ni

3.8K 529 20
                                    

Iqbaal tersenyum senang. Ia menempelkan ponselnya ditelinganya. Sepertinya ia akan menghubungi seseorang.

"Assalamualaikum sayangg."

'Waalaikumsalam. Kamu udah sampe?'

Iqbaal tidak menjawab, melainkan berjalan ke arah tempat duduk yang biasanya disediakan oleh bandara untuk menunggu. Ia mendekati seorang gadis yang juga sedang menelpon seseorang.

"Dorr!!!"

Gadis tersebut melonjak kaget kemudian menoleh ke arah belakang. Mendapati Iqbaal dengan cengiran khasnya.

"Iqbaal! Ngagetin tau gak?!"

"Maaf sayang, sini peluk dulu pacarnya."

Kekasih Iqbaal yaitu (Namakamu) berdiri lalu memeluk Iqbaal dengan erat. Iqbaal juga memeluk sang kekasih dengan erat, seakan enggan untuk melepaskan.

"Kangen." Ujar Iqbaal lalu ia mencium kening (Namakamu) dengan lembut.

"Banyak orang juga."

Iqbaal terkekeh pelan kemudian melepaskan pelukannya. Ia merangkul (Namakamu) dan mengajak kekasihnya itu untuk makan di salah satu restoran yang ada di bandara.

(Namakamu) memilih tempat duduk yang berada di pojok dekat dengan pintu. Mencegah aksi nekat Iqbaal yang akan menghujani wajahnya dengan ciuman sebenarnya.

"Kamu mau makan apa, yang?"

(Namakamu) membalikkan lembaran buku menu dan menutupnya kembali. Ia melihat Iqbaal kemudian tersenyum.

"Aku gak makan ah, tadi sebelum jemput kamu aku udah makan."

Iqbaal menatap (Namakamu) tajam, "Makan! Aku pesenin! Harus abis pokoknya!"

"Ihhh tapikan aku gak mau!"

Iqbaal menggelengkan kepalanya. Ia memnaggil seorang waitress lalu menyebutkan menu yang Iqbaal pesan. Setelah itu sang waitress mengangguk paham dan pergi dari hadapan mereka berdua. Iqbaal meraih tangan (Namakamu) lalu mengenggamnya.

"Kamu bohong ah, yang. Kamu belum makan 'kan?"

"Udah, bayi. Aku udah makan."

"Bohong!"

(Namakamu) mencubit kedua pipi Iqbaal karena gemas, "Nginep di hotel?"

"Iya." Jawab Iqbaal lalu menganggukkan kepalanya.

Iqbaal menempelkan tangan (Namakamu) ke pipinya. Sesekali ia mengecupi punggung tangan (Namakamu). Laki-laki seperti baru menemukan sesuatu yang hilang dalam hidupnya.

"Video call sama Vio, yang. Biar dia cemburu gak bisa kesini."

(Namakamu) mengangguk lalu menarik pelan tangannya dari genggaman tangan Iqbaal. Ia meraih ponselnya yang berada di tasnya. Menghunbungi Vio yang entah sedang apa disana.

"Kamu yang pegang nih, aku mau makan." (Namakamu) menyodorkan ponselnya dan langsung saja diterima oleh Iqbaal.

"Katanya udah makan, tapi makan lagi. Ketauan banget kamu bohongnya, by."

(Namakamu) terkekeh pelan lalu mulai memakan makanannya yang baru saja datang. Ia melihat Iqbaal yang sedang menatap layar ponselnya, yang pasti sedang berface time dengan Vio.

"Vio!!" Panggil Iqbaal.

'Anjir, gue kira cewek lo yang nelpon gue. Taunya malah babunya.'

Iqbaal mendengus kesal, "Kurang ajar lo!"

'Di Malang lo, Baal?'

"Iya dong, mumpung libur. Lo gak kesini?"

Vio menggeleng, 'Tunggu kalian balik ke Jakarta aja lah. Buang-buang ongkos.'

Celengan Rindu - IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang