Selangkanganku ....

249 5 0
                                        

Keringat bercucuran, suhu tubuhku memanas dengan sendirinya. Reaksi tubuh ini membuat pikiran tidak bisa berpikir jernih.

Gadis berjubah itu sedang memojokkanku, cepat atau lambat aku akan kehilangan tenaga dan menjadi sasaran empuknya.

Baiklah, kalau begitu.

Aku menarik nafas cepat. Menguatkan perutku dan mempersiapkan tenaga pada satu gerakan.

Hakn, Aahkgh ....

Dibandingkan terus bertahan, aku memilih untuk menyerang. Mengumpulkan semua tenaga yang tersisa untuk mendorong gadis berjubah itu.

Tubuh dan sarung pisaunya mulai terdorong , tapi tidak sampai membalikkan keadaan. Dia hanya terguncang sedikit oleh tenagaku, mungkin mundur sejauh tiga atau lima senti. Layaknya seseorang seorang yang mendapat perlawanan kecil dari adu panco, perlawananku hanya mengganggu kestabilan tenaganya.

Tapi, itu semua sudah cukup.

Ketika dia berhasil terdorong beberapa senti, aku menggunakan celah itu untuk mengambil gerakan mundur. Akibatnya kedua tangan kami telah berpisah, lepas dari adu kekuatan sebelumnya. Di sepersekian detik itu, aku juga menghindar ke samping. Membuat dorongan gagang pisau itu meleset.

"HuAaAkkhh ...!"

Dan sesuai dugaan. Setelah aku lepas, gadis berjubah itu kembali menyerang dengan mengayun sarung pisaunya lagi.

Buk.

Aku pun menghalau dan mengubah arah serangnya hingga meleset.

Dia melakukan serangan kedua, dan hal yang sama kulakukan kembali. Seluruh serangan yang dia lakukan selalu kutangkis dan berakhir mengenai udara kosong.

"Tunggu, tunggu, ada apa? Kenapa kamu marah?" tanyaku sambil terus menghindari serangannya.

"Kembalikan! Kembalikan pecahan yang kamu curi ...!"

Buk.

Serangan yang tepat mengarah ke wajahku. Tapi, masih bisa kutangkis dengan tanganku.

"Ha? Pecahan? Pecahan apa?"

"Huaaahkh ...!"

Namun, bukan jawaban yang kudapat, melainkan pukulan susulan. Mungkin emosi kemarahannya begitu besar sehingga kepalanya tidak bisa berpikir jernih. Aku bisa mengetahuinya dengan jelas dengan kemampuan ini.

Adrenalin muncul begitu hebat. Aku tidak menyangka kalau ternyata tubuhku bisa melakukan perlawanan terhadapnya.

Tanganku terasa ringan, mataku serasa melihat dunia lebih lambat, dan entah kenapa aku juga mendapat refleks yang bagus untuk melindungi diri.

Tapi, tidak bisa terus seperti ini.

Aku mencoba berlari menjauh dan berputar untuk meraih punggungnya. Mungkin dengan ini aku bisa melakukan serangan balik agar membuatnya diam tak berdaya.

Pada saat berlari, aku masih menjaga pengawasan dengan terus menatap gadis tersebut. Dia juga membalas tatapanku dengan tatapan kebencian. Sedikit demi sedikit gadis berjubah itu memutar kepala mengikuti posisi lariku.

Kenapa dia begitu marah? Apa itu ada hubungannya dengan cahaya barusan? Padahal saat aku tidak sengaja menemukannya, dia bertindak layaknya gadis kebingungan biasa—

*Throw

Woah!?

Dia melemparkan sarung pedangnya. Membuatku kaget dan berhenti berlari.

*Stab.

Tapi, benda itu meleset dan mendarat di tembok. Arah lemparannya dibuat lebih maju, serangan itu baru akan mengenaiku jika aku tidak berhenti berlari.

Mind TasterWhere stories live. Discover now