- 2 -

2.4K 330 61
                                    

"Lihat ini Papa!" kata Athnastasius sambil menunjukkan sebuah gambar orang berambut pirang dan memakai pakaian putih tapi jujur saja gambar itu bisa dibilang sangat buruk, itu hanya menonjollan rambut pirang dan baju putihnya.

Claude duduk diatas sofa tunggal di kamar Athnastasius dan melihat dekorasi kamar yang kosong dengan tak suka.

"Nanti kita tebak-tebak gambar, contohnya gambar yang Ath gambar kemarin." jelas Ath sambil berbaring dengan punggung di lantai, menatap Claude yang duduk dengan dingin.

"Ini siapa?" tanya Ath sambil memperbaiki posisinya menjadi berdiri di depan Claude. Kertas di tangannya disodorkan hingga ke depan wajah Claude dengan cepat.

Orang ini tidak akan membunuhku--aku sudah membaca manhwanya haha.

Alih-alih menjawab, Claude menatap lukisan itu dengan dingin.

"Lukisan itu jelek sekali, aku tidak yakin bahwa itu bahkan bisa disebut sebuah gambar." balas Claude sambil menatap tajam.

Ath tertawa.

Tidak bisakah kau berbaik hati putramu?

Sungguh Athnastasia di manhwa dan Jennette di novelnya sungguh memiliki hati yang besar untuk menghadapi tiran ini!

"Kalau gitu Ath bakal bikin yang lebih bagus dari ini!" Kata Ath sambil tersenyum lebar, dia kembali untuk mengambil sembarangan kertas yang berserakan di lantai sebelum menggambar lagi untuk yang kedua kalinya.

Claude menatapnya selama beberapa detik,"Gambar siapa itu?" tanyanya sinis.

Ath menatap Claude dengan senyuman, bagaimana bisa pria itu tidak mengenali rambut pirangnya dan pakaian longgar putih yang dia selalu kenakan?

Athnastasius bahkan tidak tahu apakah Claude itu bertanya karena tidak tahu atau sedang menyindirnya karena gambarnya terlalu jelek.

"Itu Papa!" balas Athnastasius dengan mata berkilau, dia menunjuk gambar lama yang tadi ia tunjukkan.

Claude menatapnya sedikit mungkin terpana melihat mata binarnya pada dirinya. Raja itu sudah lama sekali tidak melihat orang dengan ketakutan di matanya, bahkan Felix masih memiliki sedikit ketakutan.

Athnastasia menunjukkan mata itu saat dia sedikit lebih dewasa dan Jennette juga tapi aku akan membuat rekor.

"Kau--" suara Claude menggelap, dia menatap Athnastasius dengan sangat serius.

Athnastasius mengerjapkan mata, dalam hati dia berdoa agar Claude tidak membunuhnya. Lagipula tatapan itu seperti akan membuat seseorang mati saking takutnya. Tidak bisakah waktu berlalu dengan cepat?

"Bagaimana bisa kau betah tinggal disini?"

Athnastasius meletakkan pensilnya dan menatap Claude yang mengedarkan pandangan.

Dia tidak membunuhku?

"Dimana perhiasan-perhiasan sial itu? Mana mungkin bisa menghilang begitu saja?"

Athnastasius tersenyum lebar, dia tahu apa yang dicari Claude. Para pelayan yang tak memperlakukannya dengan baik itu selalu mencuri barang-barang istana ruby. Walau istana ini adalah istana lama para selir, Claude tidak peduli dan membuat Athnastasius tinggal disini.

Athnastasius terkekeh pelan, menarik perhatian Claude.

Aku bukan orang baik, lagipula siapa suruh mencuri?

"Ath suka ngeliat pelayan ngambil barang-barang emas setiap hari, cuma  waktu Ath tanya. Mereka malah nampar Ath terus bilang jangan dibilang ke siapa-siapa atau Ath gak bakal bisa makan."

Ath tertawa lebar. Mengingat itu memang menyebalkan, pelayan itu tidak menamparnya tapi memarahinya dengan kata-kata kasar. Padahal sejak awal itu adalah miliknya, kenapa pelayan itu yang marah?

Keluarkan kuasamu Claude! Habisi mereka!

Athnastasius tersenyum dengan berbinar-binar. Athy yakin kalau orang lain melihat dia dari pembaca manhwa pasti ada bunga-bunga kecil di sekitarnya.

Claude terdiam sejenak,"Bodoh sekali."

Ath mengerjapkan mata, bukannya harusnya Claude dengan badass memerintahkan para pelayan berlutut dan memindahkannya ke istana yang lebih baik?

Claude menatap Athnastasius yang dengan lelah kembali menggambar asal dengan kecewa.

Dia tahu bahwa Athnastasius mengalami masa-masa sulit sepertinya. Para pelayan dulu juga tidak memperlakukannya dengan baik, seakan-akan Claude tidak ada diatas mereka.

'Bukan hanya salahmu Claude kamu menjadi begini, itu salah orang-orang yang tidak peduli'

Ucapan Diana, mendiang istrinya memenuhi pikiran Claude De Alger Obelia. Jika dia memang tidak peduli pada Athnastasius, maka kemungkinan anak itu akan tumbuh seperti dirinya yang dulu disebut manusia gagal oleh Diana sebelum mereka jatuh cinta.

Dia tidak ingin menjadi seperti orang-orang disekitarnya yang tidak mempedulikannya lagi. Dia tidak ingin sama seperti mereka. Melihat Athnastasius saja membuatnya seperti melihat dirinya saat muda.

Tidak ada yang tahu bahwa Raja Tirani sepertinya hanyalah anak lugu saat dia masih berumur sekitar empat tahun. Walau Diana menamai anak itu sama seperti Kakaknya, agar Claude kehilangan kebenciannya dengan nama sang Kakak sangat membuat Claude tidak mengerti.

Dia lebih suka anak itu menyebut dirinya sendiri Ath, sepertinya sedikit familiar dalam dirinya.

"Siapa saja pelayan itu?"

Claude menatap Ath yang terkejut dan menonggak ke arahnya ketika gambarnya sedang diwarnai. Senyuman muncul di bibir anak itu,"Semuanya kecuali Lilly!" Sahut Ath ceria.

Rasakan!

Ketamakan bisa membuatmu mati hahahahha!!

Claude mengangguk pelan, telapak tangannya digunakan untuk menumpu wajah tampannya. Siku kanannya berada di pegangan kursi dan wajahnya menatap Athnastasius tidak peduli.

"Sebagai Raja tempat ini tidak boleh aku kunjungi."

Athnastasius menatap Claude tepat dimata. Apa yang coba dikatakan tirani kejam itu?

Apa maksudmu kalau tempat ini jatuh oleh berkah saat kau datang!?

Athnastsius tersenyum kecil, menyingkirkan teriakan hatinya yang menggelora penuh kemarahan. Athnastasius berdiri ke arah Claude, memegang kertas gambar baru dengan kekehan pelan.

Claude menatap Athnastasius dengan aneh,"Kenapa kau selalu tertawa?"

Athnastasius tersenyum.

Siapa yang mau?

Aku hampir jadi orang gila disini gara-gara kau Ayah!

Bibirku membengkak setiap hari!

Athnastasius menaruh kertas sembarangan dilantai dan bertepuk tangan sekali di depan Sang Raja.

"Karna Lilly bilang, senyuman menyebarkan kebahagiaan!" kata Ath dengan ceria.

Senyum lebarnya semakin lebar, gigi putih mengkilat kecil Ath berkilauan. Iris birunya menatap Ath penuh pengharapan.

"Kau ingin aku bahagia?" tanya Claude dengan nada aneh.

Athnastasius tersenyum lebar,"Tentu saja!"

Demi hidupku!

Cluade menatap Athnastasius sejenak.

"Pindah darisini, ada Istana Pangeran tapi sudah aku hancurkan semua jadi tinggalah di Istana Ruby."

Jackpot! Badass! Gila!

• • •

Dibanding karakter Athnastasia di Fanfiction saya yang lain, KARAKTER Athnastasius lebih cerah.

Tapi Athnastasia putri. Athnastasius yang pangeran memiliki tantangan yang lebih berat..

28/12/19 @

I'M YOUR SONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang