Pria bernama Min Yoongi itu sibuk berkutat dengan tuts piano miliknya.
Hari ini dia habiskan dengan menjamah mesin-mesin pencipta musik. Kecintaannya terhadap musik tidak bisa diragukan lagi. Puluhan lagu yang dia ciptakan telah booming dan tercatat resmi dalam Asosiasi Hak Cipta Musik Korea.
Semua itu menjadi candu bagi Yoongi. Dengan begitu dia tidak perlu repot-repot memilih jalan hidupnya menjadi pewaris keluarga. Dengan kesuksesannya di bidang musik setidaknya akan membungkam mulut ayahnya untuk tidak lagi memaksa.
Dua hari yang lalu dia sempat menerima telpon dari sang adik bahwa ayahnya terbujur koma. Entah dia harus bersedih atau bahagia. Sebesar apapun rasa bencinya terhadap keluarga. Masih tersimpan dalam-dalam bahwa dia sangat menyayangi mereka.
Yoongi tidak sejahat itu. Di saat orang-orang menganggapnya pria paling dingin, kasar, arogan dan bermulut tajam—sebenarnya itu semua berbanding terbalik dengan kenyataan. Hatinya terlalu lembut untuk ukuran orang-orang baik di sekitarnya. Dia juga manusia normal seperti mereka semua.
Hanya saja Yoongi butuh topeng. Yoongi butuh tameng agar perasaannya itu tak sembarang orang akan mempermainkannya.
Kali ini dia kecewa, tamengnya tak berfungsi dengan baik bagi gadis yang dia temui di taman sekolah dasar.
Jujur, perasaan lima tahun itu harusnya hilang begitu saja agar dia bisa menjalani hidup seperti biasa. Namun Yoongi tak bisa menampik bahwa dia sangat ingin bertemu gadis itu lagi.
Hampir setiap bulan dia mengunjungi sekolah dasar itu. Bahkan dia tak ragu menanam sahamnya disana. Semua temannya berpikir bahwa Yoongi payah dalam berbisnis. Menamam saham di sekolah dasar sama saja membuang sebagian uangnya. Tapi tidak, dia tak ingin berpikir sejauh itu.
Urusannya berjalan lancar. Sekolah itu semakin lama semakin bagus dan berkualitas.
Sampai suatu saat dia jenuh menunggu gadis itu. Yoongi merasa bahwa apa yang dia lakukan itu adalah hal sia-sia seperti apa yang temannya dulu dikata.
Dia tak mau mengunjunginya lagi sampai suatu hari dia bertemu gadis itu di hotel.
Sejujurnya waktu itu dia melihat dengan jelas wanita berbalut dress putih gading dengan jalan merunduk. Sebagian wajahnya tertutupi rambut panjang yang di gerai berantakan. Persis seperti saat wanita itu duduk di ayunan sekolah sambil terisak-isak layaknya anak kecil disana.
Pada saat jaraknya mulai menjauh, Yoongi melihat bahwa wanita itu sadar. Yoongi yakin jika setelah itu dia akan mengejarnya.
Dan benar. Yoongi juga melihat badan gadis itu tersungkur entah karena alasan apa—yang jelas Yoongi harus menghindar. Dia berlari dan cepat-cepat memasuki mobil. Dia tak mau menciptakan kehebohan bagi orang-orang yang melihat termasuk rekan-rekan seperjuangannya. Biasanya mereka terlalu penasaran dan itu cukup membuat Yoongi kepusingan.
Sampai besok paginya Yoongi mencoba kembali ke sekolah itu lagi di tengah jadwalnya yang sibuk bukan kepalang.
Dugaannya benar. Gadis itu mengunjungi tempat itu lagi. Perasaannya saat itu sangat senang bukan main. Dimana dia bisa melihat wanita yang selama ini mengacaukan pikirannya bertahun-tahun. Namun Yoongi sedikit berbeda. Cara mengekspresikan perasaannya cukup membuat gadis itu ketakutan. Dan Yoongi menyukainya.
Kejadian itu cepat berlalu karena jadwalnya yang ketat memaksanya harus kembali. Demi tuhan Yoongi ingin mengumpat dan menyumpahi agensinya agar cepat bangkrut. Mereka semua sialan yang menganggu kesenangannya.
Sampailah pada saat ini Yoongi cukup merasa bersalah dan harus menebusnya dengan membuatkan tittle track untuk comeback grupnya nanti.
Sampai dirasa cukup Yoongi akhirnya berhenti. Dia juga memutuskan pulang lebih cepat karena kondisi moodnya yang kurang membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUINAWAY | Min Yoongi Fanfiction
Fanfiction[Min Yoongi Fanfiction] "Kenapa semua orang mempermasalahkan hal yang tidak penting?" kata Yoongi. "Jadi, menurutmu aku tidak penting? Hubungan kita?" Tanya Hyena selagi menggengam sesuatu yang mampu meruntuhkan harapannya sendiri. "Jangan membuatku...