2 : Jodoh Pilihan Mama

2.9K 373 19
                                    

Entah karena terbawa angin apa malam ini, Mama Abyan tiba-tiba saja mengetuk pintu. Aneh, tentu saja. Sang Mama yang nyaris tidak pernah melewatkan sinetron favoritnya jam 8, mendadak absen di ruang kerja Abyan dengan nampan berisikan segelas kopi hangat. Benda itu lalu berpindah ke atas meja, di hadapan Abyan.

Sedikit mengerutkan dahi, Abyan melepaskan kacamata yang ia pakai lalu memperhatikan bawaan mamanya. Bukan hanya kopi ternyata, ada sebuah album tebal di atas nampan. Abyan ingin mengira-ngira tujuan terselubung mamanya, tapi siapa yang bisa menebak isi kepala seorang perempuan?

"Kenapa, Ma?" Abyan kemudian bertanya. Ia mengumpulkan lembaran kertas yang berceceran, mengatur kerapiannya, lalu memasukkan ke dalam map biru sebelum menggeser ke pinggir meja.

"Nggak kenapa-napa."

Abyan hanya tersenyum maklum, karena sadar, ekspresi mamanya terlalu 'ada apa-apa' dibanding jawaban 'nggak kenapa-napa'.

"Mama mau ke mana? Minggu depan Biyan lagi free, kok," ucap Abyan mencoba menebak-nebak sinyal puzzle dari mamanya.

"MasyaaAllah, kebetulan banget ini, Biyan. Berarti jodoh beneran. Mama mau jalan-jalan Minggu depan. Suntuk banget di rumah aduh. Rasanya, udah lama banget Mama nggak jalan-jalan sama putra tunggal Mama."

Khan!

Abyan meringis mendengar jawaban mamanya.

"Memang Papa kenapa, Ma? Ngambek lagi? Kenapa nggak minta Papa aja yang anterin?" Abyan menarik nampan yang dibawa mamanya, berpikir ia memang sangat membutuhkan kopi sebelum bekerja.

"Duh, papamu udah nggak bisa nyetir lama. Sakit sendinya bisa kambuh, apalagi papa juga gampang capek. Apalagi Papa makin tua, fokusnya mulai berkurang. Nanti kalau salah jalan gimana? Bukannya jalan-jalan, malah nyasar."

Abyan terkekeh ringan sebelum menyesap kopinya. Matanya menelisik ke arah album yang menarik perhatiannya sedari tadi.

"Mama curhat serasa kayak Papa udah tua renta aja," ujar Abyan.

"Ya ... emang gitu kan?" Mama berujar sedikit pelan di akhir kalimatnya.

"Ekhheem!" Suara dehaman nyaring terdengar dari luar. Dari objek gosip malam ini.

Abyan harus menjauhkan cangkir kopi agar tidak tersedak karena tertawa melihat ekspresi tegang mamanya.

"Emang gitu kan, Pa? Mama juga udah tua renta juga kok, makanya lagi usaha nyari jodoh buat Abyan," sahut Mama Abyan.

Kali ini, Abyan tanpa diminta terbatuk beberapa kali karena tersedak ludah karena mendengar ucapan mamanya sendiri. Ia masih terbatuk pelan karena tenggorokannya yang aneh, tetapi Abyan berusaha bersikap pelan.

"Nah, kalau batuk gini, Abyan lagi dibicarain sama jodohnya Biyan." Mama hanya tersenyum bahagia.

"Dasar Mama." Abyan meletakkan cangkir kopi di atas nampan, hendak meraih kacamatanya, tetapi Mama tiba-tiba meraba album.

"Kamu nggak penasaran sama albumnya, Biyan?" tanya Mama yang saat Abyan lirik, tengah menaik-naikkan alisnya.

Abyan memakai kacamatanya. Tertarik sebenarnya, pikir Abyan, tetapi ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya. Perasaannya mendadak buruk.

"Nggak, Ma. Biyan banyak kerja sekarang," jawab Abyan. Map biru yang semula ia sisihkan, diambil lagi untuk diperiksa.

"Cuman 5 menit aja, kok." Mama menarik nampan hingga berada di hadapannya. Membuka-buka isinya dengan dahi berkerut dalam, amat dalam sehingga sangat jelas Mama Abyan sedang mengingat sesuatu dengan keras.

Dengan wajah mengarah ke kertas laporan, mata Abyan masih melirik ke arah album masa kecilnya dan ekspresi Mamanya.

Lalu, setelah sekian saat, wajah Mama Abyan berseri-seri sembari menunjuk sebuah foto lama. Ia segera melirik Abyan, dan memergoki putranya sedari tadi memperhatikannya. Album lalu diputar sehingga mengarah ke Abyan.

Jodohku NyebelinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang