Hari terus berlalu tanpa terasa hari ini adalah hari perpisahan angkatnku. Ada secercah harapan dalam diri ini agar bisa bertegur sapa dengan Alif tapi itu tak pernah terjadi. Bahkan saat Alif berdiri tepat di sampingku rasanya tubuhku kaku seketika, bibir ini diam tanpa kata saat banyak hal yang ingin ku ucapkan.
Bahkan sampai acara berakhir kami benar benar tak bertegus sapa sama sekali. Hatiku sedikit tersentil saat acara berakhir, keinginanku tuk bisa bertegur sapa tak pernah terwujud.
Ku tak tau apa yang terjadi pada diriku, ku gadis ceria dan berisik tapi saat bersama Alif ku jadi gadis pendiam. Itu sangat menyiksaku, saat ku tak pernah bisa menjadi diriku sendiri saat di depannya tapi mau bagaimana lagi ku tak bisa melakukan apapun.
***
Acara perpisahan telah berlalu beberapa hari yang lalu, rasa gelisah mulai mendadangiku, ku sangat ingin bertemu dengan Alif dan mengobrol tapi bagaimana bisa itu terjadi? Sekarang kami tak lagi berada di satu kelas yang sama di tambah lagi diri ini yang selalu menjadi pendiam saat bersamanya.
***
Kabar baik menghampiriku hari ini ku di terima di kampus yang ku inginkan di tambah lagi kabar yang mengatakan bahwa Alif juga kampus yang sama dengan jalur masuk yang berbeda. Harapan mulai menjadi bunga tidurku, ku pikir sudah saatku ku hupus jarak yang ku buat.
Tapi kenyataan takkan seindah harapan, kenyataannya Alif memilih masuk kampus yang berbeda denganku membuat sebuah spekulasi bahwa dia ingin menjauh dariku. Ku tau spekulasiku ini tidak beralasan tapi mau bagaimana lagi spekulasi ini terus berputar di pikiranku dan membuat luka baru.****
Makasih udah mau baca, maaf kalau jelek dan soal typonya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Entah
Cerita PendekKu tak pernah tau bagaimana cara menanggapi rasa yang hadir ini.