jean park
🐥
tepat setelah tercapainya kesepakatan pada rapat kedua, dan masalah yang menimpa divisinya mulai menemui titik terang, timnya mendapat pengkajian ulang. jisung sudah menyuruhnya untuk mengundurkan diri. selain karena peraturan perusahaan yang mana tidak boleh menjalin hubungan dengan rekan dalam satu divisi, jisung juga sudah mantab untuk segera mengikatnya ke jenjang yang lebih tinggi. menikah.
chenle yang awalnya mengatakan bahwa jisung harus segera menikahinya selepas apa yang sudah dia berikan pada jean justru kini diterpa kebimbangan. dia mulai meragu. takut terjadi hal buruk yang berpotensi membuatnya hancur untuk kedua kalinya.
"chenle..."
malam itu, tidak dengan setelan mahal, pun sebuket bunga.
"dulu aku pernah melakukan ini. di depan ibuku aku sudah mengatakan semuanya."
tidak juga diterangi lilin-lilin temaram dan dalam situasi makan malam romantis dengan alunan melodi lembut.
"waktu telah berlalu. orang-orang akan datang silih berganti. datang dan pergi. selalu seperti itu. aku pun juga, setelah sekian lama pada akhirnya aku kembali padamu."
hanya desah angin malam di balkon apartemen jisung pada tengah hiruk pikuk kota metropolitan yang menjadi saksinya. dengan kaus polos dan celana piyama hitam bergaris-garis putih, jisung berlutut di depannya yang juga tidak berpenampilan spesial. hanya atasan piyama bergaris milik jisung yang terlalu besar di tubuhnya.
"namun kau tahu bukan aku tidak ingin seperti mereka? aku kembali tidak untuk pergi lagi, chenle-ya."
jisung tersenyum teduh, menatap wajah sayu chenle yang baru bangun tidur, atau lebih tepatnya terjaga di tengah malam karena mimpi buruk. rambutnya berantakan, mirip sarang burung dan tubuhnya dibalut selimut hingga persis kepompong. jadi kakinya yang telanjang tidak kedinginan.
"aku ingin terus bersamamu. melewati suka maupun duka. menghabiskan sisa masaku hanya di sampingmu."
untuk alasan yang tidak bisa chenle deskripsikan, pandangannya mulai mengabur. desakan liquid bening di pelupuk mata berlomba-lomba ingin keluar.
"maka dari itu chenle... ijinkan aku mengucapkannya sekali lagi. zhong chenle... maukah kau menerima park jisung sebagai temanmu dalam suka duka?"
hantaman kuat ingatan masa lalu menyeruak memenuhi kepala chenle. seolah ada tangan tak kasat mata yang meremat dadanya, rasanya sesak sekali. ada kepedihan yang membaur dengan kebahagian ini. kata-kata tak akan cukup untuk mendeskripsikan bagaimana perasaannya.
kalimat itu...
masih segar diingatan chenle, terlepas dari berapa lama waktu yang sudah terlewat, chenle tidak mungkin melupakan hari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
back | chensung
Fanfictionlike a mirror, you can fix it if it's broken, but you can still see the crack in that reflection. 💌 chensung [au.angst.lowercase]