Tidak ada satu orang pun yang bisa membayangkan betapa menderitanya hidup Kimiko menanggung semua kerinduan, kesepian dan rasa takut yang dia rasakan selama ini.
Sejak kecil, dia harus menghadapi kenyataan bahwa dia telah kehilangan semua hal yang...
HALLO PINKISH... Cerita ini sudah pernah aku publish sebelumnya di tahun 2019 akhir (If I'm not mistaken). Cerita yang sayangnya harus aku unpublish karena kemaren sempat hiatus.
Yang sempat baca cerita ini ayo absen dulu. Udah ada 8 chapters yang sempat aku update.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cerita ini aku PUBLISH lagi karena cerita Midnight Scenery baru aja tamat, mengingat ini adalah salah satu dari beberapa cerita untuk MIDNIGHT SERIES.
Jadi HAYOOO siapa yang datang kesini setelah baca Midnight Scenery? Wkwkwk..
Selamat membaca yaa..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*
*
*
Ketika air mata tidak bisa berhenti mengalir, disaat semua hal yang menjadi ketakutan terbesar di dalam hidup harus ditanggung seorang diri, hanya bisa diam disaat semua orang menghakimi, itulah kehidupan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh Kimiko. Hidup sederhana bersama ibu dan neneknya di kota yang bernama Forklyn.
Kimiko tersenyum melihat anak kecil sebayanya yang berseragam kuning dan hijau berlari menuju mobil sedan hitam yang terparkir beberapa meter dari pintu utama gedung sekolah bertingkat dua dihadapannya. Anak itu berlari kecil ke pelukan seorang laki-laki paruh baya yang sedari tadi berdiri di samping pintu mobil bagian depan sedan hitam itu.
Tak lupa, laki-laki itu memberikan kecupan kecil di kening anak itu dan membukakan pintu untuk anak kecil berambut hitam itu agar bisa masuk.
Senyuman di bibir Kimiko yang sedang duduk di salah satu ayunan taman bermain sekolah itu tidaklah mewakili perasaannya yang sebenarnya. Jauh didalam lubuk hatinya, ada perasaan iri yang Kimiko rasakan terhadap anak itu, berpikir betapa bahagianya jika dia memiliki seorang ayah. Mungkin ini dikarenakan sejak kecil Kimiko tidak pernah mendapat kesempatan untuk menerima kasih sayang dari seorang ayah.