Apakah ada obat dari sebuah rasa benci? Jika ada tolong sampaikan kepada Bianca, sebenarnya Bianca tidak mau membenci Danu ataupun Rani, ia ingin hidup tenang tanpa musuh.
Dulu, Bianca berpikir dengan menjauhi dan menganggap dua sejoli itu tidak ada akan membuatnya tenang, tapi ternyata Rani mengusik pikiran itu, ia mencari masalah dengan Bianca. Bianca bukan cewek yang akan diam jika ditantang, Rani itu kecil baginya, mengeluarkan Rani dari sekolah saat ini juga ia bisa karena keluarganya berperan penting dalam menaikkan nama SMA Adiwijaya, hanya saja Bianca berpikir tidak afdal rasanya melibatkan pangkatan orang tuanya.
Bianca melihat jam di mobilnya, 01.35 AM, Bianca baru pulang dari pesta ulang tahun Raysa, ia tidak membawa supir jadilah Bianca sendiri yang mengemudikan mobil dalam keadaan mabuk, sedangkan Sonya dan Indah masih di rumah Raysa.
Rumah Bianca masih jauh, namun mobilnya telah terlebih dahulu berhenti, membuat gadis mabuk itu mengumpat kesal.
"Ini mobil mintanya apasih?!" Kesalnya sembari turun dari mobil dan melihat ban mobilnya yang kempes, "bocor?" Tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.
Gadis cantik itu mendengus keras dengan kepala disatukan dengan atap mobil yang rendag, kepalanya pusing dan penglihatannya sedikit memburam.
"Masih keluyuran neng? Udah malem."
Bianca berusaha membuka matanya, tiga lelaki dewasa lengkap dengan pakaian levis dan ada juga yang memakai jaket kulit berdiri dihadapan gadis itu menatap Bianca nafsu.
Bianca meneguk air liurnya sendiri, ia mundur selangkah, "mobil gue bannya bocor bang."
Pakaian Bianca yang kurang bahan memang mengundang mata untuk melihatnya, jika ada apa-apa Bianca tidak akan bisa apa-apa karena mengingat dirinya yang mengenakan rok pendek apalagi gadis itu sedang mabuk-mabuknya sekarang.
Melihat tiga lelaki dewasa itu mendekat, Bianca ambil ancang-ancang, "lo mau apa bang? Lo bertiga kalau duel sama gue jangan sekarang dong, gue lagi mabuk, nggak gantle banget sih? Gue ini cewek!" Suara Bianca terdengar tinggi, namun ketiga lelaki dewasa itu tak ambil pusing, mereka tetap menginginkan Bianca, yang berdua maju memegangi tangan Bianca sedangkan yang satu lagi yang berlagak seperti bos menatap Bianca lapar penuh nafsu.
"Woiii!! Lepassss! Gue mau pulang!!!" Teriak Bianca meronta ingin dibebaskan, namun nihil karena kekuatan Bianca yang hanya 1/8 dibading mereka.
"Pulang ke pelukan abang, sayang." Ujar satu lelaki dewasa yang berdiri di hadapan Bianca.
Tangan lelaki dewasa itu telah memegang pundak Bianca, namun sebelum lelaki dewasa itu berbuat lebih seseorang dari belakang memukul si lelaki dewasa dengan tongkat besi panjang dan tersenyum manis ke arah Bianca, dan dua lelaki dewasa lainnya.
"Bro, kalau lo juga mau ini jalang, kita bagi tiga." Ujar lelaki dewasa disebelah kanan Bianca.
Bianca melotot sambil berusaha melepas pegangan lelaki itu di lengannya.
"Boleh juga tuh," Nadya melotot seram ke arah orang yang entah menolong atau menjebaknya ini, "tapi, maaf. Gue nggak suka berbagi, dia cuma bakal anuan sama gue."
Cowok yang menolong Bianca mendekat lalu dengan tiba-tiba menendang perut lelaki yang satunya sedangkan yang satu lagi dipukul menggunakan tongkat besi membuatnya pingsan, sedangkan yang ditendang perutnya berlari sekuat tenaga.
Bianca menatap orang yang telah menolongnya dengan tatapan seram, tangannya terlipat menyilang di atas dada. "Danu, please."
Ya, yang membantu Bianca adalah Danu, Danu terkekeh melihat wajah pucat Bianca dan gadis itu mundur menjauhinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Be with the King Bos
Novela JuvenilAdiwijaya terkenal dengan sekolah yang menampung siswa-siswi kaya, apa jadinya jika seorang Queen Be di Adiwijaya yang terkenal bermusuhan dengan King Bos Adiwijaya akhirnya berdamai dan pacaran? Bianca Razy, biasa dipanggil Bi oleh dua sahabat sepe...