Salma Mehreen sudah siap menyambut hari bahagia. Menjadikan halal bersama pria yang kini sedang mengucapkan ijab qabul didepan penghulu dan keluarga besarnya. Matanya berkaca-kaca, haru dipenuhi rasa bahagia. Kini dia sudah menikah.
Awal kehidupan baru sudah datang. Kedambaan setiap wanita menjadi bahagia akan menjalani kehidupan bersama seorang pria yang telah datang untuk meminang. Siapa yang tak ingin menikah, banyak orang disana menjalani hubungan bertahun-tahun namun tak kunjung menuju pelaminan.
Salma bahagia, pernikahan adalah impian terbesar yang terwujud. Meski dirinya baru mengenal lelaki yang kini sah menjadi suaminya, Fathan Rasyad. Setelah proses taa'aruf (saling mengenal) Salma mantapkan hati untuk menikah dengan Fathan. Hanya butuh waktu satu bulan untuk mempersiapkan pernikahan.
Sebagai CEO muda dari Hotel Le Diamond, Salma tak perlu banyak mengundang tamu di acara pernikahannya. Hanya beberapa kolega yang diundang selain keluarga besar masing- masing. Namun berita pernikahannya tersebar di seluruh penjuru negeri.
Siapa yang tidak iri pada suaminya, Salma adalah wanita muda, cantik dan kaya raya. Siapapun siap untuk menjadi pendampingnya. Juga, siapa yang tidak iri pada Salma yang menikahi pria tampan dengan kelebihannya dalam menghafal Al-Quran dan pandangannya tentang Islam yang cukup luas.
"Selamat yah..." Salma sudah menerima ucapan dari tamu yang hadir di auditorium Hotel Le Diamond yang megah dan mewah.
Senyum kedua pengantin terpancar sangat bahagia. Fathan tengah mencium kening Salma dengan mesra. Menyisakan rasa iri di hati mereka yang menyaksikannya.
"Barakallah fii kum, bro. Cool banget dah sudah halal," seorang teman Fathan menghampiri dan memberikan selamat.
"Alhamdulillah."
Salma hanya merekatkan kedua tangannya disaat tamu Fathan memberikan ucapan salam. Memamerkan senyuman cantik di wajahnya. Aura bahagia memenuhi seluruh ruangan. Bahkan pancaran kebahagiaan keduanya sampai keluar.
"Terimakasih yah Mas, sudah menjadi suamiku, " Salma sudah bergelayut manja pada Fathan.
"Alhamdulillah, semoga kita jadi pasangan yang sholeh dan sholehah. Bahagia dunia akhirat."
"Aamiin ya Allah."
Salma menikmati kebersamaannya. Tidak pernah merasakan sebelumnya, duduk berdua dekat laki-laki. Meski banyak kata yang tak terucap diantara keduanya. Salma berusaha mendekatkan diri pada Fathan. Hatinya memang belum sepenuhnya milik Salma. Namun hatinya memiliki banyak harapan atas cinta yang akan mulai dibangun bersama.
"Selamat yah sayang, semoga kamu bisa jadi istri yang sholehan untuk Mas Fathan," Nia sudah memeluk erat Salma. "Kamu baik-baik sama Mas Fathan, nurut sama suami. Kalau ada apa-apa bicarakan berdua, harus bisa redam emosi."
"Iya mama sayang, malam ini aku sama mas Fathan istirahat di kamar hotel. Besok baru pulang ke rumah mas Fathan."
"Sekali-kali kalian harus datang ke rumah mama yah," Nia berpesan pada Fathan. "Kamu harus banyak perhatian yah sama Salma. Dia itu manja dan tidak bisa dicuekin, kadang emosinya meledak-ledak tanpa terkira."
"Iya ma." jawab Fathan dengan seulas senyuman.
"Rukun-rukun yah nak. Semoga Allah selalu memberkahi kehidupan kalian," kata Rosidah. "Besok umi tunggu di rumah yah."
"Baik umi, terimakasih doanya," Salma mencium pelupuk tangan wanita yang melahirkan Fathan dengan lembut.
"Umi dan abi hati-hati yah jalan pulang," kalimat Fathan sebelum kedua orangtuanya kembali pulang kerumah. Akad dan resepsi hari ini ditutup sampai jam tujuh malam. Mengingat masih ada beberapa kolega Salma yang datang.
Rosidah dan Abdul Rasyad, ayah Fathan, sudah bergegas pulang. Keluar bersamaan dengan sang besan, Nia dan Jalal. Meninggalkan kemewahan Le Diamond.
Fathan nampak kelelahan berdiri menyalami tamu yang datang seharian. Lelaki itu sudah meletakan jas yang dipakainya. "Aku atau kamu dulu yang mandi?"
"Bisa bantu aku melepaskan bagian belakang gaun ini dulu?" pinta Salma duduk disamping Fathan. Sudah menyodorkan
"Sudah. Aku mandi terlebih dulu yah," langkahnya pasti masuk ke dalam kamar mandi.
"Iya, Makasih."
Salma baru saja selesai mandi. Menghampiri Fathan yang duduk di depan televisi. Sudah rapih mengenakan baju koko dan peci yang menutup rambut hitamnya yang lurus. "Kita shalat dulu yah," mata Fathan menatap lekat wajah segar Salma yang berdiri di belakangnya.
Salma mengenakan mukenayang sudah disediakan hotel. Sajadahnya berada tepat di belakang Fathan. Mulai mengikuti takbir yang dilafalkan Fathan. Mengucap syukur atas nikmat yang diberikan. Usai salam, Salma mencium telapak tangan lelaki di depannya.
Kakinya sudah beranjak. Merapihkan mukena yang baru saja dipakai. Menyimpan dibawah meja rias.
"Lusa aku berangkat ke Qairo."
Suara dari arah punggung Salma itu membuat gerakannya terhenti. Nafasnya seakan berhenti. Fathan bilang akan berangkat ke Qairo? Mereka baru saja menikah. Sudah harus ditinggal jauh? Bagaimana bisa begitu? Salma menoleh dengan tatapan hampa. Kebahagiaan yang baru saja ingin dikecapnya langsung menghilang.
***
Bismillah, Cerita terbaru
#CeritaBerhirah #Renege #Religi #JumaliyahZein

YOU ARE READING
RENEGE
روحانياتSalma Mehreen adalah seorang CEO Muslim di Hotel Le Diamond. Hotel itu adalah salah satu hotel terbesar di Jakarta dan sering digunakan untuk acara penting kenegaraan. Dia wanita muda (18 tahun) dengan semangat yang tinggi. Dia menikah dengan seora...