“Dari mana saja?!”
Saint tersentak kaget melihat suaminya duduk di ruang tamu sendirian sembari menatap pintu Apartemen mereka, seolah sedang menunggunya sejak lama.
Pemuda manis itu menghampiri Perth, “Aku baru saja menyelesaikan job-ku, Perth. Aku senang sekali, banyak brand yang membutuhkan jasaku untuk memotret model mereka!” Ujarnya menggebu, terlampau senang hingga tak menyadari ekspresi suram di wajah suaminya.
“Kenapa kau harus bekerja sekeras ini, Saint? Aku sudah mengatakannya padamu, berhenti menjadi fotografer! Jobku sebagai model masih cukup untuk menghidupimu!” Sentak Perth tiba-tiba.
Saint tersenyum tipis, “Kebutuhan kita semakin banyak, Perth. Kita tidak bisa terus mengandalkan karir modellingmu saja, aku juga ingin berusaha, apalagi kita sudah telat membayar sewa Apart ini hingga dua bulan!”
“Sudah kubilang itu urusanku! Aku hanya ingin kau diam di rumah dan menjadi istri yang baik!”
“Aku hanya--”
“-Hanya apa? Ingin mencari pria lain? Begitu? Kau pikir aku tidak tahu jika kau bekerja sama dengan Brand milik Zee sialan itu! Kenapa? Kau ingin kembali pada mantanmu itu dan meninggalkan pengangguran sepertiku? Hah?!”
Loh?
Saint berkedip polos, mulai tak paham dengan ocehan Perth yang kian tak masuk akal.
“Aku hanya ingin bekerja untuk menghasilkan uang, Perth. Untuk kita. Kenapa kau malah membesar-besarkan masalah sepele ini?”
Perth segera menarik kamera milik Saint yang tersampir di bahu kanannya, mencengkeramnya tepat didepan wajah Saint, “Karena benda sialan ini! Kau berniat meninggalkanku!”
Saint memucat, berusaha meraih kamera miliknya, walaupun selalu gagal karena Perth berusaha menghindar, “Kembalikan, Perth! Kumohon, hanya kamera itu yang kumiliki saat ini…” isaknya.
Dan Perth tidak peduli lagi, dengan cepat ia membanting kamera mahal yang Saint beli dari hasil kerjanya sebagai fotografer amatir sejak kuliah dulu, dan kini sudah hancur berkeping menghantam lantai yang keras.
“BRENGSEK! APA MASALAHMU SEBENARNYA, HAH?!” Teriak Saint murka, wajahnya memerah parah pertanda dia memang tak mampu lagi mengontrol emosinya.
Dan Perth ikut tersulut, “Aku hanya memintamu mendampingiku! Sudah kubilang jangan bekerja! Bekerja hanya akan membuatmu pergi meninggalkanku!”
“Demi tuhan! Aku tidak kemanapun, Perth!” Erang Saint frustasi, memandangi kamera kesayangannya kini hancur dibawah kakinya.
Bahunya bergetar pelan, dan dia mulai menangis tersedu, “Kenapa kau melakukan ini padaku, Perth? … aku hanya ingin menyalurkan hobiku dan menyelamatkan ekonomi kita, kita hampir jatuh miskin!”
“Job modellingku--”
“Karirmu sudah hancur, Perth! Sadarlah! Kau pikir kenapa mereka tak lagi menghubungimu, hah! Mereka tidak mau bekerja sama dengan model angkuh sepertimu!” Teriak Saint tak terkontrol, tanpa sadar mengucapkan hal yang fatal, hal yang seharusnya ia tutupi karena Perth sendiri tak pernah tahu mengenai hal ini.
Dan ucapannya itu membuat Perth luarbiasa tersinggung, “BAJINGAN!”
BUGH!!
PLAKK!
BUGH! BUGH!
“P-perth! Sadarlah! – arrgh!”
BUGH!
KAMU SEDANG MEMBACA
Slice Of Love [PERTHSAINT]
FanfictionKumpulan One Shoot PerthSaint yang aku dapat dari requast-an kalian para readersku tercintaa 💕💕 Ada yang Romantissssss. Ada yang Kochakkkk. Ada yang Hot ( ͡° ͜ʖ ͡°) Yuk Cusss tinggal baca ajah :)