03

50 11 0
                                    

Hujan mulai mereda malam pun semakin larut. Terlihat seorang lelaki duduk diemperan toko dengan kepala gadis yang ada dipahanya. Gadis itu masih dengan keadaan pingsan. Cowok tersebut sebenarnya malas tapi melihat wajah pucat gadis itu dia menjadi kasihan dan tak tega meninggalkannya. Coba aja dia membawa mobil mungkin dia akan mengantarkan gadis ini ke klinik terdekat dan meninggalkannya disana. Gadis itu mulai mengerjapkan matanya menatap seorang lelaki tampan diatasnya. Sadar akan posisinya gadis itu bangun sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing.

"Ma-af kamu siapa?"tanya Amara

"Gue yang nolong lo" jawabnya singkat

"Makasih sudah menolong aku"

"Hmmm" cowok itu berdiri dan mulai berjalan kearah motornya dan mengambil helm dan menyerahkan kepada Amara.

"Gue anter" tambahnya dengan suara datar dan dingin

Gadis itu diam dan mulai menitihkan air matanya.  Cowok itupun mengerutkan keningnya bingung.

"Aku juga nggak tahu harus pulang kemana. Aku diusir dari rumah. Aku bahkan gk punya saudara atau pun orang tua"

"Pergilah. Aku akan mencari kos disekitar sini. Terima kasih telah membantuku"gadis itupun pergi dengan membawa beberapa tas besar. Sedangkan cowok itu hanya bisa menatap kepergian gadis cantik itu.
Tak lama kemudian cowok tampan itu menaiki motor maticnya dan langsung pergi meninggalkan tempat yang sangat sepi itu.

Amara mulai lelah, ia melangkahkan kaki ke arah masjid yang sangat sepi. Dia ingin sholat isya yang kebetulan tadi belum ia laksanakan. Mungkin ia juga akan bermalam disana dan barulah esok hari ia akan mencari tempat kos.
Amara mulai menginjakkan kaki kedalam masjid dan langsung mengarah tempat wudhu. Setelah menunaikan sholat ia berdoa. Tetes demi tetes air mata turun. Ia benar-benar rapuh. Ia bingung apakah yg dikatakan Lavana memang benar. Bahkan orang tua angkatnya tak pernah memberi tahu akan ini semua.

"Kenapa semua ini terjadi padaku tuhan. Apa salahku?sehingga engkau memberi cobaan seperti ini. Jadi ini alasan lavana sangat membenciku?
Karena aku bukan adiknya"tangis pun memecah sepi didalam masjid.

DRTT...DRTT

Bunyi dering hp pun menyadarkan Amara yg sedari tadi melamun setelah melaksanakan sholat. Perlahan ia meraba samping kanannya mencari hp diatas tas kusutnya. Amara membuka pesan dari sahabatnya,tanaya.

"Ra,lo dimana?tadi gue lihat orang yang mirip benget sama lo. Ingin gue panggil tapi takutnya bukan elo lagi"

Amara bingung harus jawab apa. Ia tak ingin merepotkan tanaya akan masalahnya. Tanaya sudah banyak membantu. Dengan berat hati ia harus berbohong.

"Aku dirumah kok" balasnya singkat

"Sabar ya, Ra. Gue selalu ada buat lo kok. Kalau ada masalah cerita sama gue. Gue gk mau ada yg lo sembunyiin dari gue"

Sebuah senyum mengembang tampak diwajah Amara. Tanaya memang sahabat terbaik yg selalu ada buatnya.

"Aku baik baik aja ,Tan. Mending sekarang kamu belajar terus tidur. Aku mau tidur dulu. Sampai jumpa"

Amara menutup telfonnya dan mulai membaringkan tubuhnya dan mulai memejamkan matanya. Tubuh dan hatinya sangat lelah. sepertinya ia mulai demam karena terkena hujan tadi. Hujan terus turun dengan derasnya seakan merasakan betapa rapuhnya Amara saat ini. Hawa dalam masjid pun sangat dingin.

***

Seorang lelaki masuk kedalam masjid.
Ini sudah masuk waktu subuh. Bapak itu berjalan memasuki masjid untuk azan. Tapi ia melihat seorang gadis yang tangah tertidur bersama mukenanya. Bapak itu berjalan mendekati Amara dan mencoba membangunkannya.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang