Suara isak tangis seorang gadis remaja seakan bersahutan dengan doa penutup dari pendeta yang mengiringi pemakaman . Gadis remaja 14 tahun itu begitu rapuh dalam dekapan sang ayah . Mata bulatnya terlihat sembab karena terlalu lama menangis .
Semua orang yang hadir di pemakaman itupun merasa prihatin melihat kesedihan putri tunggal keluarga manoban .
Lalisa ... Begitu terpukul dengan kematian bunda tercintanya .
Saat peti mati itu mulai di turunkan ke dalam liang lahat , dekapan dari ayah Lisa semakin ia eratkan . Jelas mereka berduka , ibunda Lisa sosok wanita baik dan lemah lembut . Hampir semua orang yang mengenal beliau , merasa kehilangan sama seperti Lisa dan juga sang ayah , Jimmy Manoban .
Taburan bunga sudah memenuhi gundukan tanah basah itu . Satu persatu para pelayat pun mulai meninggalkan area pemakaman . Termasuk Lisa dan juga ayahnya .
Dalam perjalanan pulang , hanya di isi dengan keheningan . Tidak ada yang berniat memulai percakapan . Lisa kecil bersandar lemah di dada bidang ayahnya . Sedangkan sang ayah , hanya mengelus lembut rambut hitam sebahu putrinya kesayangannya .
Karena kelelahan akibat menangis , Lisa pun tak kuasa menahan kantuknya . Ia tertidur dalam dekapan ayahnya . Sesampainya di kediaman mereka , Lisa pun langsung di bawa ke kamar tidurnya oleh sang ayah .
"Sleep well princes , ayah sangat menyayangi mu" . Ucap Jimmy sambil menyelimuti Lisa dengan selimut tebalnya . Menutup pintu , meninggalkan putrinya yang sudah terlelap di alam mimpi .
Seminggu setelah kepergian sang bunda , Lisa masih murung . Ia lebih sering menyendiri di dalam kamarnya dan ia pun tidak mau masuk sekolah . Ia merasa tidak bersemangat menjalani hari-hari tanpa bundanya .
Di minggu pagi , waktu setempat . Lisa sedang sarapan pagi bersama ayahnya . Sesekali ia mencuri lirik pada sang ayah yang sedang khidmat menikmati santap paginya .
"Ayah ..."
Jimmy mendongak , saat putrinya memanggil , lalu ia pun memfokuskan dirinya pada Lisa yang terlihat ingin mengatakan sesuatu .
"Ada apa sayang ? Ada yang ingin kau katakan pada ayah ?".
Lisa terlihat ragu , semalam Lisa sudah membuat keputusan . Tapi ia takut , ayahnya tidak menyetujui keputusan yang ia buat .
"Ayah , aku ingin tinggal di rumah bunda . Di garut ..."
Jimmy meletakan alat makannya ,lalu menghela nafas dalam . Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki . Jimmy pun menatap sendu pada putri kesayangannya .
"Kenapa ?". tanya Jimmy kemudian .
"Aku hanya ingin dekat dengan bunda ..." Jawab Lisa dengan lirih .
"Apa kau yakin tinggal di sana ? ".tanya sang ayah kembali memastikan.
Lisa tersenyum kecil , lalu meraih tangan ayahnya untuk ia genggam .
"Sangat yakin . Aku akan baik-baik saja . Ayah tidak perlu khawatir , lagi pula ada mang Entis dan bi Noni di sana . Aku tidak akan sendirian ". Ucap Lisa meyakinkan ayahnya .
Jimmy terlihat berfikir , ada rasa sedikit tidak rela jika ia berjauhan dengan putrinya . Pasalnya, sekarang ia adalah orang tua tunggal Lisa . Jimmy hanya khawatir , jika Lisa jauh dari jangkauan nya .
"Tapi bi Noni tidak tinggal di rumah itu , Sayang . Dia tidak bisa menjaga mu 24 jam .. bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu ? Dan ayah tidak ada di sana ?".
KAMU SEDANG MEMBACA
IN MY WAY [JENLISA]
Short Story" Kau harus tahu , bahwa aku mampu membahagiakan mu dengan cara ku ... "