Karam

2K 209 36
                                    

.

.

.

.

.

Burung-burung dara terbang bertemperasan dalam kawanan-kawanan kelabu ketika mereka bergegas melintasi Capitol yang di penuhi rumpukan mayat. Tanah yang mereka pijak tak lagi tampak, dimana-mana Taehyung bisa merasakan bau kematian yang begitu pekat. Mayat-mayat warga sipil itu hangus, menyisakan tulang belulang dan abu yang berbaur dengan bau daging panggang beserta anyir. Di sekitar, ia pun bisa melihat sekumpulan burung pemakan bangkai yang siap mengawasi pergerakannya―menunggu, barangkali mereka akan jadi santapan berikutnya. Langkahnya melemah, Taehyung seolah bisa mendengar teriakan mayat-mayat itu di setiap ia melangkah. Begitu menyedihkan, begitu menyakitkan. Namun kedua orang lain―Jungkook dan Jimin- sigap berjalan jauh di hadapannya tampak tak peduli dengan apa yang mereka pijak. Mungkin, karena mereka telah melihat begitu banyak kematian. Atau mungkin mereka tak lagi dapat merasakan sesak yang hadir setiap kali Taehyung membayangkan bilamana ia berada di posisi mereka yang gugur karena keserakahan Sang Pemimpin Capitol, keluarganya.

.

Jungkook menyipitkan mata memandang kegelapan di luar alun-alun, "Aku bahkan tidak melihat satupun tentara perdamaian." Matanya bergulir, nyaris menyortir semua ruang yang tersaji dalam fokus matanya. "Kita akan buat ini lebih cepat." Ia berhenti melangkah, membalik tubuhnya guna memagut atensi Jimin juga Taehyung yang menunggu intruksinya. "Menyusup ke dalam pertahanan terakhir mereka. Istana Capitol."

.

Tanpa ada pilihan lain mereka bergerak, Taehyung bahkan tak perlu memberi tahu di mata dan bagaimana mereka bisa menembus pertahanan Istana karena Jimin serta Jungkook telah lebih dulu mengatasi semua. Beberapa tentara perdamaian tampak berjaga di sepanjang koridor. Namun orang-orang Jungkook juga telah bersiap sejak mereka memutuskan untuk menyerang. Beberapa puluh pemberontak turun dari atas atap, menembak seluruh penjaga tanpa pandang bulu sehingga ketiganya bisa bergerak cepat menuju tempat paling krusial yang mereka tuju.

.

Ruang Presiden Capitol, yang anehnya malah sama sekali tanpa penjaga.

.

Seluruh dunia seolah berhenti tatkala netra sayu Taehyung bertemu pandang dengan pemilik mata setajam mata pisau berkilat dengan lelehan darah di ujungnya, wajahnya yang begitu tegas membuat Taehyung secara naluriah melangkah mundur. Dia dan seluruh kekuasaan yang begitu mutlak, dia yang selalu membawa Taehyung melihat topeng kedamaian yang di sembunyikan begitu apik oleh Capitol. Dia― "Kalian datang tepat waktu." senyum ramah itu tampak begitu bersaahabat. Berjalan mendekat pada tiga sosok yang begitu tak ia duga, dua tikus pengerat yang mengacaukan pemerintahan serta tunangan yang begitu ia rindukan. "Kemarilah, Taehyung." Ia mengulurkan tangannya lembut, berharap Taehyung mendekat lalu meraihnya hangat seperti biasa. Namun, Taehyung bergeming dalam bimbang, wajah cantik itu tak lagi menatapnya dengan cara yang sama, tak lagi menyambutnya dengan kehangatan yang serupa.

.

"Namjoon, hentikan semua ini." Taehyung yang begitu ia cintai malah memilih berkhianat dan memihak tikus-tikus pengerat tak tahu etika yang menjunjung keadilan tanpa dasar, memuakkan. Sungguh memuakkan!

.

"Taehyung.. apa yang kau katakan?" Namjoon mendekat, uluran tangan itu masih setia menggantung pada udara tapi sebelum ia dapat meraih Taehyung dalam genggamanya, Jungkook mengacungkan pistol selaras panjang tepat di kepalanya. Berdasarkan logika, kau tidak akan bisa bersikap tenang jika nyawamu hanya tinggal beberapa centi di depan mata, menunggu pelatuk kecil itu tertarik lantas semua isi otakmu akan keluar bercecer bersama darah yang begitu merah. Nyatanya, Namjoon masih tersenyum dengan cara yang sama. Begitu tenang dan nyaris tanpa emosi sedikitpun di sana.

ACARAM [KookV] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang