Seperti bayang-bayang di tengah hujan, kedatangan satu sosok dapat membangkitkan jutaan kenangan yang terpendam dalam.
Rasa sakit yang mencuat bercampur rindu, sendu, dan putus asa.
Hujan, kenapa kau turun disaat aku harus melihatnya kembali? Disaat aku tidak mungkin menolak untuk tidak memeluknya kembali seperti dulu, seperti malam-malam hangat yang telah kami lalui bersama dibalut sentuhan, kecupan, dan pelukan hangat untuk melalui malam-malam kami dengan tenang, damai, dan penuh cinta.
Oh, hujan.
Kau buat aku mendamba dirinya, lagi.-Jennie yang sedang kembali jatuh kedalam pelukan Jisoo-
__________________________________Hujan malam itu membuat udara cukup dingin, tetapi tidak dapat membuat Jennie terus melanjutkan perjalanan pulangnya setelah beraktivitas seharian. Matanya menangkap sosok itu, sesosok gadis yang amat sangat disayanginya. Gadis masa lalunya sedang duduk termenung di depan sebuah kafe di pinggir jalan. Matanya sendu, ia mengusap air matanya yang kembali turun.
"Jisoo?"
Tak lama kemudian gadis yang sedang diamatinya bergerak, berjalan, menembus hujan.
Tanpa payung.
"Ayolah, udara sedang dingin. Ini hujan."
Jennie mencengkeram setir mobilnya, masih mengamati Jisoo yang berjalan sendirian di tengah hujan.
Guntur mulai mengeluarkan gemuruhnya, hujan semakin lebat. Dapat dipastikan badan Jisoo telah basah sepenuhnya, menembus setelan seragam kerja dan jaket yang dikenakannya.
Ia masih terisak di bawah hujan.
"...so"
"Jisoo!"
Sebuah suara bergetar memanggil namanya ditengah gemuruh petir dan hujan.
Jisoo tersadar dari lamunan di tengah isak tangisnya. Ia menoleh ke belakang lalu terkejut melihat sosok yang datang.
"Kenapa gak bawa payung sih?! Kalo sakit gimana?"
Sebuah tangan yang menggenggam payung melindungi kepala Jisoo dari derasnya air hujan. Suara hangat dihadapannya sudah cukup membuat rasa hangat menjalar di tubuhnya dan jiwanya. Jisoo tidak butuh payung. Ia hanya butuh sosok yang berdiri di depannya.
"Liat nih basah semua! Kalo sakit..."
Air mata Jisoo turun, ia tak berkedip menatap sosok dihadapannya daritadi. Jisoo menghambur memeluk erat-erat sosok yang berdiri dihadapannya ini, tak perduli payung yang melindungi tubuh mereka dari hujan terlepas dari genggaman sosok itu hingga terjatuh ke jalan disamping trotoar.
Tak perduli tubuh mereka berdua basah kuyup sekarang. Tak perduli berpasang-pasang mata yang lewat mengamati mereka. Tak perduli mau sedingin apapun udara saat ini, ia hanya ingin memeluk orang ini sebentar lagi saja. Ia merindukannya dengan sangat.
"Jennie, don't go."
"Kita pulang dulu ya."
"Temenin.
"Iya."
"Kamu jangan pulang."
Jisoo masih memeluk Jennie dengan erat.
"Iya."
"Sampai pagi?"
"Iya."
Jennie kembali memungut payungnya yang jatuh tadi dan membawa Jisoo pulang. Tangannya masih mendekap Jisoo erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity (Miserable)
Fanfiction"Terus aku ini apa?" Lisa mengaduk-aduk serealnya. Yang diaduk-aduk sereal, tapi yang berantakan hati Jennie. Serasa diaduk-aduk. "Kamu itu... Serendipity." "Serendipity? Makanan apaan tuh?" Lisa bertanya dengan wajah polosnya tanpa rasa bersalah. T...