.
.
.
.
.
Capitol runtuh!
.
Berita itu telah sampai satu detik setelah bendungan besar di ledakkan oleh para pemberontak meninggalkan bekas puing-puing hancur berterbangan bersama debu yang kian memenuhi udara. Tak tersisa lagi manusia, kota yang biasanya begitu gemerlap kini meninggalkan jelaga hitam yang begitu serakah menelan gulita.
.
"Semua tewas." Dari pesan suara yang tersampaikan melalui walktalk sebuah wajah datar hanya mengamati asap kelabu dalam sudut pandangnya―Jeon Jungkook, pemimpin pasukan pemberontak Distrik X. "Aku akan memastikan." Kakinya menapak pada tanah berselimut debu, di antara jalan setapak alun-alun yang dulu berhiaskan batu granit hitam begitu menakjubkan kini hanya menyisakan reruntuhan mengerikan dengan berjuta kenangan yang lambat laun hanya akan terburai dalam kehampaan. Tak ada satupun nafas terdengar, tak ada satu pun kehidupan, di hamparan salju kelabu yang memenuhi penglihatannya sayup-sayup dia masih mendengar susulan bunyi ledakan. Di atasnya masih berhamburan pesawat-pesawat capitol yang siap menembakkan bom lain guna membumi hanguskan sisa-sisa pemberontak yang masih bertahan tanpa peduli jika rakyat merekapun ikut dalam taruhan. Ia mulai melompat pada runtuhan bangunan paling besar―Rumah Sakit terbesar capitol, yang tinggal menyisakan tiang-tiang menjulang beserta― "To-long.."
.
Teriakan lirih itu sayup terdengar, membawa hadir kernyitan dalam di dahi Jungkook yang telah berselimut keringat. "Tolong.."
.
Lagi, kali ini lebih jelas dan Jungkook mulai melompat pada puing reruntuhan lain agar menemukan sumber suara tersebut. Ekor matanya menyipit saat menemukan tangan mungil melambai lemas di balik gugusan tembok yang hampir hancur, buru-buru ia mendorong sisa runtuhan yang mengelilingi tangan mungil itu dan bernapas lega tatkala seorang gadis mungil masih bisa bertahan hidup dalam kehancuran.
.
"Kau akan baik-baik saja." bisik Jungkook saat ia berusaha menggendong gadis mungil itu di kedua lengannya lantas berjalan. "To-long.." gelengan lemah serta tarikan kuat jemari mungil sang gadis membuat Jungkook bingung, ia berhenti sedang dengan napas yang tersendat tangan mungil itu kini menunjuk bekas reruntuhan di mana Jungkook tadi berusaha mengeluarkannya. "Tolong.."
.
Ada yang ingin gadis mungil itu sampaikan, sesuatu yang membuatnya masih begitu berusaha bertahan dalam ambang batas kesadaran. Dan benar saja, saat Jungkook kembali menuju bekas reruntuhan ia menyelamat sang gadis mungil itu tersisa lagi seseorang dengan keadaan yang jauh lebih mengenaskan. Tertindih oleh puing-puing batu-bata putih berhiaskan sisa-sisa abu yang begitu kontras dengan surai kelabu serta putih wajahnya.
.
Jungkook menekan tombol pada walktalk yang ada di salah satu cuping telinganya. "Kirim bantuan, segera."
.
Karena pikir Jungkook siapapun pantas untuk di selamatkan, pikirnya semua manusia pantas hidup serta mendapatkan kesempatan kedua bagaimanapun perangai mereka sebelumnya. Pikir Jungkook dia telah melakukan hal yang benar tanpa mengerti jika keputusannya dapat membayakan nyawa seluruh distrik yang kini mendukung juga menaruh harapan besar padanya.
.
.
.
.
.
[a/n : Jadi... Cerita ini sudah selesai di saya. Um, akan saya up tiap saya sempet dan... Selamat menikmati, semoga suka, semoga sehat, semoga bahagia, salam Go Green! Tian]
KAMU SEDANG MEMBACA
ACARAM [KookV] ✅
FanfictionCapitol runtuh! Ribuan nyawa rakyat tak berhamburan bersama kelopak mawar putih yang berbaur bersama merah juga hitam yang begitu pekat. Lalu takdir seolah mempermainkannya, bersama napas juga detak menggebu yang hadir pada satu nama.. [Capitol|au...