02

20.8K 1.2K 220
                                    

Dua jemari panjang itu tenggelam dalam surga. Mengacak diri sang gadis hingga gigitan pada bibir bawah tak lagi terelakan. Awalnya Jihan memang takut, bahkan berusaha menolak yang tentunya mustahil karena sebenarnya tak ada lagi jalan keluar untuk ia lalui. Jika sudah masuk perangkap Jungkook, maka kau tak akan pernah terlepas.

"Jadi, a-apa yang harus kulakukan?" tanya Jihan dengan gugup saat itu.

"Tidak sulit, ini pekerjaan yang sangat mudah. Kau juga pasti menyukainya," sahut Jungkook lengkap dengan seringai nakalnya.

"Yang seperti apa?" sebenarnya Jihan sudah tahu kemana pembicaraan mereka tertuju. Hanya saja gadis itu masih mencoba berpikir positif. Memiliki diri serta tubuh yang dimaksud mungkin untuk menjadi asisten yang harus menyelesaikan banyak pekerjaan.

"Sudah pernah bercinta dengan kekasihmu?" pertanyaan Jungkook yang satu ini jelas mengundang tubuh gadis Min itu kembali menengang.

"Baiklah, kau sudah. Respon tubuhmu memberitahu segalanya. Sayang sekali, padahal aku akan senang kalau menjadi yang pertama."

Brengsek!

Jihan benar-benar merasa dilecehkan, tapi ia sama sekali tidak bisa melawan. Jungkook memberi ancaman yang begitu kuat saat ditolak.

"Kalau begitu kau harus siap dipersulit. Ingat, aku pembimbing satumu, dan aku juga tidak menerima permintaan pergantian pembimbing. Sampai akhir kau akan tetap menjadi mahasiswi bimbinganku."

Hingga akhirnya mereka berakhir seperti ini. Tidak ada kertas di atas meja saat bimbingan. Yang ada hanya kain yang tersingkap dan kancing kemeja yang terbuka secara acak.

Jihan mencengkeram erat lengan kekar Jungkook dengan gigitan yang begitu kuat pada bibir bawah. Parahnya ia begitu mabuk dengan sentuhan yang diberikan. Jihan menyukai sentuhan Jungkook, begitupula sebaliknya. Sang dosen pun sama, suka sekali saat melihat sang mahasiswi menahan erangan dengan mata yang menatap sayu. Belum lagi kancing yang terbuka secara acak akibat ulahnya.

"Dosen Jeon—" ucap Jihan lirih saat sang dosen menelusuri lehernya.

"Jungkook, Sayang," meski mengoreksi panggilan, ia tidak berhenti untuk menyusuri leher indah sang mahasiswi.

Sampai akhirnya Jihan mendapatkan pelepasan pertamanya. Omong-omong, ini sudah pertemuan kali kedua setelah persetujuan itu.

Pada pertemuan pertama, Jungkook hanya mempertemukan bilah bibir mereka, dan terus naik secara bertahap sampai ia mendapatkan seluruh tubuh sang gadis.

Jungkook mengambil beberapa lembar tisu untuk mengusap jemarinya sebelum menyemprotkan pengharum ruangan untuk menghilangkan jejak. Setelahnya beralih pada Jihan yang masih terkulai lemas, sama sekali belum berniat merubah posisi atau membenahkan pakaian.

"Aku bisa membuatmu lebih kacau daripada ini, Sayang. Menyukainya?"

Bodohnya Jihan mengangguk hingga membuat seringai lebar semakin muncul pada wajah Jungkook.

Pria itu kembali mendekat untuk membersihkan sisa jejak yang keluar dari tubuh sang gadis. Bahkan membersihkan titik yang sedari tadi ia sentuh hingga membuat Jihan kembali menahan napas.

"Hanya membersihkan, tidak lebih," ucapnya begitu halus. Setelahnya membantu sang gadis mengancing pakaiannya kembali.

"Tubuhmu indah, cantik sekali," pujinya, kini Jungkook benar-benar jujur karena ia memang menyukai tubuh Jihan.

Usai mengembalikan semuanya seperti semula, Jungkook tersenyum. Bahkan mengusap lembut pipi Jihan sebelum mencubitnya dengan gemas, "Wajahmu lucu sekali," katanya, pun senyum sang mahasiswi ikut tertarik.

Keep It SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang