanggaanku. Kalian berdua boleh duduk, selanjutnya Naruto kau kerjakan nomor 2!"

Sasuke dan Shion berjalan kembali ketempat duduknya masing-masing. Shion mendengarnya dengan jelas, matanya berkaca-kaca, Sasuke bergumam dengan kata menusuk tajam yang ditunjukan untuk dirinya. "Cih, bodoh."

Perkataan Sasuke dibarengi dengan teriakan Naruto. "TIDAK! KENAPA HARUS AKU SENSEI???"

Kebanyakan murid dikelas seketika ramai menertawai pria rubah itu.

...

Sasuke menatap ponselnya, tidak ada balasan dari Sakura, ceklis satu, terakhir online jam 10 malam.

Sasuke berniat menanyakan kabar Sakura ke salah satu teman dekatnya, teman sebangku gadis itu, Yamanaka Ino.

"Ayo ke kantin, aku ingin ramen tiga mangkok teme!" Ujar Naruto, kalimat yang selalu terdengar di waktu jam istirahat, ramen forever.

Sasuke bangun dari tempat duduknya, mereka berdua keluar kelas. Saat perjalanan menuju kantin, dilihatnya Ino dan Hinata berjalan berdua didepan mereka.

"Si jidat sepertinya sakit, semalam dia bilang padaku kalau dia jatuh dari tangga!" Ujar Ino pada Hinata. Perkataannya itu cukup keras sehingga terdengar oleh Sasuke yang memang sedang memperhatikan mereka berdua.

Hinata terkejut lalu bergumam sedih, Sasuke beralih menatap ke arah Naruto yang ternyata sudah memasang head phone ditelinganya, tidak mendengar sama sekali perkataan Ino.

Telapak tangan Sasuke sudah mengepal kuat dibalik saku celananya, dia ingin sekali kerumah Cherrynya sekarang.

Di meja kantin, mereka duduk berempat. Naruto, Hinata, Ino, Sasuke. Sai datang dengan sendirinya meninggalkan meja sebelumnya yang dia duduki bersama Shikamaru.

Konoha CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang