1

63 19 32
                                    

"ARISHAAA!"

Arisha terlonjak kaget dari tidurnya mendengar teriakan sang mama yang begitu nyaring.

"Kamu itu ya, dipanggilin dari tadi gak bangun-bangun. Kamu gak sekolah?!" ucap Mama Defina sarkastik sambil memegang gagang pintu.

"Yah sekolah lah ma. Yaudah Mama keluar sana, aku mau mandi."

* * * *

"Hati-hati Non," ucap Pak Andi - supir pribadi Arisha.

"Iya, Bapak juga hati-hati."

Arisha memasuki gerbang sekolahnya. Melewati koridor-koridor yang masih cukup sepi. Ketika melewati tikungan antara kelas 12 ke kelas 11, tak sengaja Arisha menabrak seseorang.

Orang itu begitu tinggi, Arisha hanya sebatas lehernya saja. Arisha mendongak melihat siapa yang menabrak dan ditabrak olehnya.

"Aduh maaf kak," ucapnya buru-buru setelah menyadari bahwa yang ia tabrak adalah kakak kelasnya, kelas 12.

"Kalo jalan tuh liat-liat!" balasnya sarkas.

"M-maaf kak. Gak sengaja," ucap Arisha takut.

"Gak sengaja, gak sengaja."

"Namanya di belokan gini, kak. Kan gak sengaja juga. Lagian aku udah minta maaf kan."

"Berani jawab lo ya. Gak tau orang buru-buru apa. Dasar cewek!" Emosi kakak kelas itu menaik, membentak Arisha.

"Nathan! Lo ngapain di sini?" Tiba-tiba datang seorang laki-laki, sepertinya teman dari si Nathan Nathan ini.

"Gak, gue buru-buru mau balik. Nyokap gue masuk rumah sakit, dan dia malah nabrak gue," ujarnya menatap Arisha sinis.

"Yaudah kali, lo pergi aja sana. Palingan dia gak sengaja," ujar laki-laki itu menasehati.

"Bodo ah."

"Lo! Urusan kita belum selesai. Buang-buang waktu gue aja!" Ucap Nathan menatap Arisha sebentar sebelum ia melenggang pergi.

Arisha menunduk, menahan air matanya. Ia perempuan yang tidak bisa dibentak. Ketika ia dibentak oleh siapapun, ia pasti akan menangis.

"Hey, lo jangan nangis," ujar lelaki itu mengangkat dagu Arisha.

"Nathan emang gitu kalo nyangkut soal mamanya. Gausah dimasukin hati ya. Aslinya dia baik kok. Jangan nangis lagi."

Arisha hanya mengangguk pelan sambil menyeka sisa air matanya yang sempat luruh.

"Oh iya, nama lo siapa? Kenalin gue Azel," lelaki itu mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Arisha.

"Arisha, kak."

"Lo kelas berapa?"

"10 IPA 1."

"Loh kok masih nangis?"

"Mm, boleh peluk gak kak? M-maaf. Gue kalo nangis diemnya harus dipeluk hiks..."

Azel hanya tersenyum menanggapi lalu kemudian merentangkan tangannya untuk memeluk Arisha. Arisha-pun menghambur ke pelukan Azel.

Azel mengusap rambut Arisha. Melepaskan pelukannya ketika dirasa Arisha sudah tidak menangis lagi. "Yaudah sekarang gue anter lo ke kelas ya"

"Gausah kak. G-gue bisa sendiri kok."

"Gak nrima penolakan. Udah ayuk," Azel menarik tangan Arisha. Bukan modus kok. Setelah berjalan beriringan, Azel melepas genggamannya.

"Mm, kakak kelas apa?", tanya Arisha memecah keheningan antara keduanya.

Different Ways [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang