lupa hari ulang tahun

14 7 0
                                    

Lupa Hari Ulang Tahun

Pagi itu, aku akan bersiap ke sekolah. Kami pun sarapan. Pada saat sarapan…
“Nak, ini uang jajan kamu. Jajan yang bener ya.” ucap mamaku.
“Iya, Ma. Loh? Tumben banyak amat. Biasanya cuman Rp 10.000,00. Kok ini Rp 50.000,00?” tanyaku heran.
“Ini buat kamu tabung.” ucap mamaku.
“Asyik. Makasih banyak ya, Ma!” pekikku girang.
“Iya, Sayang.” ucap mamaku.
“Ma, aku berangkat dulu ya.” pamitku.
“Iya, Sayang.” ucap mamaku.

Aku pun berjalan menuju sekolah. Saat sampai di kelas, aku pun menyapa temanku, Alika.
“Hai, Alika.” sapaku.
“Hm…” ucap Alika cuek.
“Al, kenapa kamu? Sakit ya?” tanyaku.
“Nggak.” ucap Alika singkat.
“Lalu, kenapa dong? Kok diem aja sih?” tanyaku.
“Kamu bawel amat sih!” bentak Alika.
“Kamu kenapa marah-marah sih? ‘Kan aku tanyanya baik-baik!” ucapku mulai emosi.
“Pokoknya mulai sekarang kamu jangan ganggu aku! Dasar pengkhianat!!!” bentak Alika kepadaku lalu pergi dari kelas.
“Tuh anak kenapa sih? Aneh.” ucapku heran.

Aku pun menyapa Molly, tetapi dicuekin juga. Ya pokoknya hari ini aku dicuekin oleh teman sekelas. Seolah-olah aku ini nggak ada sama sekali. Huh, menyebalkan sekali.

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku pun segera berkemas. Namun, tiba-tiba…
“Heh, Poppy!” marah Tari sembari menarik tanganku kasar.
“Apaan sih!!!” bentakku.
“Udahlah, kamu itu nggak usah ngelak. Kamu itu udah ketahuan berpelukan sama Petra. Satu sekolah dah tahu itu!” ucap Keke sinis.
“Kata siapa coba!!” marahku.
“Kataku. Asal kamu tahu, Petra itu pacarku tahu!!!” marah Alika.
“Kamu dah menghancurkan nama baikku di sekolah ini!” ucap Petra tiba-tiba.
“Loh, kapan kalian pacaran?” tanyaku heran.
“Loh? Kenapa aku cemburu ya sama Alika. Ah, Petra itu ‘kan sahabatmu doang. Tapi, kenapa hatiku teriris-iris ya mendengar Petra dan Alika udah pacaran?” batinku.
“Kamu nggak usah tahu deh, PHO!” ucap Alika.
“Yuk, kita pergi aja. Nggak usah temenan sama si PHO ini!” ajak Hendra.
“Ayo.” ucap mereka.
Astaga, kenapa mereka semua begini sih? Aneh bangetlah. Tapi, kok ada kertas sih? Tadi ‘kan nggak ada. Coba aku buka ah.

Aku pun membaca kata demi kata yang terangkai di sana. Ternyata itu adalah undangan pesta. Tapi, kenapa mereka meninggalkannya di sini? Ah, acaranya jam tujuh malam. Tapi, gimana mau berangkat?

Sebaiknya aku tanya mama aja. Aku pun segera pulang. Namun, pada saat melewati mereka, aku secara tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
“Yeah! Sukses banget!” loh? Itu ‘kan suaranya Tari.
“Good job! Yuk, kita persiapkan rencana selanjutnya.” ah, itu ‘kan suaranya Petra?
“Yeah! Asyik! Pasti bakalan ada pesta meriah nih!” sepertinya itu suara Alika.
“Iya. Eh, ada si PHO tuh.” pasti itu suaranya Hendra.
“Pergi aja yuk!” ya, sepertinya itu suara Keke.

Aku pun segera berlari pulang. Saat jam setengah 7 di rumahku…
“Poppy sayang!” panggil mamaku.
“Ada apa, Ma?” tanyaku.
“Nanti temenin mama ke pesta ulang tahun anaknya temen mama ya. Soalnya mama dapet undangan dari temen mama.” ucap mamaku.
“Ah, Poppy lagi males nih.” ucapku.
“Udah ah. Yuk, bentar lagi acaranya mulai.” paksa mamaku.
“Iya iya iya deh, Ma. Tapi, aku ‘kan nggak bisa dandan.” ucapku.
“Tenang, ada mama.” ucap mamaku.

Mama pun segera membawaku ke kamarnya. Aku pun didandani oleh mamaku.
“Selesai!” ucap mamaku lalu membuka cermin yang berada di depanku.
“Wah, cantik banget. Tapi, aku ‘kan cuman nemenin mama, kok dandanannya begini sih?” tanyaku.
“Dah, cepet pake dress ini. Udah mau jam tujuh nih.” ucap mamaku tak sabar.

Aku pun memakai dress yang diberikan mamaku. Lalu, kami pun pergi ke pesta. Pada saat di pesta…
“Nah, ini dia yang kita tunggu-tunggu. Poppy, silakan maju.” ucap MC tiba-tiba.
“Ah, ngapain sih aku maju!” ucapku kesal lalu segera maju ke panggung.
“Happy birthday to you! Happy birthday to you! Happy birthday, happy birthday. Happy birthday to you!” nyanyi teman-temanku.
“Astaga! Apaan ini?” tanyaku heran.
“Selamat ulang tahun, Poppy. Silakan tiup lilinnya.” ucap Petra tiba-tiba.
“Heh, kenapa kamu sih? ‘Kan kamu pacarnya Alika. Dah sana! Hush!” usirku.
“Hei, tiup aja sih!” ucap Petra kesal.
“Huh! Baiklah!” ucapku kesal lalu meniup lilinnya.

“Poppy, ini ada surat. Cepat baca!” ucap Petra cuek.
“Oke!” ucapku singkat lalu membaca surat tersebut.
“Hah! Maksudnya apa ini?” ucapku sembari membulatkan mataku karena terkejut sekali.
“Ya ini pernyataan perasaan dari seseorang.” ucap Petra malu.
“Dari siapa sih? Nggak ada namanya.” ucapku kesal.
“Tuh di pojok kiri bawah ‘kan ada kodenya. Bisa kamu pecahin sendiri.” ucap Petra.

Isi suratnya…
“Hai. Selamat ulang tahun ya. Btw, aku ini secret admirermu loh. Aku dah lama suka sama kamu. Mau nggak kamu jadi pacarku? Dari sahabatmu tercinta.”
Kode: 16520181

“Kayaknya 16 itu huruf P. Kalo 5 itu huruf E. 20 itu abcdefghijklmnopqrst, ah T. 18 itu abcdefghijklmnopqr, R. Lalu, 1 itu pasti A. Eh, Petra???” pekikku kaget.
“Apaan sih?” tanyanya cuek.
“Maksud kamu apa sih?” tanyaku heran.
“Udah jelas ‘kan di surat?” tanya Petra.
“Bukannya kamu itu…” ucapku terpotong.
“Sorry, aku bohong sama kamu hehehe. Asal kamu tahu, ini rencana Petra sendiri tahu!” tawa Alika.
“Asem!!! Tahu gini mah aku ngak usah cemburu!” ucapku tanpa sadar.
“Cie, si tomboi bisa cemburu juga ternyata!” ledek Petra.
“Aish! Diem kalian!” marahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

lupa hari ulang tahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang