13 "Kemunculan Ular"

51 9 6
                                    

Untuk kesehatan mental butuh : 70% untuk senang-senang, makan dan K-Pop; yang 20% untuk istirahat; dan yang 10% untuk belajar

-Sheryn Luna Natanevia-

Sudah terhitung sejak dua minggu lalu Luna menjalani hubungan dengan Alfa. Tidak ada yang istimewa. Luna dengan kehidupannya yang menyenangkan, Alfa juga dengan segudang kesibukannya. Mereka memang saling menyayangi, namun mereka sadar bahwa kehidupan sekolah mereka penting. Mereka harus tetap fokus pada pelajaran, hidup bukan hanya sekedar untuk pacaran, yang terpenting adalah sekolah. Itu kata Alfa, mungkin bagi Luna lain.

Sekolah itu untuk senang-senang, itu kata Luna. Yang terpenting adalah hatinya bahagia. Untuk kesehatan mental butuh : 70% untuk senang-senang, makan dan K-Pop; yang 20% untuk istirahat; dan yang 10% untuk belajar. Konyol memang, tapi untung saja Luna dianugrahi otak yang lumayan bagus. Nilainya cukup bagus untuk kategori siswa sembrono seperti dia.

Hubungannya dengan Alfa juga telah diketahui oleh seluruh warga sekolah. Tidak ada yang berubah. Hidup Luna dan Alfa masih sama. Hanya saja keduanya lebih sering meluangkan waktunya berdua. Walaupun kadang hanya bertemu beberapa menit. Cukup bagi Luna, juga bagi Alfa yang kini tengah fokus belajar untuk ujiannya.


"Gimana kak simulasinya tadi ? Lancar kan ?" tanya Luna sembari memberikan sebotol kopi instan kepada Alfa.

"Lancar kok.. Doain aku ya," balasnya sambil mengacak rambut Luna pelan.

"Kebiasaan deh kak. Tapi aku suka." Canda Luna yang membuat laki-laki disampingnya tertawa.

Keduanya kini berada di di kantin sekolah. Saat ini adalah waktu istirahat yang kedua. Dan Alfa baru saja selesai mengerjakan simulasi ujian nasional. Luna ? Jangan pedulikan dia. Bahkan perkara membolos bukan lagi sesuatu yang harus dikagetkan. Ia sudah biasa. Semua orang sudah hafal kebiasaanya.

"Kamu habis ini masuk kan. Aku habis ini pulang, habisin cepet makannya." Kata Alfa.

"Baru aja mau mulai makan kak. Santai aja kali. Ngapain sih buru-buru pulang. Santai aja kali. Aku kan bisa masuk kelas nanti." Jawab Luna menyangkal.

"Jangan kebiasaan bolos. Kamu yang rugi. Pokoknya cepet diabisin, aku juga pengen cepet pulang." Ujarnya meyakinkan kekasihnya.


Gadis itu menatap tajam seseorang di hadapannya. Terlihat jelas bahwa dirinya kini sedang marah besar. Bahkan nafasnya tak teratur. Mungkin sebentar lagi dia akan meledak..

"Punya hak apa lo sampe berani ganggu hidup gue !! Jangan ikut campur urusan gue dan berhenti cari tahu apapun tentang gue !!" Bentaknya.

"Kenapa ? Lo takut masalalu lo terbongkar. Lo takut Kak Alfa tau ? Bitch ! Ternyata lo sepenakut ini ya." Ejeknya sambil tersenyum mengejek.

"Gue bukan orang yang lo kenal dulu. Jadi berhenti ganggu gue !!" Gertaknya lagi.

"Sheryn Luna Natanevia, sampai kapapun lo adalah lo. Sheryn yang lemah dan bodoh." Ujar gadis itu serius.

Dia adalah Tasya. Seseorang dari masalalu yang hadir kembali di kehidupan Luna. Seseorang yang selamanya tidak akan dilupakan olehnya. Seseorang yang menghancurkan hidup Luna.

Tasya perlahan memojokkan Luna hingga gadis itu membentur tembok. Dengan jari telunjuknya yang dihiasi kutek berwarna merah, Tasya mendorong dahi Luna. Menatapnya dengan penuh kebencian. Kemudian mengancamnya.

"Sampai kapanpun lo hanya akan jadi parasit, inget itu Sheryn !"

Nafas Luna sedikit tersenggal. Dia cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Tasya terhadapnya. Tasya, wanita yang hampir dilupakan olehnya. Wanita yang dulu ditakutinya, mungkin saat ini Luna harus kembali waspada padanya.

LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang