A Kookjin's Story.
.
.
.
.
Seokjin membuka lokernya. Alisnya terangkat ketika Ia melihat ada sepucuk surat disana.Dibukanya surat itu dan Ia tersenyum ketika melihat isinya, "Hmm..."
Dengan senyum tipis yang masih terpampang, Ia segera melanjutkan perjalanannya menuju ruang OSIS.
Sesampainya disana, Ia segera menceritakan perihal surat itu kepada Jimin.
"Sebuah surat cinta?!"
"Iya. Isinya sangat bergairah, Ia bahkan mengajakku pergi untuk makan malam."
Jimin bangkit dari duduknya,
"Dengan kata lain, dia mengajakmu untuk berkencan?!!!"
Jungkook segera menghentikan kegiatannya.
Sejujurnya, sedari tadi Ia mendengarkan pembicaraan Jimin dan Jin dari meja kerjanya.
'Surat cinta untuk Jin?
Ternyata ada juga pria bodoh seperti itu.
Sudah jelas-jelas bahwa selama ini kriteria Jin adalah diriku.
Tidak mungkin Jin mau menerimanya.'
Batin Jungkook penuh rasa percaya diri. Ia melirik Jin sekilas, kemudian melanjutkan pekerjaannya.
"Apa kau akan menerima ajakannya?" Tanya Jimin penasaran
"Tentu" jawab Jin cepat
CTAKK
Suara benda patah pun memenuhi ruangan.
Jungkook segera menolehkan kepalanya ke arah Jin.
Apa Jin sudah gila? Bagaimana dia bisa menerima ajakan dari seseorang yang bahkan belum pernah Ia temui?!
"Orang itu telah mengumpulkan keberanian untuk menulis surat cinta untukku. Sepertinya aku akan menyukainya" Jin menempelkan surat itu di dadanya, ekspresi malu-malu pun Ia tunjukkan.
Jungkook memungut bolpoinnya yang patah, Ia menatap bolpoin itu dengan ganas.
'Omong kosong apa itu?!
Kau kira aku akan membiarkannya begitu saja?!
Bagaimanapun caranya, aku harus menghentikan Jin!'
Jungkook menegakkan punggungnya, tidak, tidak bisa! Jika dirinya menghentikan Jin secara terang-terangan, si hamster itu pasti akan berpikir bahwa dirinya cemburu!
Jungkook meletakkan kepalanya di atas meja. Jin yang melihat itupun menyeringai.
'Mana mungkin aku mau menerima ajakan kencan rakyat jelata ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is War! || KookJin
FanfictionCinta adalah perang! Orang yang jatuh cinta adalah pihak yang kalah! Jungkook dan Jin saling mencintai. Sayangnya, tidak ada yang mau mengaku, karena hal itu akan menjadi tanda kelemahan. Akhirnya, mereka memulai upaya untuk melakukan apa pun yang...