Lima.

10 3 0
                                    

"Lo kenal sama dia?" tanya Adit setelah Alfin kembali dan duduk di meja yang telah mereka pesan.

"Baru tadi."

"Lo udah pernah ketemu sama si Finna?" tanya Reggi, pria keturunan sunda.

"kemaren, gue nabrak dia." jawab Alfin sambil mengambil makanan Reggi tanpa permisi.

"Eh anjir. Nu aing eta!" teriak Reggi. Alfin tak sedikit pun memperdulikannya, ia tetap makan dengan wajah datarnya.

"Lo suka sama dia?" tanya Iqbal tiba tiba.

"Apaan si lo. Dia baru aja kenal masa udah suka sukaan lagi." jawab Adit.

"Ya bisa jadi lah, siapa tau si Alfin bener bener suka sama si Finna jadi dia ga NGEJOMBLO MULU." Sambung Reggi, ia memang sengaja menekankan kaya kata terakhirnya agar Alfin tersindir.

"Sebelum ngomong NGACA dulu dong!" ucap Adit lagi.
-Adit mah nyambung nyambung mulu kaya kabel):

Alfin dan Iqbal hanya diam sambil memperhatikan Reggi dan Adit yang memang sering adu bacot kaya cewe cewe alay.

Ok sekedar informasi, sebenarnya mereka ber-empat sudah saling mengenal, mereka berteman sejak Smp karena berada di sekolah yang sama, dan kelas yang sama. Tapi saat mereka lulus, Alfin pindah ke luar kota karena keinginan orang tuanya. Dan saat ini, ia pindah kembali ke Jakarta dan sekolah di SMA Nusantara, bersama teman teman Smp nya.



   ***



Bel sekolah telah berbunyi, menandakan pelajaran telah selesai dan waktunya siswa siswi pulang ke rumah masing masing. Saat ini Finna sedang duduk di halte dekat sekolahnya kakaknya tidak bisa menjemput karena ada urusan lain maka dari itu ia harus naik angkutan umum.

Sudah hampir setengah jam ia menunggu, tetapi tidak ada satupun taksi yang lewat.
Masa sii gue harus jalan kaki sampe rumah? - batin Finna.

Tak lama kemudian, sebuah motor sport berhenti di depan halte si pengguna motor mematikan mesin lalu membuka helm fullface nya.
Alfin?

"Ngapain disini? Ko belom pulang?" tanya Alfin.

"Nunggu taksi".

"Udah mau ujan, bareng gue ya? cepet naik, gaada penolakan!" tegas Alfin. Finna pun menaiki motor Alfin. Bukan karena dia suka, engga. Tapi karena ya.. Kalo dia diem disini terus gaada taksi yang lewat,kapan nyampe rumahnya?

Sepanjang jalan, tidak ada satupun yang membuka suara antara Alfin dan Finna. Saat di perempatan jalan, akhirnya Alfin membuka suara.

"belok kemana?" tanya Alfin.

"kanan terus nenti belok kanan lagi". Setelah itu tidak ada percakapan lagi hingga sampai di rumah Finna.

"makasih" ucap Finna. Alfin hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lalu meninggalkan rumah Finna.


Alfin merebahkan badannya diatas ranjang miliknya. Hari ini rasanya ia begitu lelah karena hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah di SMA Nusantara. Ia menatap ke atap dinding kamarnya tiba tiba dia terbayang bayang wajah Finna.

"Ko jadi ngebayangin dia sih?" Alfin memukul mukul kepalanya sendiri.

"Ah bodo amat mending tidur". Ia pun menutup dirinya memakai selimut lalu memejamkan matanya.



***




Sore hari telah berganti malam. Langit yang awalnya cerah dengan tambahan warna oranye membentuk senja yang indah, kini menjadi langit malam yang ditaburi banyak bintang.
Alfin yang sedari tadi terlelap, kini belum juga bangun dari tidur nyenyaknya.

"Den, bangun den". Ucap Inah _ asisten rumah tangga Alfin sambil menepuk nepuk pundak Alfin. Laki laki itu hanya berdehem.

"Ada temen nunggu di bawah, Den". Kata bi Inah lagi.

"Iya bi, bilangin tunggu". Jawab Alfin. Ia pun bangun lalu berjalan menuju toilet untuk mencuci mukanya.




























Vomenttt😍😍
@wiwidiaa_
-089605713450

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlfinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang