Sakit

463 43 0
                                    

Sangat berbeda dari yang lainnya, terlalu aktif bergerak, banyak berteriak, heboh, dan tidak peka. Rambutnya kuning jabrik, mempunyai tanda lahir tiga garis dimasing-masing pipi, kulitnya putih dan selalu menampilkan cengirannya yang mekar seperti bunga matahari. Dia adalah Naruto, dia sedang terburu-buru karena ini sudah siang dan sekarang adalah hari senin! Setelah habis meminum susu, dia berdiri seraya mengambil roti selai coklat dan langsung dimasukan kedalam mulut.

"Kaa-chan! Aku berangkat!!"

Kepala Kushina muncul dari balik tembok dapur, mencari keberadaan anak kesayangannya di meja makan, tapi sudah tidak ada.

Menghela nafas, wanita berambut merah panjang itu melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. Setengah jam yang lalu suaminya sudah berangkat kerja ke Kantor, sungguh teladan. Berkebalikan sekali dengan anaknya yang selalu terlambat pergi ke Sekolah, setiap pagi selalu ramai karena Naruto yang sangat sulit dibangunkan dari tidur, anak itu harus diseret ke kamar mandi dan diguyur air dingin baru dia bangun dari tidurnya.

"Dulu aku ngidam apasih?"

Kushina hanya teringat jika dia selalu minta makan ramen saat itu.

...

Naruto sampai di kelas, yang pertama dia cari adalah keberadaan Hyuga Hinata, kekasihnya. Matanya menyapu seluruh sudut kelas tapi tidak menemukannya.

"Sakura-chan! Dimana Hinata-chan kekasihku yang imut? Dimana???" Hebohnya sambil berlari menuju ke arah Sakura yang sedang mengerjakan PR bersama Ino.

Sakura merapihkan sedikit letak kacamata bulatnya yang turun. Dia menatap Naruto galak dan balas berteriak, "Apa kau tidak mendapat pesan darinya? Dia sakit Naruto!" Tanpa menunggu reaksi teman kuningnya itu Sakura kembali sibuk mengerjakan PR dengan kalem.

Naruto mangap dengan mata melotot. "SAKIT???!" Teriaknya menyakiti semua telinga murid dikelas.

Selanjutnya Ino melemparkan kamus ke arah Naruto dan tepat mengenai kepala kuningnya. Dilanjutkan oleh Neji yang berucap dengan kalimat setajam samurai, "Jika sepupuku sakit karena dirimu, akan kubakar semua kedai ramen di Konoha, Naruto!"

"AMPUNI AKU NEJI, JANGAN RAMEN!" balas Naruto lalu segera mengecek ponselnya, disana terdapat notif whatsapp dari Hinata.

"Oh sayangku!" Naruto berjalan duduk ke kursi. Dia membaca pesan Hinata dengan seksama, Sakura benar, kekasihnya itu sakit, dengan cepat Naruto mengetik pesan untuk membalas, dia menanyakan tentang sakit yang dialami Hinata, tapi ceklis satu, astaga.

"Ceklis satu! Sialan, Huwaaa!" Naruto terus memperhatikan room chat berharap ceklis satu itu berubah menjadi ceklis dua biru, tapi tidak ada keajaiban.

Disebelah Naruto, ada Sasuke yang kalem mendengarkan headphone, dengan mata terpejam. Beralih ke sudut kanan depan, ada Shion yang seperti paparazi mengambil gambar Sasuke dalam diam.

Naruto tidak mungkin membiarkan sahabatnya sesantai ini. "TEME, Aku harus bagaimana? Ceklis satu, teme! Ceklis satu terus!" Tangan Naruto menggoyang-goyangkan lengan Sasuke seperti anak yang sedang meminta jajan pada ibunya.

Sasuke sudah melatih kesabarannya karena Naruto selalu memancing emosi dirinya dan semua orang, dari bayi mereka sudah berdampingan, kebal adalah kalimat yang pas untuk Sasuke.

"Hn," balas Sasuke tetap tidak bergerak dari tempatnya.

Sasuke menyadari jika Sakura sedang berjalan mendekat karena parfum gadis itu sangat dihafal oleh indra penciumannya.

"Sasuke, terimakasih!" Ujar Sakura, dia mengembalikan buku PR matematika yang tadi dia pinjam dari Sasuke.

Mata Sasuke terbuka menatap gadis merah muda didepannya. "Tentu, Cherry."

Konoha CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang