📚 *ADAB MENUNTUT ILMU (PART 2)*
*Keenam, Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru*
Allah Ta’ala berfirman, _“… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” _ QS. Az-Zumar: 17-18)
*Ketujuh, Diam ketika pelajaran disampaikan*
Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, _“dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” _ (QS. Al-A’raaf: 204)
*Kedelapan, Berusaha memahami ilmu syar’i yang disampaikan*
Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di hadapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalaman. *Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan,* tidak membaca satu kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama, *mengulang pelajaran setelah kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.*
*Kesembilan, Menghafalkan ilmu syar’i yang disampaikan*
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
*“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).*
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
*Kesepuluh, Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan*
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. _Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda, *“Ikatlah ilmu dengan tulisan” * (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)
*Kesebelas, Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari*
Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.
_Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda, *“Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani)*
*Kedua belas, Berusaha mendakwahkan ilmu*
Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita, Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).
Hal yang harus diperhatikan oleh penuntut ilmu, apabila dakwah mengajak manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, seorang dapat berdakwah dan kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi sempurnannya dakwah, *ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal*. Syarat dakwah:
*Aqidah yang benar, seorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran ‘aqidah Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma’ dan Shifat, serta semua yang berkaitan dengan masalah ‘aqidah dan iman.*
Manhajnya benar, memahami Al-quran dan As-sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih.
Beramal dengan benar, semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’ (mengikuti) contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mengadakan sesuatu yang tidak diajarkan Allah dan Rasul, baik dalam i’tiqad (keyakinan), perbuatan, atau perkataan.
Semoga ilmunya bermanfaat.
والله أعلم… وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaji Diri
Non-Fictiondisini adalah kesimpulan kajian yang saya ikuti.. dan lain lain semoga bermanfaat.