Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ini, terasa seperti perahu yang kita tumpangi dihempas badai, diterpa angin dan lebatnya hujan.. hampir aku terjatuh olehnya. Tapi tanganmu, kuat memegangku dan mengangkatku kembali ke dalam perahu kita.
Derai air mata yang kurasakan, biarlah hanya aku dan tuhan yang tau.. biarkan bulan dan bintang menjadi saksi bisu perjuanganku mempertahankanmu dari derasnya arus yang melawan arah perahu kita.Yang berusaha memecah belah dan memisahkan kita.
Biarkan mereka, biarkan mereka yang tidak memahami bagaimana rasa ini datang dan tidak mau pergii.. biarkan semua arus yang datang ingin menenggelamkan kita.
Dan kita, akan tetap berpegang erat pada perahu dan genggaman kita.
Malam ini mungkin adalah malam terburukku.. tetapi aku tidak akan menampakkan sedikitpun kesedihanku padamu, aku tidak akan menceritakan arus-arus yang berusaha merusak perahu kita.
Aku akan tetap menjadi aku.. aku. Yang berharap perahu kita akan sampai pada tujuannya.
Perbedaan itu membuat semua iri pada kita. Bagaimana bisa seorang wanita yang bertudung kepala satu perahu dengan seorang pria yang mengalungkan salib di dadanya?
Bahkan sampai sama sama memperjuangkan agar perahu itu berlayar sampai pada tujuan akhirnya.
Tidak ada yang tau bagaimana rasa ini ada dan susah sekali untuk dihilangkan.
Kita hanya manusia biasa yang percaya bahwa Tuhanlah yang memberikan rasa.
Semuaa memang menentang, tapi apadaya jika Tuhan masih bersikeras untuk tidak mencabut rasa ini dari kami.
Biarlah.. biarkan perahu kita berlayar sebagaimana takdir membawanya.
Hanya Tuhan yang tau, apakah perahu kita akan sampai.. atau akan tenggelam bersama kuatnya arus yang menentang.
-Lu'lu~ 📷 Original Fine Art Painting by Maria Magdalena Oosthuizen.
