1

84 6 0
                                    

Pagiku menjadi monoton, karena seadanya hidup ya begini. Siapa sangka lulusan S1 sepertiku akan bingung melanjutkan hidup kemana?

Sebentar,

Kemana kataku?

Menikah atau menjadi aktris?

Apa bakatku hingga bermimpi menjadi aktris? Berakting saja aku tidak mampu, menyanyi juga tidak. Tapi eomma dulu pernah bilang, katanya lawan terus sampai menembus batasku. Apa yang mau ku lawan? Ketakutanku pada dunia? Bagaimana bisa? Menyambut pagi saja, aku masih belum sanggup.

"MYUNG-I YAA!! irreona ppali!" Masih pagi begini eomma terus mengoyak agar aku bangun. Menyebalkan.

Sejak eomma tahu aku tidak mengerjakan kegiatan apapun di rumah, eomma selalu memaksa agar bekerja. Menjadi pengasuh Ae-Ri tepatnya.

"Eomma, kau kejam. mataku masih mengantuk,"
"Tolong persilahkan aku tidur lagi."

Eomma. Keras kepala dengan segala ketegasannya. Aku melanggar, tetap saja di mata eomma aku adalah pelanggar dan bukan anaknya.

"Tidak ada pagi bertemu malam! Otakmu sudah lama kosong, ajak berpikir!"

Lihat saja, nihil banding satu. Jangan tanya siapa pemenangnya. Bagaimana appa bisa mencintai manusia sesekeras eomma?

"Ya, ya. . baiklah,"

° ° ° °

"Ae-Ri ini pepayamu. Makan yang banyak ya anak manis." kataku sambil mengelus kepala Ae-Ri.

"Myung-i eonni, ibuku kemana?"

Aku terdiam sejenak. Pasalnya, aku juga tidak tahu ibunya kemana. Sejak ia pindah ke sebelah rumahku, ia hanya tinggal bersama appa-nya.

Tiba-tiba saja seseorang turun dari lantai atas. Memakai jas rapih, siap untuk berangkat kerja tepatnya. Aku sempat tertegun sebentar. Penampilanya yang tak terlihat seperti ayah muda.

"Pagi sayang, apa kau sudah sarapan?" tanyanya pada Ae-Ri

"Sudah ayah. Myungi-i eonni yang menyiapkanya untuku dan ayah."

"Ah begitu? Terimakasih Myungi-ya. Seharusnya tugasmu hanya mengasuh Ae-Ri saja."

"It's my pleasure."
"Tidak apa-apa lagi pula sepertinya Jaehyun oppa terlihat sibuk pagi ini."

"Iya pagi ini aku harus meeting dengan klien."
"Kau ada kesibukan hari ini?"

"Tidak ada."

"Kalau begitu, aku titip Ae-Ri. Ajak main saja ia ke rumahmu. Jangan lupa kunci rumah."

Lalu ia berlutut dengan maksud menyamakan tinggi anaknya.

"Ae-Ri ya, appa berangkat dulu." lalu ia mencium dahi Ae-Ri.

Setelah ayahnya berangkat, aku mengajak Ae-Ri untuk bermain atau mungkin membelikanya mainan.

° ° ° °

Dan justru sekarang sudah pukul tujuh malam. Tapi, ibu justru menghubungiku untuk membawa Ae-Ri sebentar ke rumah dan memandikanya.

"Myungi-ya berikan kue basah ini pada Ae-Ri."

"Yang mana untuku?"

"Tidak ada."

"Eomma-ya." kataku dengan berpura-pura memelas.

"Eomma tidak memberikanya untukmu. Urus dulu Ae-Ri dengan benar."

"Terserahmu. Aku menyerah."

Tanpa Myung Hee sadari, sejak tadi eomma-nya tersenyum.
Lalu dengan sigap nyonya Park membereskan dapur. Tiba-tiba saja ia mengingat ada satu hal yang ia lupa sampaikan pada anaknya.

"Oh ya, besok pagi kita pergi ke rumah nenek."

"Untuk apa?" tanyaku sambil menyuapi Ae-Ri di ruang tamu.

"Tentu saja bertemu dengan nya. Kita sudah lama tidak ke Busan dan hanya mendiami Daegu seperti rumah nenek."

"Lalu bagaimana dengan Ae-Ri?"

"Besok sepertinya Jaehyun tidak ada kegiatan."

"Bagaimana eomma mengetahuinya?"

"Itu gunanya ponsel. Apa kau lupa?"
"Kita ini bertetangga sudah lama, apalagi tepat bersebelahan. Ibunya dulu sering membawakan kue untuk ibu."

"Jaehyun sudah ibu anggap seperti anak sendiri." lanjutnya

"Benarkah?" tanyaku tak percaya.

"Tentu saja benar. Memangnya ibumu ini terlihat seperti pembohong?"

"Tidak tidak. Bukan begitu maksudku, bu." lalu aku menatap eomma datar.

"Antar Ae-Ri pulang. Sebentar lagi ayahnya datang."

Tiba-tiba saja Ae-Ri menyambar, "Tapi Ae-Ri tidak mau pulang. Ae-Ri akan disini sampai besok pagi."

Aku mengerling ke wajah eomma, lalu membentuk mimik bertanya. "Bagaimana ini bu?" tanyaku setengah berbisik

"Ae-Ri ya, bagaimana kalau appa pulang dan mencarimu?"

"Dia tidak akan mencariku, tenang saja. Aku kan sudah dewasa." katanya sambil menunjukan bahwa dirinya memang benar-benar dewasa.

Eomma tertawa renyah "Yasudah, biar bibi tanyakan pada appa, ya?"

Eomma menghubungi Jaehyun tapi tidak diangkat juga. Apa sedang mengemudi? Tapi biasanya Jaehyun diantar supir.

"Tidak diangkat."

Tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintu.

Tok tok tok

"Siapa itu?" tanyaku.

"Cepat buka pintunya."

Aku langsung menuju pintu, membuka kuncinya. Aku mendapati Jaehyun oppa sedang berdiri di depan pintu. Lalu ia membuka percakapan, "Ae-Ri tidak di rumah, apa ia disini?"

"Eomma menghubungimu tadi, tapi tidak diangkat."

"Maaf, tadi ponselku tidak ku aktifkan."

"Ae-Ri di dalam. Tapi ia tidak mau pulang."

Jaehyun akhirnya menuju ruang tamu untuk membujuk anaknya pulang. Tapi hasilnya pun nihil, anaknya tetap saja memaksa untuk tetap tinggal di rumah Nyonya Park.

"Bubu, aku mau disini saja. Di rumah Mung Mung eonni."

Iya, bubu panggilan sayang Ae-Ri pada Jaehyun, sang ayah. Sedangkan Mung Mung diberikan untuk Myungi karena lidah Ae-Ri masih terbelit melafalkan nama Myungi. Jadi ia menyebutnya Mung Mung.

Aku sempat tertawa kecil melihat lucunya panggilan yang diberikan Ae-Ri untuk sang ayah.

"Ya ya baiklah. Jangan nakal. Bubu pulang dulu."

Lalu tak lupa Jaehyun pamit, "Kalau begitu aku pulang dulu, selamat malam."

"Oh ya satu lagi." kataku menyaut sebelum ia menuju luar pintu.

"Aktifkan ponselmu."

Ia tertawa, "Tentu saja. Jangan khawatir."

TBC.

coordi noonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang