DUA
RAVEN ARNOLDIE berhenti melangkah tepat di tengah ruangan kamarnya, menghadap dinding kaca yang mempertontonkan himpunan pepohonan yang tengah melambai-lambai tertimpa hujan yang mengguyur di tengah kegelapan malam. Ruangan tersebut gelap, hanya bersumberkan sedikit cahaya dari lampu yang berasal dari luar, sementara sejak memasuki ruangan tubuhnya telah lebih dulu menegang dan kedua tangannya terkepal erat. Pupil matanya melebar, pandangannya terfokus pada pada satu titik yang kontras di antara kegelapan ruangan kamarnya yang terpantul pada dinding kaca di hadapannya.
"Apa yang kau inginkan, Tompson?" tanya Raven masih menatap rambut silver milik Tom.
Sejenak Tom masih terdiam, ia berdiri di belakang Raven, seluruh tubuhnya ditutupi oleh jubah beludru berwarna hitam, dan tatapan pada punggung Raven seakan mampu membekukan punggung tersebut. Begitu dingin dan tanpa perasaan. "Kami butuh bantuanmu," ucap Tom pada akhirnya.
Raven membalikkan tubuhnya dan tertawa seketika, tidak ada humor di dalam tawanya, melainkan terdapat ancaman terselubung yang Raven arahkan pada Tom. "Aku tidak asing dengan perkataanmu." Ia tersenyum sinis. "Aku belajar dari seseorang, bahwa ada kata dasar 'tolong' di balik sebuah permintaan."
"Alasan aku berada di sini adalah seperti yang kau tahu bahwa tidak ada satu pun makhluk dari Bangsa Falks yang memiliki kekuatan seperti milikmu. Aku ditugaskan untuk membawamu ke tempat yang telah kami rencanakan, dan tidak ada kata 'tolong' dari kalimat tugas yang diperintahkan kepadaku."
"Siapa yang memerintahkanmu?"
"Kau tahu sejak awal kepada siapa kami mengabdi."
"Dia telah mati."
Tom memiringkan kepalanya seraya menyeringai penuh makna pada Raven. "Kau tahu kepada siapa aku bersumpah, Rave." Tatapannya berubah menjadi bengis. "Aku disumpah atas nama bangsa. Dan aku di sumpah atas nama darah Aiden Wiltwizzy. Selama darah pimpinanku masih mengalir deras di permukaan bumi ini, di situlah kesetiaanku berada. Jangan pernah kau pertanyakan kesetiaan atas pengabdian kami," ucap Tom mendesis pada akhir kalimatnya.
Pandangan Raven melunak. "Ada satu syarat."
Tom diam, menunggu."
Sejenak Raven berpikir, menimbang-nimbang sesuatu untuk dikatakan, tetapi ia mengurungkan apa yang terlintas di dalam pikirannya dan berkata, "Kembalikan darah Aiden Wiltwizzy yang masih mengalir deras di permukaan bumi ini ke tempat seharusnya dia berada."
Tom menyeringai keji. "Deal."
[][][]
Tom membuka sayapnya yang menyelubungi tubuhnya dan tubuh Raven, setelah melewati proses teleportasi yang membuat kepala Raven berdenyut keras dan tubuhnya nyaris limbung. Mereka berada kembali di ruangan kamar milik Raven, masih dalam keadaan gelap, masih dalam keadaan sunyi dan hening. Raven melangkah masuk ke dalam kegelapan kamarnya, kemudian berbalik menatap Tom untuk menagih janji yang sebelumnya telah disanggupinya.
Tom mundur beberapa langkah mendekati dinding kaca, menjauh dari tubuh Raven. "Meskipun dalam tugasku tidak ada kalimat 'terima kasih', kali ini aku mengucapkan terima kasih padamu."
"Kembalikan darah Wiltwizzy ke tempat seharusnya mereka berada."
Tom tersenyum penuh makna, matanya menyiratkan kepuasan. "Tentu."
"Kapan aku melihat hasilnya?"
"Kau tidak mengatakan sekarang, tentu tidak sekarang akan kulakukan. Kau tidak mengatakan kapan waktu aku harus mengembalikan mereka ke tempat seharusnya mereka berada. Aku akan melakukannya di waktu dan kesempatan yang tempat."
YOU ARE READING
OUT OF THE DARKNESS
FantasíaIMMOSENCE SERIES #4 Hidup Ashlyn Tan biasa-biasa saja sebelum bertemu dengan pria yang ia kenal sebagai Tuan Bunga Bangkai. Pria itu selalu muncul tiba-tiba dan mengatakan bahwa Ashlyn Tan adalah pasangan hidup pria itu. Bukan hanya itu, pria itu ju...