BAB 1

9 11 17
                                    

"Waduh pak, bukannya dari awal pas pengajuan dulu sudah di setujui kalau dananya segitu. Kok tiba-tiba dibatalin?" Protes Mocha sembari merutuk kesal

"Iya, bapak minta maaf Mocha. Pak Wahyu dan Karel mendadak minta uang untuk melengkapi peralatan Lab yang sudah bapak janjikan kemarin, agar bisa segera melakukan riset. Lagi pula pengajuan proposal mereka juga lebih dulu dari pada kamu, jadi mau tidak mau kamu harus mengalah karena kegiatan mereka juga penting untuk sekolah mengikuti Olimpiade Fisika bulan depan" Jawab lelaki paruh baya itu mencoba memberikan pengertian

"Lalu.. apa tidak ada dana yang tersisa gitu, pak? Acara saya kurang 2 minggu lagi, semua kebutuhan untuk acara juga sudah di book, tinggal di reservasi. Kalau H-7 acara belum dibereskan pasti kacau nanti. Minta pengertiannya juga dong pak, untuk sekali ini aja" ucap Mocha dengan nada memelas, berharap pak Soeroto mengasihaninya.

Tapi sepertinya percuma saja, dana sekolah sudah terlanjur keluar cukup banyak untuk keperluan Lab. Membuat cadangan dana sekolah juga semakin berkurang, apalagi bulan depan akan ada acara Pensi Sekolah yang pastinya mengeluarkan dana yang lumayan fantastis. Karena memang setiap tahunnya tidak luput dari kemeriahan dan adanya special perform dari para bintang tamu yang diundang.

Mungkin kali ini benar kata pak Soeroto, mau tidak mau Mocha memang harus sedikit pengertian dengan penolakan ini. Membuatnya mengalah dan memikirkan jalan lain, atau acara yang sudah dia persiapkan itu terpaksa dibatalkan.

"Kampret emang tuh orang-orangan Lab, curi start duluan"

"Aish .. Riset ! Riset !  Apa ga ada hal menarik lain apa buat dikerjain. Dasar para manusia robot ga ada santai-santainya menjalani hidup"

"Shiiit!! Terus gue harus cari dana kemana dong nih.. Argh"

Yang terdengar hanya helaan nafas kesal dan kalimat itu yang terus keluar dari mulut Mocha setelah keluar dari ruangan pak Soeroto. Sambil membolak-balikkan kertas yang berisi daftar company untuk dijadikan target sebagai pihak sponsor, Mocha terus berjalan kembali ke kelasnya untuk mengambil tas dan beberapa barang miliknya.

Di tengah perjalanan Mocha mendengar ada suara  yang memanggilnya dari kejauhan. Setelah dia cari dari mana sumber suara itu, dia melihat ada sepasang kaki yang berlari ke arahnya. Laki-laki itu adalah Damara, teman sedari kecil sekaligus orang yang Mocha sukai. Seketika wajah kusut yang tadinya menghiasi wajah Mocha berubah menjadi begitu manis menunggu kedatangan Damara.

"Dari mana aja? aku cariin dari tadi"

Begitulah ucap Damara ketika sampai di depan Mocha.

"Dari ruangannya kepsek, tadinya mau confirmasi soal pencairan dana untuk acara kesenian nanti, dan tau ga apa kata pak Soeroto? Dia bilang kalau dananya udah terlanjur dikasih ke anak Lab untuk kegiatan riset-riset atau apalah itu. Kan ngeselin, bikin kepala mumet" ucap Mocha mencurahkan kekesalannya

"Mumet ya? Bentar, berarti gue harus siap-siap dulu nih" sahut Damara sambil menyiapkan kedua tangannya kedepan dan sedikit membungkukkan badannya seolah siap akan menangkap tubuh Mocha

"Siap-siap ngapain?" Tanya Mocha sedikit mengerutkan dahinya sambil terus menatap tingkah Damara

"Mau nangkep kamu kalo pingsan" jawab Damara sambil nyengir

"Helaaaah apaan si kampret" ucap Mocha tertawa kecil, lalu kembali berjalan memasuki ruang kelasnya. Disusul Damara yang kemudian berjalan beriringan dengan Mocha

"Oh iya tadi aku papasan sama Livia dan Cassia suruh ngasih tau kalau mereka balik duluan ke asrama, ada hal lain yang harus dikerjain katanya"

"Hal lain apaan, palingan juga si Livia lanjut baca buku dan kalo si Cassia ngegame. Keseharian mereka kan itu-itu mulu"

Hold My Hand and Walk With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang