(2)

13 3 0
                                    

Jgn sider, dikacangin ga enak.

Happy reading :D

***

Ryan memarkirkan motornya di sebuah Gez's cafe yang terkenal akhir-akhir ini. Athia terheran-heran mengapa Ryan tidak mengantarkannya pulang malah mengajaknya kesini.

"Ryan, lo mau ngapain disini?" heran Athi canggung menatap Ryan yang melepaskan helm nya.

"Lo laper kan? Tadi gue sempet denger suara perut lo," decak Ryan sambil menarik lengan gadis itu untuk masuk ke dalam cafe itu.

Pipi gadis itu memerah. Ia sangat malu, saat ketahuan perutnya berbunyi padahal ia kira tidak akan terdengar karena suara kendaraan yang lalu lalang di jalan raya.

"Wah gilaaa keren banget, pantes di sekolah banyak yang bicarain cafe ini," puji Athia terlihat norak karena ini pertama kalinya ke Gez's cafe ini.

"Memang keren dan cocok banget buat tempat nongkrong kan," sambil melepas genggamannya pada gadis itu.

Mereka memilih tempat di sofa panjang yang dibelakangnya terdapat lukisan-lukisan yang cukup menarik.

Mereka memilih tempat di sofa panjang yang dibelakangnya terdapat lukisan-lukisan yang cukup menarik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waiters dari cafe itupun datang dan menanyakan pesanan mereka.

"Lo mau pesen apa?"

"Samain aja sama lo, apa aja asal jangan udang," gidik Athia ngeri membayangkan muncul bentol-bentol di tubuhnya seperti saat ia kecil dulu.

"Saya pesan dua nasi goreng ayam, dua es krim, dan dua milkshake coklat ya mbak."

"Siap mas," balas waiters gembul itu sambil mengedipkan sebelah matanya pada Ryan.

Ryan yang ditatap seperti itu langsung merinding. Athia yang melihat hal itupun langsung tertawa terbahak-bahak.

Deg.

Senyumnya manis, batin Ryan.

15 menit mereka menunggu, pesanan pun datang. Mereka makan dalam diam.

"Mulut lo," ucap Ryan saat melihat ada sisa es krim di sekitar bibir gadis itu.

Sesegera mungkin Ryan mengelap bibir gadis itu dengan tangannya. Pipi gadis itu langsung memerah dan ia langsung menundukkan wajahnya yang imut itu.

Astaga baper gue, batin Athia mengeluh.

"Jangan nunduk, nanti mahkota lo jatuh," ucap Ryan tersenyum.

"I-Iya, pu-pulang yuk Yan," gugup gadis itu atas perlakuan manis yang bertubi-tubi diberikan oleh Ryan.

***
"Thanks udah nganterin gue, lo tau alamat gue dari mana ya? Gue baru sadar lo ga nanya alamat rumah gue," heran Athia sambil mengelus dagunya.

"Lo ga perlu tau, gue balik dulu," balas Ryan langsung nyelonong pergi.

Athia langsung memasuki rumahnya dengan mood yang semakin lama memburuk, dirinya malas sekali untuk pulang ke rumah.

Un ChangementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang