05

36 8 0
                                    

Sekolah sangat sepi, semua murid telah masuk kekelas dan mengikuti pelajaran. Sekarang dikelas XII-IPA 3 jam pertama adalah matematika. Amara sangat was-was, karena guru matematika terkenal dengan killer.

Amara sudah tiba didepan kelasnya. Suara gaduh terdengar dari kelas XII-IPA 3.  Amara mengernyitkan dahinya bingun. Dengan cepat dia masuk kekelasnya. Semua anak langsung diam dan menatap ke arah Amara. Amara jadi kikuk ditatap intens oleh semua teman-temannya.

"Aduh cantik, lo kok ngagetin kita. Dikira mak lampir tadi udah datang" kata Rama anak yang duduk dipaling pojok belakang.

Semua anak kelas XII-IPA 3 memanggil bu Rina, guru pelajaran matematika dengan sebutan mak lampir. Mungkin karena kekillerannya yang membuat anak-anak tak suka kepadanya.

Amara tak mengindahan perkataan Rama tadi, dia berjalan ke arah bangkunya. Mendudukan diri dan menyapa Nanin sahabatnya

"Lo kok bisa telat sih? Terus sekarang kok lo bisa masuk? Gimana caranya? Lo nggak dihadang sama satpam?" Tanya Nanin dengan serius

"Bisa nggak sih tanyanya satu-satu. Kan aku jadi bingung jawabnya"

Nanin nyengir tanpa dosa, Amara hanya menggelengkan kepala dengan sifat kepo Nanin yang mulai kumat.

"Ya maaf, habisnya kepo gue. Jadi gimana lo kok bisa telat?"

"Tadi aku telat bangunnya, terus nggàk ada angkot juga tadi"

"Terus lo kok bisa masuk? Lo gk dihadang sama satpam sekolah?"

"Di hadang sih, tapi nggak tahu kenapa pak satpam berubah pikiran setelah dibisikkin sama.."
Amara bingung mau cerita apa tidak tentang cowok yang sudah menolongnya tadi.

"Sama siapa??" Tanya Nanin bingung
Amara bingung harus jawab apa. Bahkan dia tidak kenal dengan cowok itu. Bagaimana caranya menceritakan kepada Nanin

"Sa... maaaa setan" Setelah mengucapkan itu Amara langsung terkekeh. Lebih tepatnya hanya pura-pura

"Ah lo tu bercanda mulu" kesal Nanin

"Habisnya penyakit keponya kumat. Oh iya kenapa bu Rina nggak masuk?" Amara mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka. Sebenarnya dia juga ingin tahu, kenapa guru itu tidak masuk.

"Sakit katanya" jawab Nanin dengan ketus

"Oh iya, lusa ada pertandingan basket antar SMA dan acaranya diadain di sekolah kita. Pasti seru tu, banyak cogannya" Nanin kembali semangat setelah beberapa menit berdiam diri.

"Terus?" Amara menaikkan alisnya sebelah

"Ya kita harus nonton. Gue pengen banget lihat pesona Davin si ketua osis sekaligus ketua tim basket. Ganteng banget sumpah. Apalagi pas main basket, pasti ketampanannya meningkat 100%. Ngidam apa ya maknya dulu. Pokoknya kita harus duduk paling depan" Nanin mulai menghayal

"Kita?"

"Iya kita. Kita semua akan nonton bersama" senyum Nanin merekah

"Kamu aja sama yang lain. Aku nggak ikut"

Senyum Nanin luntur seketika. Dia nggak habis pikir dengan Amara. Diajak lihat yang bening-bening malah nggak mau.

"Ah lo nggak asik banget dah"

Amara diam tak menanggapi perkataan Nanin dan mulai terhanyut dalam dunianya sendiri, membaca buku kesukaannya.

Tet... Tetttt

Bel pulang sekolah telah berbunyi dan semua murid SMA Merah Putih berhamburan keluar. Jam sudah sudah  menunjukkan pukul 15.25 dan langit pun mulai mendung. Amara duduk di halte depan sekolahnya. Teman-temannya telah pulang ke rumah masing-masing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang