"Jungkook- ah." panggilku pada Jungkook.
Ini adalah minggu kedua aku mengenal Jungkook. Dan pagi ini aku sedang berada di rumah Jungkook di Seoul. Malam kemarin Jungkook menyuruhku untuk menemaninya di klub semalaman sampai diriku sendiri mengantuk. Sejujurnya aku tidak menyukai tempat ramai dengan musik menggema dan rhythm yang terlalu kuat. Tapi, aku dipaksa. Dan kalau tidak menuruti Jungkook, ia akan mencari pekerjaan untukku. Bukannya lebih baik begitu?
Ia belum juga beranjak bangun. Ama yang memintaku untuk menginap di rumah Jungkook. Bagaimana kalau tetangga melihatnya dengan perspektif yang berbeda?
"Jungkook-ah irreona ppali!!"
"Hmmm." ia hanya bergerak berpindah tempat sebentar dan tidak bangun.
"Kau menantangku ya?" kataku sambil tersenyum jahil. "Bagaimana kalau kita kelitiki saja perutnya?" aku sedikit menyuarakan ide dengan berbisik, agar ia tergoda dan meminta ampun.
Lalu aku menggelitiki perutnya dan sungguh apa sebenarnya yang aku pegang? Rasanya berbeda. Ah aku mengerti, pasti ini teman-teman Jungkook. Ini yang ingin Jin-Hee pegang.
Jungkook tiba-tiba saja berpindah posisi berada di atasku.
"Apa yang ingin kau lakukan sebenarnya?" goda Jungkook.
"Kau tidak cepat bangun. Ini sudah hampir siang."
"Kau menggodaku ya?"
Yang benar saja aku menggodanya? Untuk apa memangnya?
"T-tidak."
"Aku bisa memeriksanya lewat kamera pengawas."
Sial.
"AKU BILANG TIDAK YA TIDAK!" aku menepis tangannya lalu menuju ruang tamu diikuti Jungkook yang tiba-tiba duduk tepat di sebelahku. Ia menghadapku dan aku membalikan badan.
"Kau marah?"
Aku masih enggan menjawab.
"Hey ayolah, aku hanya bercanda."
Aku memutar badan menghadapnya, "Bercandamu itu sama sekali tidak lucu, Jeon Jungkook-ah!"
Aku tetap melanjutkan perkataanku, "Bagaimana kalau ibumu mampir? Bagaimana kalau tetangga melihat? Bagaimana kalau kameramu merekam semuanya?"
"Ibuku sedang berlibur bersama ayahku, tetangga di luar tak akan berani masuk karena anjingku Gureum, akan setia menjaga dan terakhir, itu sudah tugas kamera pengawas."
"Lalu bagaimana kalau ada yang menontonnya?"
"Hanya aku yang menonton." Jungkook menyilangkan tangannya di dada.
Ck,
"Aku.hanya.mau.pulang."
"Kemana ponselmu?"
"Di tasku."
"Ambil dan hubungi nenekmu. Kalau ia izinkanmu untuk pulang ke Busan atau mungkin ke Daegu, aku akan mempersilahkanmu."
"Baiklah. Siapa takut?"
Akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi nenek. Ponsel nenek kerap tidak dapat dihubungi. Tapi untungnya kali ini sedang berdering. Lalu, tidak lama ia mengangkat telfonnya, "Ama, bolehkah aku pulang?"
"Jangan mencoba-coba untuk pulang tanpa sepengetahuan Jungkook."
"Jadi, nenek mengizinkanku pulang?"
"Tidak."
"Tidak." Jungkook menjawab berbarengan dengan Ama.Jungkook sudah tahu jawabannya makanya ia sedari tadi hanya tenang mendengarkan aku berceloteh.
"Apa kau puas?" kataku sambil menatapnya kesal.
"Sangat.puas."
Aku hampir melukai wajahnya untuk kedua kalinya dengan alas kakiku. Aku sungguh benci Jungkook. Kenapa ia diciptakan untuk menjadi menyebalkan? Kenapa tidak berikan Jungkook pada Jin-Hee? Jin-Hee yang sangat menginginkannya dan bukan aku.
"Kenapa lama sekali liburmu?"
"Tidak kah kau bosan hanya merenung di rumah?""Kau mengusirku?" ia menatapku.
"T-tidak. Aku saja yang bosan melihatmu."
"Besok aku sudah mulai latihan. Kita tidak akan sempat bertemu."
"Baguslah kalau begitu. Jadi, aku tidak perlu repot mengurusmu."
"Tidak semudah itu, Nona."
"Memangnya kenapa? Tugasku sudah selesai."
"Kau kan akan sibuk dengan pekerjaanmu sedangkan aku, bisa pulang ke Daegu.""Aku tidak akan ada di rumah selama 2 minggu. Dan kau akan tetap disini sampai semua latihanku selesai."
"Tidak mau."
"Aku tidak mau sendirian.""Kau ditemani Gureum."
Ada saja jawaban Jungkook. Ia tidak memberiku celah untuk mengelak. Dasar kelinci jahat. Aku tak akan menyukaimu di selama masa hidupku.
"Terserahmu. Aku menurut."
"Nah bagus begitu."
Sialan.
° ° ° °
Aku sudah memberi makan untuk Gureumi karena ternyata wadahnya tidak terisi susu ataupun biskuit. Ia terlihat sangat senang saat melihat aku membuka bungkus biskuitnya. Kasihan dia terlihat sangat kelaparan.
"Makan yang banyak ya. Tuan rumahmu kejam sekali tidak memberimu makan. Kapan dia akan pulang ya? Aku bosan."
"Kau mencariku."
Tiba-tiba saja yang dari tadi aku cari, sudah ku temukan. Lelah kelihatannya tapi tetap saja menyebalkan. Sambil meletakan tas ranselnya yang sangat berat, ia menghampiriku yang sedang berjongkok menyaksikan Gureum menyantap makanannya.
"Tidak. Aku hanya bosan ingin keluar."
"Kenapa kau tidak melakukannya? Ajak saja Gureum."
"Bagaimana bisa? Ia tidak kau beri makan, Jungkook-ah"
"Ia biasanya tinggal di Busan. Aku terlalu fokus pada pekerjaanku."
"Kalau begitu kembalikan ia pada ibumu."
"Tidak mau, aku tidak punya teman."
"Tapi berjanjilah padaku kau akan menjaganya. Temanmu juga butuh makan." Aku mengacungkan jari kelingkingku, tanda aku meminta persetujuan dari nya.
Ia mengaitkannya, "Baiklah. Kalau begitu kau berarti juga sudah berjanji akan menjadi masa depanku "
"YAAA!!!! TIDAK MAU!" Aku berteriak kencang. Sampai gendang telingaku sendiri seperti mau hancur. Ia tetap saja tidak melepaskan kaitannya.
"Aku tau kau ingin. Coba saja dulu."
Apa katanya? Coba dulu? Jungkook tidak waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
coordi noona
FanfictionIni sebuah kisah. Entah kau suka atau tidak, tapi ini pemberian Tuhan. Siapa yang akan kuat menahan beratnya kehidupan? Semua orang bisa, tapi mereka banyak mengeluh. Jeon Jungkook, siapa yang tidak kenal artis muda ini? Seorang idol muda tampan den...