Mimpi Itu
Hari ini sungguh indah karena hari ini aku dan beberapa teman sekelas akan pergi piknik ke daerah Puncak, kebetulan kami sedang libur dan kebetulan pula aku punya Villa di sana. Villaku disana cukup besar dan masih terawat dengan baik, ya.. cukup untuk menampung kami ber-enam.
" Eh, Reo gue baru tahu lo punya villa bro," ucap temanku mello yang sedang bersandar di kaca mobil. " yaa.. bro sebenernya itu punya kakek gue dulu." Kataku menjelaskan sambil terus focus ke jalanan di depan sana.
Setelah hampir 6 jam menyetir aku dan teman-temanku sampai juga di Puncak, memang daerah Puncak itu dekat dari Jakarta tapi dengan kemacetan yang luar biasa itu bias menjadi begitu jauh. Aku melihat bangunan Villaku yang masih seperti dulu indah dan terawat. Sampai di depan Villa aku dan teman-teman disambut hangat oleh sepasang suami istri, mereka adalah Mang Joko dan Bi Minah pekerja yang mengurusi dan menjaga Villa ini.
" Eh, den Reo udah sampe, udah gede dan ganteng banget nih sekarang," Ucap Bi Minah hangat, dia memang dekat denganku karena 1 tahun sekali kami sekeluarga ke Villa ini untuk menengoknya. " Makasih bi, oya tolong siapin kamar dan makan siang buat saya sama temen-temen saya ya bi." Kataku dengan sopan kepada Bi Minah, dia pun pamit untuk memenuhi permintaanku.
Aku keliling-keliling disekitar sini bersama teman-teman lega rasanya menghirup udara di sini yang masih asri, penduduk di sini juga pada ramah kepadaku mungkin udah agak kenal karena mereka sering melihatku dulu. Kami berbincang-bincang dengan pemilik warung langgananku kalau sedang kesini yaitu Mang Asep. Kami banyak berbincang mengenai daerah sini dan aku mendapat cerita bahwa baru-baru ini ada kasus pembunuhan, katanya ada seorang gadis yang dibunuh itu adalah pacarnya sendiri sekarang sang pembunuh telah ditahan namun katanya banyak warga yang sering melihat penampakan gadis yang cantik namun gadis itu akan menujukkan wajah aslinya yang menyeramkan.
" Eh, jadi beneran Mang ada penampakan di sekitar sini?" Tanyaku penasar dengan cerita tersebut. " Iya, kalo gak salah ada yang pernah liat di kebun teh pas manghrib mas Reo," kata mang Asep sambil menyulut rokok yang sedari tadi di pegangnya. " Eh bro, ntar malem kita maen yuk ke warung ini, kayaknya enak deh kalo malem-malem ke sini." Ujar temanku Juna yang memang hobinya jalan-jalan. " Eh, tapi kan..." Remon agak ragu dengan keputusan para temannya ini, namun karena di tatap tajam oleh Mello diapun terpaksa kembali diam.
Setelah kami pulang kembali ke Villa kami pun makan lalu istirahat, aku sempat bertanya pada Mang Joko perihal cerita yang baru ku deangar dia membenarkan dan bahkan bergidik ngeri menceritakannya. Malam harinya Mello benar-benar mengajak kami semua ke warung tadi, bahkan dia membangunkanku yang tertidur pulas karena kecapean. Kami mengendap-endap keluar Villa, dan setelah agak jauh kami berjalan seperti biasa lagi.
" Yailah bro nih kampung sepi amat, tadi siang perasaan rame banget dah," Ujar Juna sambil memperhatikan jalanan sekitar yang lenggang. Kami lau berjalan dalam diam namun, di depan kami ada seorang gadis berambut panjang yang sedang celingukan seperti mencari sesuatu Mello yang tabiatnya memang suka menggoda langsung mekuncur ke tempat gadis tadi dan bertanya,
" Wah kok ada cewek malem malem gini sih? Kamu mau kemana?" kata Mello mencoba menggoda gadis tersebut, tapi dia menunduk aku dan teman-teman lain yang baru sampai main mata dengan Mello marah akan ketidaksopanannya tersebut. "Maaf ya teman saya kurang ajar sama kamu." Kataku meminta maaf, awalnya dia masih menunduk namun ketika dia mengangkat wajahnya tampaklah wajah penuh darah yang menyeramkan dan dibagian perutnya juga di penuhi darah dia menyeringai, teman-temanku berteriak ketakutan lalu jatuh pingsan. Tinggal aku sendiri saja si wajah menyeramkan terus mendekatiku aku ketakutan setengah mati lalu berteriak dan sekejap kemudian sebuah sinar menyilaukan pengelihatanku. Ternyata sekarang aku berada di kamar Villa dan sekarang sudah pagi teman-teman yang juga masih tidur terbangun dan bertanya ada apa, keceritakan semuanya dan ternyata mereka juga memimpikan mimpi yang sama.
Setelah itu kami turun ke bawah dan bertanya pada Mang Joko dan Bi Minah dan katanya kami dari semalam ada di Villa ketiduran katanya. Aku masih bingung dengan mimpi itu namun kami juga tak ambil pusing, kami sarapan pagi dan mandi lalu jalan-jalan kembali.
Tanpa ku sadari Mang Joko dan Bi Minah berbisik " Untung den Reo percaya, kalau kita cerita yang sebenarnya kalau mereka di temukan pingsan di jalan bisa syok mereka." Ucap Mang Joko dengan suara yang sangat pelan. " Iya untung orang-orang kampung juga mau kerja sama untuk merahasiakan kejadian semalam," Bi Minah menyambung.
End
ini updatenya lagi... agak gak nyambung soalnya ryuu lagi ujian praktek nih
sorry Readersdeul..
selamat menikmati...
YOU ARE READING
Horror Story
Short StoryKamu tahu bahwa dalam hidup itu ada 2 alam. kau boleh percaya ataupun tidak.. tapi dia ada.. dan kau harus percaya itu..