Chapter 03 : Epiphany

6.1K 606 89
                                    

Seperti biasa Rose dan kakaknya Jihyo pagi-pagi pergi kuliah bersama. Sedangkan Jimin sudah berada diluar negeri untuk urusan pekerjaan.

Hari ini Rose ada jam kosong dikelasnya karena dosennya berhalangan hadir. Rose tidak menyia-nyiakan jam kosong ini.

Daripada dikelas hanya duduk terdiam dia memilih pergi ke perpustakaan kampus untuk membaca buku.

Saat akan berjalan menuju perpustakaan, dia melewati ruangan musik. Langkahnya terhenti tepat didepan ruangan itu. Sedetik kemudian kakinya melangkah masuk dan dirinya terduduk didepan alat musik kesukaannya. Piano.

Rose hanya duduk didepan piano tanpa memainkannya. Matanya membinar menatap tuts piano yang biasa ia mainkan tapi kini tidak bisa lagi melakukan itu.

Sudah beberapa hari setelah kejadian yang menimpa Rose waktu itu. Sekarang jari tangan kanannya sudah sedikit membaik walaupun masih sedikit nyeri, sementara jari-jari tangan kirinya benar-benar patah dan kaku.

Rose masih setia duduk didepan piano dengan kini menatap jari-jari tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rose masih setia duduk didepan piano dengan kini menatap jari-jari tangannya. Ingin sekali ia memainkan tuts piano itu, tapi apa daya ia sudah tidak sanggup lagi.

Matanya memejam, mengingat hari-hari dimana ia habiskan jika ada jam kosong untuk bermain piano disini. Mengingat hari dimana ia bermain piano bersama kakak kesayangannya Jimin.

Dia membuka matanya... menatap kembali tuts piano itu dengan pilu. Tangan kanannya mengarah ke tuts piano dan jari-jari mulai ia gerakkan untuk menekan tuts itu.

Ting...

Satu dentingan nada keluar dari tuts paino itu, membuatnya tersenyum merekah.

"Andai saja jari-jari ku tidak patah, mungkin aku bisa bermain piano sekarang"

Tanpa Rose sadari seorang pria tengah menatapnya dari balik jendela, pria itu tersenyum menatap Rose yang hanya duduk sambil tersenyum didepan piano. Pria itu merasakan hatinya bergetar melihat Rose.

"Dia sangat cantik"

Pria itu memberanikan diri untuk melangkah masuk mendekati Rose, hingga beberapa saat kemudian ia sudah berada dan berdiri tepat disamping Rose.

"Hemm"

Pria itu berdehem, membuyarkan pandangan dan senyuman Rose. Rose mendongak dan menatap pria itu

"Boleh aku bergabung denganmu?"

"Tentu"

Rose menggeser tubuhnya, memberi tempat untuk pria itu duduk. Sedetik kemudian mereka sudah duduk bersama didepan piano.

"Tadi aku lewat dan melihatmu duduk disini, tapi aku tak melihatmu memainkan pianonya. Kau tak bisa bermain piano?"

"Aku bisa, hanya saja..."

Aku, Donor Untuk Kakakku (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang