19 : Persiapan (2)

3K 270 12
                                    


•••

Mengejar impian, jangan cuman entek-entek keinginan dan hanya di impikan.

Berjuanglah untuk menggapai apa yang ingin di raih.
Semoga berhasil!

•••

Aku duduk terdiam menatap papan tulis dengan berbagai macam soal, mulai dari yang termudah hingga yang tersulit sekalipun, kukerjakan dengan sepenuh hati. Walaupun, rasa ragu masih menghinggapi batinku.

Tanganku tidak henti-hentinya menari diatas kertas, tulisanku rapi. Tidak seperti laki-laki pada umumnya.

"Jungkook, jangan lupa besok pagi saat sekolah bapak ingin semua tugas-tugas ini sudah ada di meja bapak. Pokoknya bapak gak mau tau, mengerti?" Aku mengangguk lemah, karena sudah terlalu lelah berkutat dengan berjuta rumus yang wajib di hafalkan.

"Sekarang kau boleh pulang... Bapak akan menunggu hasil tugasmu pagi nanti. Tugas ini yang akan benar-benar menentukan pergi atau tidaknya, kau ke Olimpiade internasional itu." Pak Goobie terlihat begitu menyeramkan sesaat, karena aku melihat dengan jelas keseriusan yang berada di dalam bola matanya.

Ia mengusak kasar rambutku, "berjuanglah, Jung! Bapak tau kau pasti bisa." Bisiknya, membuatku tersenyum tipis.

---

Aku menunggu sedari tadi hanya bisa menunggu bus terakhir datang, tapi sepertinya kali ini bus terakhirnya tidak akan datang saat aku melihat jadwal bus di ponsel pipihku.

Hhh...
Aku menghela nafas pelan.

Melihat warna langit yang sudah bertukar warna dengan warna jingga, atau bahasa formalnya adalah Senja. Senyuman tipis terukir di bibirku, cukup lama.

Apa aku telfon paman Jang saja, yaa? Atau kakak?

Aku terdiam sesaat, lalu dengan cepat mengotak-atik ponsel milikku.

Tut Tut Tut...

Nomor yang anda tuju sedang sibuk atau berada diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.

Pip!

Aku memandang ponsel milikku yang menampilkan sebuah kontak orang yang sebelumnya ku telfon.

Cih, tidak di angkat...

Aku lekas duduk di halte bus itu, hanya bisa menunggu tanpa kabar sekalipun. Dinginnya sore hari, membuatku berdesis pelan. Walaupun sebuah jaket sudah melekat di tubuhku, namun rasa dingin tetap menusuk kulitku.

Sshhh...
Ringisku pelan.

Ini sudah menit ke dua puluh lebih aku menunggu layaknya benda tak berkepemilikkan.

Sesekali aku bersenandung pelan, sambil memandang tenggelamnya matahari yang mulai menukar shift kerja dengan terangnya langit malam.

Tap tap tap!
"Tuan muda!" Panggil seseorang membuatku menoleh seketika, aku melihat paman Jang dengan nafas yang terengah-engah.

Ia langsung menunduk meminta maaf, "maafkan saya, atas keterlambatan menjemput." Aku menepuk pelan pundak paman.

Awalnya aku kesal karena terlalu lama menunggu, aku berfikir apakah kakak-kakak tidak memperdulikan aku lagi? Ataukah paman Jang yang melupakan tugasnya? Mari lihat jawaban yang keluar dari bibir paman.

Aku menepuk pelan pundaknya, seolah tak terjadi apa-apa. "Ih! Paman ini, lain kali jangan panggil aku 'tuan muda' panggil saja Jungkook atau Jungkookie, yaa paman? Sekarang ayo kita pulang." Candaku seakan mengejek dan menyudutkannya, paman Jang langsung tersenyum menanggapi hal itu.

Sick | •JJK•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang