chapter 3

44 8 0
                                    

“Yoongi.. kau yakin ingin aku temani?” Tanya jimin yang tak yakin akan pilihan yoongi.

“Iya oppa.. aku mohon. Aku ingin malam ini menjadi malam yang indah.” Ucap yoongi kepada jimin, lalu menggoda jimin dengan menekan nekan dada bidang jimin.

“Yoongi jangan sekarang. Besok aku harus bekerja.” Ucap jimin lalu melepas rangkulan yoongi.

“Tapi aku menginginkanmu. Saat ini.” Ucap yoongi yang langsung merangkul leher jerapah jimin.

“Aku hanya akan menemanimu. Bukan melakukan hal lain.”

Lalu jimin tak ada pilihan lain selain mengikuti ucapan pacarnya. Jimin masuk ke apartemen yoongi yang super rapi.

Jimin heran dengan kamar yoongi yang selalu rapi seperti saat ini. Maksimal kamar apartemen yoongi bersih itu pasti ada yang jatuh atau apalah itu.

“Tumben kau sangat bersih? Biasanya pasti ada saja yang kotor.” Ucap jimin.

“Ayolah.. itu tak penting jimin. Ayo kekamar.”

Lalu jimin dan yoongi melakukan hal yang tak seharusnya mereka lakukan sebelum menikah.

Tenang.. mereka nggak ngapa ngapain kok..

........

Jimin sedang membuatkan makanan untuk mereka berdua. Yoongi tentu saja masih menjadi putri tidur seperti biasanya. Yoongi tak pernah bangun pagi, maksimal yoongi bangun pagi itu jam 10.

“Yoongi.. bangunlah sayang. Makanan sudah siap.” Ucap jimin perlahan sehingga mengagetkan yoongi.

“Aku bukan yoongi bangsat.. berhenti mengatakan yoongi.” Saat itu dia belum sadar sehingga berbicara apa yang ada diotaknya. Setelah sadar bahwa yang membangunkannya adalah jimin...

“Ah.. aku bangun. Bentar. Lupain ucapanku tadi aku belum sadar.” Ucap yoongi sedikit tergagap karena takut identitas sebenarnya akan terungkap.

“O-oh.. bangun lah.” Ucap jimin sebelum jalan ke dapur.

Jimin sangat bingung saat ini. Ia ingin melupakan semua itu tadi. Tapi tak bisa. Seperti kata kata itu tetap tertancap diotaknya.

“Makanlah.” Ucap jimin.

“Selamat makan.” Sikap itu kembali seperti biasa.

Selama 15 menit mereka masih makan dengan senangnya. Terutama jimin yang melihat pemandangan yoongi yang imut itu. Pipi yoongi menggembung lucu.

“Kau sangat imut.” Ucap jimin sebelum mencubit pipi yoongi.

“Shakit tawu.” Ucap yoongi saat mulutnya penuh oleh makanan.

Disisi lain yang jauh dari dunia mereka. Tergeletak seorang laki laki yang sudah tak menangi. Ya.. dia lelah menangis mengharap bantuan. Air matanya seakan sudah habis. Setiap hari dia hanya bisa makan daging mentah yang membuatnya muntah setiap hari.

“Jimin.. bantu aku.”

.....

Pyarr...

“Omo.. apa ini?” Tanya jimin. Jimin mulai ketakutan karena panggilan itu. Jimin ingin sekali mengetahui ada apa dengan siapa yang memanggilnya itu.

“Ada apa jimin? Kau belum berangkat?” Tanya yoongi yang keluar dari kamar masih telanjang bulat.

“Mau minum kopi tapi kepleset:v jadinya pecah. Hehe.” Ucap jimin sebelum pamit kepada yoongi dan dengan nakalnya ia menampar pantat yoongi. Lalu yoongi memukul lengan jimin.

“Dasar.” Umpat yoongi dan jimin hanya nyengir.

......

“Direktur jimin? Ada kertas baru yang harus anda tanda tangani.” Ucap sekretarisnya yang tiba tiba berada didepan jimin. Entah sudah sejak kapan sekretarisnya itu berdiri disitu.

I'M NOT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang