2

63 18 15
                                    

"Assalamu'alaikum," Arisha menekan bel rumah Nathan.

"Apa kak Nathan masih di rumah sakit ya?" Tanya Arisha bermonolog.

"Eh ada tamu. Nyariin siapa Non?"

"Oh bu, saya mau nyari kak Nathan, ada apa enggak ya?" Tanya Arisha tersenyum.

"Panggil aja bibi Non, den Nathan-nya masih di rumah sakit nungguin nyonya. Non, pacarnya aden ya?"

"Eh, bukan Bi. Saya Arisha, adek kelasnya kak Nathan. Mm, kalo boleh tau, mamanya kak Nathan dirawat dimana ya Bi? Trus di ruang apa?"

Setelah mendapatkan jawaban, Arisha pamit pergi ke rumah sakit.

Tak berapa lama, Arisha sampai di rumah sakit. Ia melangkahkan kakinya mencari ruang ICU.

Dari kejauhan, Arisha dapat melihat Nathan dengan seragamnya menunduk sedih di depan ruang ICU.

"Kak Nathan," ucap Arisha memegang pundak Nathan pelan.

Nathan mendongakkan kepalanya. Terlihat matanya sedikit sembab. Seperti habis menangis.

"Elo?"

"Eh iya kak. Aku ke sini mau--"

"Gue minta maaf," ucap Nathan memotong perkataan Arisha.

"Hah?" Arisha terkejut karena Nathan tiba-tiba minta maaf padanya.

"Gue minta maaf tadi udah ngebentak lo dan buat lo nangis," ujar Nathan berdiri.

"Kok kakak tau kalo aku na--"

"Azel yang ngasih tau gue," potongnya lagi.

"Dan dia juga bilang kalo lo takut sama gue. Sorry banget, gue tadi emosi. Lo gausah khawatir, gue gak marah sama lo. Justru gue minta maaf, gue yakin Azel udah ngasih tau lo kenapa gue kayak tadi."

"Eh, iya kak. Mm-maaf lancang. Kalo boleh tau, mama kakak sakit apa? Dan kakak keliatan sembab gitu?", gugup Arisha.

"Mama gue sakit MDS. Itu alesan kenapa gue tadi buru-buru pergi," balas Nathan menatap Arisha dengan tatapan sendu.

Arisha sendiri hanya bisa diam mendengar penuturan Nathan.

"Dan gue sedih, mama gue butuh donor darah, tapi gue gak bisa ngasih karena golongan darah gue beda. Dan golongan darah mama sangat langka. Gue bingung."

"Mama kakak golongan darahnya apa?"

"AB-"

Arisha berbinar.

"Kenapa?" tanya Nathan melihat Arisha.

"Golongan darah aku AB- kak. Aku bisa donor darah buat mama kamu," ujar Arisha dengan semangat 45.

"Serius d-dek?" tanya Nathan antara bahagia dan canggung. Ia lupa nama adek kelasnya ini, padahal Azel sudah memberi tahunya lewat telepon tadi.

"Arisha kak, jangan dek ah, geli dengernya," Arisha terkekeh.

"Hehe, iya," Nathan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Serius ini? Lo mau donorin darah lo buat mama gue Sha?!"

Arisha memgangguk mantap.

"Tapi bentar, gue rasa lo harus kasih tau orangtua lo dulu," saran Nathan.

"Eh, iya kak. Aku kabarin mereka dulu."

Setelah itu, Arisha menelfon mamanya untuk mengabarkan bahwa ia berada di rumah sakit menjenguk mama temannya dan ia meminta izin untuk mendonorkan darahnya.

Different Ways [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang