Perth memarkirkan mobilnya tepat di halaman Sekolah kekasihnya, Saint, yang masih duduk di bangku SMA. Berbeda dengan dirinya yang sudah memasuki dunia perkuliahan.
Hari ini dia sudah berjanji pada kekasihnya untuk makan siang bersama, karena itulah Perth berusaha secepat mungkin menyelesaikan tugasnya, dan meluncur ke tempat ini.
Bel pertanda jam Sekolah telah usai sudah berbunyi sejak tadi, namun Saint belum juga keluar dari Sekolah, apa dia baik-baik saja?
“Permisi, apa semua murid sudah pulang?” Tanya Perth pada salah satu petugas kebersihan disana, jujur dalam hatinya merasa tidak tenang jika terjadi sesuatu yang buruk pada buntelan kelinci uwu miliknya itu.
Petugas kebersihan itu mengangguk singkat.
Lalu dimana Saint?
“Perth”
Pemuda itu menoleh kearah belakangnya, disana Saint sudah berdiri canggung di sebelah mobilnya. Tubuh mungilnya terlihat semakin imut karena tenggelam dibalik Hoodie kebesaran yang ia kenakan, juga wajah bulat dengan pipi tembam yang sengaja ia sembunyikan dibalik topi hoodie-nya.
Perth tersenyum manis, lega rasanya mengetahui kekasihnya baik-baik saja, “Manis sekali!” Ucap Perth sembari mengusap lembut kepala Saint.
Namun remaja itu hanya diam saja.
Ada yang aneh.
Tidak biasanya Saint diam seperti ini, biasanya remaja itu akan berceloteh lucu, bukannya diam seperti ini.
Setelah memastikan Saint duduk dengan nyaman di sebelahnya, Perth mulai melajukan mobilnya menuju kedai kue kesukaan Saint.
Saint adalah penggila jajanan manis, omong-omong.
“Ada apa, Sayang?” Tanya Perth hati-hati.
Saint hanya menggeleng sembari memainkan buku menu dihadapannya, menolak untuk membuka mulutnya.
Perth mencoba mengerti, mungkin suasana hati kekasihnya ini sedang buruk.
Namun sesuatu terjadi.
Ketika kelinci manis itu mulai menyuapkan sesendok potongan kecil Tiramissu mocca cream andalan Kedai ini, dia memekik keras sembari memegang pipi sebelah kirinya.
Dan perth menyadari semuanya, penyebab kelinci manisnya menjadi luar biasa tak tersentuh.
Dia sakit gigi.
“Ini pasti karena kau selalu memakan permen dan kue secara berlebihan! Sudah kubilang untuk mengurangi porsi makanan manismu! Jika sudah begini, kau sendiri kan yang kesakitan!”
Saint melotot tajam kearah Perth yang baru saja mengomelinya, dan Perth mati-matian menahan tawanya yang hampir menyembur karena wajah Saint yang begitu menggemaskan.
Pipi bulatnya terlihat semakin bulat sebab bengkak oleh gigi Saint yang sakit, juga mata bening yang berkaca-kaca itu memaksa untuk melotot padanya.
Dengan lembut, Perth mengelus pipi kiri Saint, “Kita ke Dokter Gigi, na?”
Namun kelinci manis itu menggeleng ribut, menolak ajakannya untuk memeriksakan giginya pada Dokter Gigi. Dia takut!
“Ayolah! Jika seperti ini terus, Gigimu bisa membusuk, Gusimu akan semakin membesar dan meledak!”
Saint semakin menggeleng, tidak mempan dengan ancaman murahan dari Perth.
**
Saint memberontak keras.
Perth benar-benar nekat!
Setelah menyeretnya untuk keluar dari Kedai dan memaksanya untuk masuk kedalam mobil, kini pemuda itu bahkan menggendong tubuh kecil Saint ke Klinik milik sepupunya, Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slice Of Love [PERTHSAINT]
FanfictionKumpulan One Shoot PerthSaint yang aku dapat dari requast-an kalian para readersku tercintaa 💕💕 Ada yang Romantissssss. Ada yang Kochakkkk. Ada yang Hot ( ͡° ͜ʖ ͡°) Yuk Cusss tinggal baca ajah :)