4

9.7K 1.3K 966
                                    

chenle merasa malu, malu sekali saat semua mata tertuju padanya. jisung bersikeras mengobati kakinya, mengabaikan eksistensi petugas kesehatan di pos tempat mereka berhenti. keduanya tak banyak bicara. chenle meremat celana trainingnya dengan gugup.

setelah selesai mengobati dan membebat perban pada kaki chenle, jisung kembali menawarkan punggungnya. "naik, chenle." jelas itu mutlak merupakan kalimat perintah.

tertatih chenle naik ke atas punggung jisung, meletakan sepasang sepatu di depan dadanya sebagai batas saat dia berada di punggung jisung. chenle berakhir di gendongan manager park, jelas mereka menjadi pusat perhatian karena semenjak kedatangannya jisung langsung menjadi sosok dominan yang paling diincar karena masih lajang.

sebisa mungkin chenle menutup telinganya dari bisikan orang-orang, dia terus bersembunyi di balik punggung jisung hingga tidak sadar dirinya sudah sampai di parkiran tempat mobil jisung terparkir.

"chenle..." jisung memanggil dengan suara pelan.

chenle mencicit. "ya."

"kita sudah sampai parkiran." kata yang lebih muda.

chenle sedikit terperanjat hingga jisung harus mengencangkan pegangannya pada kaki yang lebih tua.

"hati-hati kau bisa jatuh."

chenle menggeliat resah, perlahan jisung menurunkan chenle yang kakinya sudah diperban. dia masih memegangi lengan mantan kekasihnya itu karena tidak bisa berdiri dengan benar.

"nggg, te-terima kasih atas bantuanmu. aku.. setelah ini aku bisa pulang sendiri--aku akan memanggil taksi--

"apa kau benar-benar tidak bisa memberiku kesempatan kedua?" tanya jisung sendu. tersentak, kedekatan fisik antara dirinya dan jisung makin menyudutkan chenle. terlebih mobil jisung terparkir di tempat yang sepi.

"ji--

kedua telapak tangan chenle menahan dada jisung. punggungnya bersandar lemah pada body mobil berwarna putih metalic itu dengan masing-masing lengan jisung di sisi tubuhnya.

"aku sudah menjelaskan semuanya chenle... aku benar-benar mencintaimu, sangat mencintaimu. tidak pernah sehari saja semenjak aku kembali ke tubuh ini aku tidak memikirkanmu." chenle terus saja menghindari tatapan mata jisung hingga yang lebih muda terpaksa menangkup wajah chenle dan mengarahkannya untuk membalas tatapan jisung.

"ki-kita sudah selesai..."

jisung menggeleng.

"maka katakanlah kau..." jisung tercekat. tatapannya yang sarat akan kepedihan itu menghunus ke dalam manik gelap chenle. "sudah tidak mencintaiku."

napas chenle tercekat. meski faktanya mereka berada di ruangan terbuka, chenle merasa di tempatkan dalam ruangan sempit tanpa jendela, pintu atau sekedar ventilasi udara. sesak sekali. jika dia bisa berbohong chenle akan mengatakan kalau dia tidak mencintai jisung.

tapi chenle tidak bisa...

karena dia juga tak pernah sehari saja saat menutup mata tidak memikirkan jisung. baik siang maupun malam.

pertahanan chenle roboh. dia menangis keras sekali dan menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan hangat jisung. menghirup dalam-dalam aroma prianya dulu, pun sampai sekarang. karena nyatanya perasaan chenle sama sekali tidak berubah.

liquid bening juga meluncur turun dari ujung pelupuk mata jisung. dia membalas pelukan chenle, merengkuhnya lebih erat juga menghujaminya dengan ciuman di puncak kepala yang lebih tua.

"seharusnya aku mengatakan tidak mencintaimu lagi, tapi terlepas dari apa yang sudah terjadi... perasaanku tidak pernah bisa berubah. kau sudah mengambil semua yang aku punya, sampai kapanpun aku akan terus menjadi milikmu meski aku bersikeras untuk menyangkal. aku tak bisa."

back | chensungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang