Renitha
Pagi itu seisi rumah di buat repot oleh kak Alea yang lupa menaruh kunci mobil, dengan terpaksa gue membantunya mencari kunci mobil yang ternyata berada di dalam kamar mandi. Sumpah, gue gak faham sama seorang Alea.
Hal itu membuat gue terlambat datang ke sekolah, tapi untungnya tidak sendiri. Ketika sampai di depan gerbang sekolah, gue berpapasan dengan Arga yang turun dari angkutan umum seorang diri. Sepertinya ia sedang malas membawa kendaraan, atau mungkin saja dia di hukum oleh abangnya karena ketahuan bolos tiga hari yang lalu.
Arga berdiri di koridor dengan wajah yang dihiasi senyum polos seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu. "Ayo Tha bareng."
Gue sedikit mengerutkan kening. "Ya udah jalan duluan."
"Gak mau ah malu, ayo bareng." Arga berbicara dengan nada yang manja, enek banget gue dengernya.
"Malu apa sih? Ya udah ayo." Tukas gue seraya berjalan, dan ia pun mengikuti langkah kecil gue yang cepat.
"Gimana malem? Berhasil?"
"Berhasil, apanya?"
"PDKT sama Pram." Goda Arga dengan beloon, membuat gue malah tertawa karena tampangnya, juga karena teringat isi chat dengan Pram.
"Menurut lo?" gue balik menggoda Arga.
Muka Arga langsung bete. "Ya mana gue tau, sampe jam berapa malem chatting nya? dia anak kelas sebelah, kan?" dua pertanyaan sekaligus yang dia tanyakan.
"Jam sebelas kalo gak salah, iya dia anak kelas sebelah. Ga, gue tuh gak ada apa-apa sama dia, everything is just gossip."
"Lo begadang buat chat sama dia? Gosip nya udah kenceng banget Tha," pekik Arga.
"Kebetulan aja, karena gak bisa tidur. Bodo amat sama gosip."
Pada dasarnya sikap gue memang sedikit cuek, apalagi itu bukan kali pertama. Sebelumnya juga pernah ada gosip seperti itu, namun berakhir begitu saja. Lagipula apa faedah nya sih menjadikan gue bahan gosip?
"Eh gimana sama Fara?" gue jadi teringat tentang curhatan Arga, sekaligus mengalihkan topik.
"Capek!"
"Hm.. baru aja kemarin bilang bahagia, sekarang udah bilang capek lagi. Gitu aja terus sampe banci lahiran."
Fara adalah cewek yang hampir setahun ini tidak bisa lepas dalam benak Arga, mereka berpacaran namun sangat sering putus nyambung bahkan dalam sebulan bisa dua kali putus. Gak habis fikir dengan hubungan seperti itu, makanya gue bilang sama Arga untuk apa dipertahankan? Diperbaiki pun hasilnya akan tetap sama saja.
Ditambah lagi mereka berdua itu gak jauh berbeda. Arga merupakan laki-laki cassanova yang ganjen nya minta ampun, sering membuat anak orang baper namun ujung-ujungnya PHP (Pemberi Harapan Palsu). Dan Fara, adalah gadis yang paling tidak bisa serius dengan satu hal, meskipun berpacaran dengan Arga dia selalu membuka hati pada banyak cowok. Apalagi jika cowoknya berduit, soal tampang itu nomor sekian untuk Fara.
Arga bilang dia masih berat melepas Fara karena seolah perjuangannya selama satu tahun ini sia-sia, padahal kalau sudah sering menyakiti untuk apa tetap dipertahankan.
"Ga, gue denger Pak Irwan gak masuk katanya sakit, jam nya kita pake latihan drama ya?"
"Iya sakit, gara-gara minum susu basi." Arga terkekeh dan membuat gue kebingungan.
Namun setelah berfikir keras akhirnya gue mengerti sampai ikut tertawa. Seminggu yang lalu Pak Irwan baru saja menikah dengan wanita single parents yang lebih tua sepuluh tahun darinya. (please jangan ikut ketawa kalo udah sadar, 18+ ini haha)
KAMU SEDANG MEMBACA
Renitha (La Douleur Exquise)
RomanceDi bagian hidup yang mana akhirnya gue bisa sama dia? - Renitha --- Semuanya masih abu-abu, tapi gue gak bisa mengelak, cinta memang ada disana - Dimas --- Kalo dia ngijinin, mungkin gue bakal ambil peran itu di samping nya - Arga ...